x

Gambar oleh jodeng dari Pixabay

Iklan

Indŕato Sumantoro

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 12 Juli 2020

Senin, 3 Mei 2021 13:34 WIB

Aspal Buton Sebuah Tantangan Berat Pemerintahan Jokowi

Indonesia sudah mengimpor aspal minyak selama 40 tahun lebih dengan jumlah rata-rata 1 juta ton per tahun. Atau senilai US$ 500 juta per tahun. Maka sudah selayaknya Pemerintah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap potensi aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal minyak impor.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Aspal Buton pertama kali ditemukan pada tahun 1924. 3 tahun lagi; yakni pada tahun 2024, aspal Buton akan genap berusia 100 tahun atau 1 abad. Apakah kita harus merasa senang atau sedih menyosong 1 abad aspal Buton ini ? Tidak ada alasan sedikit pun untuk kita merasa senang menyongsong 1 abad aspal Buton ini. Karena nasib aspal Buton di tahun 1924 masih tidak jauh berbeda dengan nasib aspal Buton di tahun 2021 ini. Mengapa ? Karena aspal Buton masih tetap sama-sama belum mampu untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Yang membuat menarik untuk disimak mengenai perjalanan panjang aspal Buton adalah bahwa sejak tahun 2015, Bapak Presiden Joko Widodo sudah menginstruksikan kepada semua Kementerian terkait untuk segera menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton. Dan puncaknya di tahun 2019, Bapak Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, sudah mulai mengambil alih kepemimpinan untuk mengkoordinasi peningkatan, pemanfaatan, dan optimalisasi aspal Buton guna mengurangi aspal minyak impor. Selanjutnya semua instansi terkait sudah dikerahkan semaksimal mungkin untuk membuat “Road Map” peningkatan produksi aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal minyak impor. Termasuk mempersiapkan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industri Aspal Buton di daerah Kecamatan Lasalimu. Diharapkan pada tahun 2021 ini produksi aspal Buton sudah dapat ditingkatkan untuk memenuhi target pengaspalan jalan sepanjang 1000 Km yang telah diberikan oleh Menteri PUPR.

Ambisi besar dari Pemerintah untuk menggantikan aspal minyak impor dengan aspal Buton sebelum tahun 2024 jangan sampai hanya dijadikan sebagai modus pencitraan semata. Karena harapan rakyat Indonesia sudah terlanjur sangat besar apabila aspal Buton ini benar-benar mampu mengsubstitusi aspal minyak impor. Khususnya rakyat yang berada di daerah Pulau Buton. Mungkin mereka sekarang ini sudah mulai dapat membayangkan bagaimana sejahteranya Pulau Buton nanti apabila Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kecamatan Lasalimu sudah mulai berdiri pabrik-pabrik pengolahan aspal Buton. Pelabuhan-pelabuhan sudah mulai sibuk dengan jumlah kapal-kapal yang merapat untuk mengangkut produk-produk aspal Buton. Dan infrastuktur-infrastuktur pendukung Industri aspal Buton sudah semuanya selesai dibangun. Pulau Buton akan menjadi sebuah daerah Industri moderen dan sekaligus kawasan wisata eksotik yang akan diperhitungkan di masa yang akan datang.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Semua itu sekarang masih dalam bentuk “mimpi”. Apakah kita dan anak-cucu kita masih harus terus bermimpi mengenai betapa kayanya Indonesia ?. Betapa besar dan melimpahnya deposit aspal Buton yang berada di bumi Buton ?. Tetapi mirisnya, Pemerintah masih belum juga mampu mengelolanya untuk menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Apakah kita masih harus terus menunggu 1 abad lagi ?. Padahal semua usaha dan upaya untuk meningkatkan produksi aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal minyak impor sudah dilaksanakan dengan bersungguh-sungguh dan semaksimal mungkin. Apakah masih ada sesuatu yang kurang tepat sasaran dengan strategi Pemerintah dalam membuat kebijakan-kebijakan sehingga aspal Buton masih belum juga tampak berkembang potensinya yang sangat luar biasa besarnya untuk mampu menggantikan aspal minyak?

Potensi aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal minyak dapat berasal dari 3 produk; yaitu: 1. Aspal Buton Granular. 2. Aspal Buton Ekstraksi. 3. Aspal Hibrida. Pada saat ini yang sedang ditingkatkan adalah produksi Aspal Buton Granular. Untuk meningkatkan produksi Aspal Buton Granular adalah tidak mudah, karena Aspal Buton Granular berasal dari hasil tambang batuan aspal Buton yang kandungan bitumennya tidak seragam meskipun berada di dalam satu lokasi yang sama. Untuk mengatasi masalah ini sudah ada solusinya, yaitu Pemerintah telah membuat ketentuan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk produk-produk Aspal Buton Granular ini. Dengan demikian diharapkan kepercayaan Konsumen terhadap kualitas Aspal Buton Granular akan semakin meningkat dengan sudah adanya persyaratan SNI ini.  

Aspal Buton Ekstraksi adalah aspal Buton yang sudah dipisahkan antara kandungan bitumennya dari batu-batuan pengikatnya secara proses ekstraksi. Dengan demikian Aspal Buton Ekstraksi adalah aspal Buton murni. Kualitas aspal Buton murni ini setara dengan aspal minyak. Bahkan menurut penelitian yang sudah pernah dilakukan, Aspal Buton Ekstraksi ini memiliki kualitas yang jauh lebih unggul dari pada aspal minyak impor. Oleh karena itu seharusnya Pemerintah lebih fokus untuk meningkatkan produksi Aspal Buton Ekstraksi ini, karena mampu mengsubstitusi aspal minyak impor. Selain harganya lebih murah, kualitasnya pun juga lebih baik. Pada saat ini PT Kartika Prima Abadi adalah satu-satunya pabrik untuk mempoduksi Aspal Buton Ekstraksi. Mudah-mudahan Aspal Buton Ekstraksi ini sudah akan dapat segera digunakan dalam waktu dekat untuk pembangunan jalan-jalan di Indonesia untuk mengsubstitusi aspal minyak impor.

Aspal Hibrida adalah campuran antara Aspal Buton Ekstraksi dengan Decant Oil dari Pertamina. Produk Aspal Hibrida ini adalah hasil kerjasama antara PT Wika Bitumen dengan PT Pertamina. Pada akhir tahun 2019, Aspal Hibrida ini sudah pernah dilakukan ujicoba lapangan untuk pengaspalan jalan di Kecamatan Maros, Makassar, Sulawesi Selatan. Sampai saat ini hasil ujicoba lapangan Aspal Hibrida tersebut masih tetap baik. Hal ini membuktikan bahwa Aspal Hibrida memang mampu mengsubstitusi aspal minyak impor. Tetapi sangat disayangkan rencana produksi masal Aspal Hibrida sampai saat ini masih terkendala.

Mengingat Indonesia sudah mengimpor aspal minyak selama 40 tahun lebih dengan jumlah rata-rata 1 juta ton per tahun. Atau senilai US$ 500 juta per tahun. Maka sudah selayaknya Pemerintah menaruh perhatian yang sangat besar terhadap potensi aspal Buton untuk mengsubstitusi aspal minyak impor. Upaya-upaya selama ini sudah dilaksanakan dengan cukup baik, tetapi mungkin masih belum maksimal dan tepat sasaran. Apakah ada yang terlewatkan dalam upaya-upaya Pemerintah untuk meningkatkan produksi aspal Buton guna mengsubstitusi aspal minyak impor?

Dari informasi di atas dapat kita ketahui bahwa Aspal Hibrida mempunyai potensi yang sangat besar untuk mampu mengsubstitusi aspal minyak impor yang selama ini terabaikan oleh Pemerintah. Mengapa hal ini tidak menjadi prioritas pertama dan utama Pemerintah ? Padahal Aspal Hibrida diproduksi dari hasil sinergi antara PT Wika Bitumen dan PT Pertamina yang merupakan Perusahaan BUMN. Tentunya Pak Erick Thohir harus segera turun tangan sehingga Aspal Hibrida dapat diproduksi secara masal dalam waktu dekat.

Ini merupakan sebuah tantangan berat bagi Pemerintahan Pak Jokowi yang akan berakhir pada tahun 2024, dan sekaligus akan bertepatan dengan 1 abad aspal Buton. Aspal Hibrida ini bukan saja merupakan tantangan untuk Bapak Presiden Joko Widodo, Pak Luhut Binsar Panjaitan, dan Pak Erick Thohir, tetapi ini juga merupakan tantangan bagi PT Pertamina sebagai satu-satunya produsen aspal minyak di dalam negeri. Dengan Pertamina memproduksi Aspal Hibrida, maka Pertamina akan menjadi produsen aspal terbesar di Indonesia. Kontribusi Pertamina untuk mengsubstitusi aspal minyak impor dengan aspal Buton akan menjadi simbol “heroik” yang akan dicatat dalam sejarah bahwa kenyataannya aspal Buton memang terbukti mampu mengsubstitusi aspal minyak impor.   

Ikuti tulisan menarik Indŕato Sumantoro lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler