x

Iklan

Fitri Annisa Febriana

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Maret 2021

Minggu, 28 Maret 2021 09:09 WIB

Ummu Umarah Radhiyallahu ‘Anha, Role Model Muslimah Tangguh Masa kini

Artikel ini merupakan tugas dari mata kuliah Komunikasi Dakwah

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam diutus dengan membawa ajaran Islam ke muka bumi, yang berhasil mendobrak pertahanan dan benteng kejahiliahan pada saat itu. Fajar Islam menyingsing untuk membebaskan manusia dari sistem peribadatan kepada siapa pun selain Allah ‘Azza Wajalla, menyamaratakan hak dan kewajiban antara pria dan wanita, sehingga yang membedakan manusia disisi Allah hanyalah ketakwaannya.

Perjuangan dakwah Islam diawal masa diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam tidak luput dari kisah heroik wanita-wanita hebat yang diabadikan dalam catatan sejarah. Semangat pengorbanan jiwa dan raga mereka untuk menyebarkan Risalah Ilahi, meninggalkan asa dan cita yang tak akan pernah lapuk dimakan zaman, menjadi teladan bagi wanita muslimah abad ini yang mulai kehilangan figur wanita muslimah yang memperjuangkan agamanya, terutama menghadapi tantangan dan masalah yang mencoba untuk mengalihkan perhatian wanita muslimah dari peran mulia yang telah ditetapkan agama untuknya.

Betapa mulianya kedudukan para syuhada disisi Allah ‘Azza Wajalla, mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk berjihad fi sabilillah, demi menegakkan kalimat tauhid Laa Ilaha Illallah, mereka rela berdarah-darah demi membela agama dan martabat bangsa, demi tersebar luasnya Islam ke seluruh penjuru dunia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kehormatan besar ini pun diraih oleh seorang shahabiyah jalilah, Nusaibah binti Ka'ab dikenal juga dengan kunyah Ummu Umarah, merupakan salah satu wanita yang pertama memeluk agama Islam dan dikenal karena jasa-jasanya dalam berbagai perang dalam membela Islam, diantaranya memberi minum para mujahidin, menyembuhkan orang-orang yang terluka, dan ikut menghunuskan pedangnya demi membela kebenaran.

Suatu hari Ummu Umarah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, “Ya Rasulallah, kenapa banyak diantara perintah syari’at hanya diperintahkan kepada pria, dan hanya sedikit perintah yang ditujukan kepada wanita.” Maka Allah ‘Azza Wajalla menurunkan wahyu sebagai jawaban dari pertanyaannya, yang menegaskan posisi wanita dalam Islam :

إِنَّ ٱلْمُسْلِمِينَ وَٱلْمُسْلِمَٰتِ وَٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ وَٱلْقَٰنِتِينَ وَٱلْقَٰنِتَٰتِ وَٱلصَّٰدِقِينَ وَٱلصَّٰدِقَٰتِ وَٱلصَّٰبِرِينَ وَٱلصَّٰبِرَٰتِ وَٱلْخَٰشِعِينَ وَٱلْخَٰشِعَٰتِ وَٱلْمُتَصَدِّقِينَ وَٱلْمُتَصَدِّقَٰتِ وَٱلصَّٰٓئِمِينَ وَٱلصَّٰٓئِمَٰتِ وَٱلْحَٰفِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَٱلْحَٰفِظَٰتِ وَٱلذَّٰكِرِينَ ٱللَّهَ كَثِيرًا وَٱلذَّٰكِرَٰتِ أَعَدَّ ٱللَّهُ لَهُم مَّغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Quran Surat Al-Ahzab Ayat:35)

Ummu Umarah adalah salah satu dari dua wanita yang datang dengan tujuh puluh tiga pria ke Mekah untuk bertemu dengan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, untuk berbai’at kepadanya di Aqabah, dan ia juga termasuk diantara orang-orang yang ikut Bai’atur Ridhwan, Allah meridai orang-orang yang berbai’at tatkala itu, yang diabadikan kisahnya didalam Al-Qur’an:

لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا

“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (Quran Surat Al-Fath Ayat:18)

Selain peran heroiknya dalam pertempuran, dan kehormatan membela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, Ummu Umarah juga ikut serta melakukan tugas kemanusiaannya dalam merawat mujahidin, sambil membawa kapas pembalut luka di pinggangnya. Setiap kali salah satu mujahidin terkena luka, dengan sigap ia berlari ke arahnya dan membalut lukanya, dan memintanya untuk segera bangun untuk melanjutkan jihad lillahi Ta’ala. Seperti itu pula tatkala salah seorang putranya terluka di perang Uhud, setelah luka-lukanya dirawat, Ummu Umarah berkata, “Bangun Nak, dan bangkitlah untuk kembali berjihad.”

Ummu Umarah mengungguli banyak orang di setiap bidang yang ia tekuni, begitu pula dalam setiap peperangan yang ia ikuti. Kisah perjuangan nya yang mengobarkan semangat jihad, akan tetap hidup di setiap ingatan orang yang membacanya.

Umat Islam akan senantiasa mengingat perannya yang sangat mulia di perang Uhud, ketika ia tidak ingin bahaya mendekati Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia pun pergi ke hadapan beliau, sehingga ia menjadi bantengnya. Sampai-sampai Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

((مَا الْتَفَتُّ يَمِيْنًا وَلاَ شِمَالاً إِلاَّ وَأَنَا أَرَاهَا تُقَاتِلُ دُوْنِيْ))

 “Tidaklah aku melihat ke kanan dan ke kiri melainkan aku melihatnya berperang untuk membelaku.”

Bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam di Surga

Pada perang Uhud, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menyaksikan Ummu Umarah ikut berperang bersama suami dan dua anaknya. Maka Rasulullah berkata kepada Abdullah, anaknya Ummu Umarah, “Semoga Allah memberkahi kalian wahai ahlul bait semoga Allah merahmati kalian wahai ahlul bait.”

Ummu Umarah berkata: “Aku berdoa kepada Allah agar kami bisa menemani engkau di Surga.”

Rasulullah pun berdoa: "Ya Allah, jadikan mereka menjadi teman-teman ku di Surga."

Dan Ummu Umarah berkata: “Demi Allah, saya tidak peduli apa pun yang terjadi pada diri saya di dunia ini setelah itu.”

Peran Ummu Umarah dalam misi dakwah Islam tidak berhenti pada apa yang ia perjuangkan semasa hidup Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam saja, tetapi perjuangan itu berlanjut hingga akhir hayatnya, ia berpartisipasi bersama pasukan Abu Bakar Radhiyallahu ‘Anhu, yang memerangi orang-orang murtad, dan dalam Perang Yamamah bersama pasukan Khalid bin Al-Walid Radhiyallahu ‘Anhu.

Belajar dari kisah yang sangat luar bisa ini, ada banyak hikmah yang dapat kita telusuri, sebagai figur seorang muslimah yang sejati, menentang faham patriarki yang selalu mendiskreditkan wanita, yang selalu menempatkan wanita dibawah derajat laki-laki, memandang wanita adalah makhluk lemah tak berdaya, tidak bisa memberikan perubahan, tidak diberi hak untuk mengemukakan pendapat dan pandangannya terhadap suatu permasalahan yang terjadi. Padahal telah jelas bahwa Islam sudah mengangkat derajat wanita dan menempatkan wanita di posisi yang selayaknya, bahkan wanita menjadi pondasi yang menentukann baik buruknya peradaban suatu negeri.

Ummu Umarah menjadi teladan para muslimah dalam menjalankan peran nya yang  sangat mulia, bagaimana menjadi isteri yang baik bagi suami dalam memenuhi hak-haknya, bagaimana menjadi ibu yang memberi contoh mulia dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya, disisi lain juga memberi teladan semangat berjihad fi sabilillah, menyumbangkan harta benda, tenaga, fikiran,  bahkan jiwa raga dalam membela agama Allah, mengutamakan kebaikan akhiratnya yang kekal abadi, daripada kehidupan dunia dengan segala keindahannya yang fana.

Muslimah dapat berperan aktif dalam dakwah untuk menegakkan kebenaran, karena untuk  berlomba-lomba dalam kebaikan, laki-laki atau perempuan diberi kesempatan yang sama. Apalagi di era modern saat ini, teknologi berkembang begitu pesatnya, dakwah tidak hanya sebatas diatas mimbar, tetapi juga bisa dilakukan dari rumah, dengan memanfaatkan media sosial yang ada. Muslimah bisa ikut berpartisipasi menyumbangkan ilmunya melalui media tulisan, membentuk komunitas kajian rutin khusus muslimah, mendirikan majelis ilmu secara virtual, dan lain sebagainya yang dapat mendatangkan maslahat untuk meraih kebaikan dunia dan akhirat. Insya Allah

Semoga Allah senantiasa menjaga para wanita muslimah dari fitnah-fitnah dunia yang menyesakkan dada, tetap istiqomah mematuhi syari’at, menjadikan rasa malu sebagai penghias diri, dan menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam beserta para shohabah dan shohabiyat Radhiyallahu ‘Anhum ajma’in sebagai role model dalam menggapai rida ilahi. Amin ya Rabbal ‘Alamin.

           

 *Mahasiswi Semester 4 Prodi Komunikasi Penyiaran Islam STIBA Ar Raayah Sukabumi.

 

Riau, 9 Sya’ban 1442 H/ 22 Maret 2021 M

 

Referensi:

https://www.alkhaleej.ae/%D9%85%D9%84%D8%AD%D9%82/%E2%80%9C%D8%A3%D9%85-%D8%B9%D9%85%D8%A7%D8%B1%D8%A9%E2%80%9D-%D9%88%D8%B4%D8%B1%D9%81-%D8%A7%D9%84%D8%AF%D9%81%D8%A7%D8%B9-%D8%B9%D9%86-%D8%B1%D8%B3%D9%88%D9%84-%D8%A7%D9%84%D9%84%D9%87, diakses pada 21 Maret 2021 pukul 22.15 WIB.

https://almanhaj.or.id/957-contoh-untuk-diteladani-kisah-shahabiyah-yang-mulia.html , diakses pada 21 Maret 2021 pukul 21:53 WIB.

Ikuti tulisan menarik Fitri Annisa Febriana lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu

Terpopuler

Elaborasi

Oleh: Taufan S. Chandranegara

4 hari lalu