x

Iklan

Sutri Sania

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Januari 2021

Sabtu, 6 Maret 2021 06:58 WIB

Mana yang Terbaik untuk Olah Nikel, Hidrometalurgi atau Pirometalurgi?

Pemilihan proses ekstraksi bijih nikel akan berpengaruh pada output atau hasil produk dan jangka waktu ketahanan produksinya. Manakah yang terbaik, hidrometalurgi atau pirometalurgi?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Menurut USGS dan Badan Geologi Kementerian ESDM, tercatat cadangan nikel Indonesia menempati posisi pertama di dunia dengan porsi hingga 52% dari total cadangan dunia saat ini yang sebesar 139 juta ton. Indonesia bahkan diperkirakan memiliki cadangan deposit nikel sebesar 72 juta ton. 

Cadangan 72 juta ton tersebut berada di wilayah tambang dengan izin usaha produksi operasi pertambangan alias IUP OP dan smelter. Berdasarkan laporan Kementerian ESDM Tahun 2020, potensi cadangan nikel di luar wilayah operasi pertambangan di Indonesia rupanya mencapai 4,5 miliar ton! Jumlah yang fantastis, bukan?

Dengan jumlah sebanyak itu, produksi nikel di Indonesia baru akan habis berpuluh-puluh tahun mendatang, bahkan bisa lebih dari setengah abad! Mengapa terdengar seperti awet? Hal ini dikarenakan pemilihan proses ekstraksi bijih nikel akan berpengaruh pada output atau hasil produk dan jangka waktu ketahanan produksinya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada dua macam proses ekstraksi bijih yang saat ini diterapkan di Indonesia, yakni Pirometalurgi dan Hidrometalurgi. Mari mengenal lebih dekat dua proses ekstraksi tersebut!

 

1. Definisi

 

Pirometalurgi merupakan sebuah proses pemisahan logam dari bijihnya dengan cara pemanasan pada temperatur tinggi (menggunakan energi panas). 

Sedangkan Hidrometalurgi merupakan proses ekstraksi logam dengan menggunakan teknik pemberian reagen pelarut (larutan air dan solvent) yang dilakukan dengan temperatur relatif rendah. 

 

2. Hasil Produk

 

Dengan proses pemisahan logam yang menggunakan energi panas, Pirometalurgi menghasilkan beberapa produk seperti nickel matte, NPI, dan FeNi. Pada rencana industri hilirisasi nikel di Indonesia, proses ini bahkan akan menghasilkan aneka produk stainless steel. 

Untuk Hidrometalurgi, proses ini melahirkan beberapa produk seperti MHP (Mixed Hydroxide Precipitate) dan NiOh (nikel hidroksida). Sedangkan produk mutakhir yang dilahirkan dari proses ini adalah campuran logam berbasis nikel, pelapisan logam, dan baterai. 

3. Kapasitas Input Smelter

 

 

Menurut Data Kementerian ESDM dalam Peluang Investasi Nikel Indonesia, proses Pirometalurgi memiliki kapasitas input smelter sebanyak 95,5 juta ton per tahun. 

Lalu untuk Hidrometalurgi berkapasitas sebesar 24 juta ton per tahun. 

 

4. Umur Cadangan

 

Yang paling menakjubkan dari teknologi-teknologi ini sebenarnya terletak pada umur cadangannya dari bahan bakunya. Mari kita simak! Jika menggunakan teknologi Pirometalurgi, umur cadangan dari nikel diperkirakan akan mampu berproduksi hingga 27 tahun ke depan atau sekitar tahun 2047. 

Nah, sedangkan jika perusahaan mengadopsi teknologi Hidrometalurgi, umur cadangan nikel akan lebih panjang yakni 73 tahun atau sekitar sampai tahun 2093, lho!

Gila nggak tuh kerennya? Dari rencana industri hilirisasi nikel ini, kamu bisa melihat bahwa teknologi Hidrometalurgi begitu cerdas hingga dapat menyimpan cadangan lebih dari setengah abad!

Dapat dipastikan, Hidrometalurgi memiliki daya saing yang tinggi di dunia pertambangan internasional. Teknologi ini juga berpeluang mengantarkan Indonesia menjadi pemain utama dari produksi baterai mobil listrik.

Keren nggak tuh? Nah, nggak pernah nyangka kan kalau ternyata Indonesia bisa sekaya raya itu. Sekarang, tinggal waktunya anak muda dan masyarakat yang beraksi mendukung upaya pemerintah untuk memajukan ekonomi serta kesejahteraan Indonesia. 

Ikuti tulisan menarik Sutri Sania lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler