x

Iklan

Azizah Nurul

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 10 April 2021

Senin, 7 Juni 2021 11:19 WIB

Cara Unik Museum Sonobudoyo Pamerkan Koleksi Antik

Museum Sonobudoyo menjadi salah satu alternatif destinasi wisata yang ada di Yogyakarta. Museum ini menyimpan banyak benda peninggalan sejarah beberapa kota di Jawa dan Bali. Dalam memamerkan koleksinya, Museum Sonobudoyo menggunakan cara yang atraktif dan inovatif agar pengunjung tidak merasa bosan saat berada di dalam museum.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Berbicara mengenai destinasi wisata yang ada di Jogjakarta memang tidak akan ada habisnya. Wisata alam, sejarah hingga budaya dapat kita temukan di Jogja. Untuk itu kali ini saya akan  mengajak kalian mengunjungi salah satu destinasi wisata budaya yang ada di Jogja yaitu Museum Sonobudoyo. Betul sekali, sebagian wisatawan memang jarang memasukkan museum sebagai daftar destinasi wisata mereka karena museum identik dengan kata membosankan. Berbeda dengan Museum Sonobudoyo, jika berkunjung kesini kalian tidak akan merasa bosan karena Museum Sonobudoyo memiliki cara tersendiri untuk memamerkan koleksinya.

Sebelumnya saya memang sudah pernah mengunjungi Museum Sonobudoyo pada tahun 2015 bersama dengan teman-teman sekolah saya. Meski sekarang wisatawan yang datang tidak sebanyak dulu karena adanya pandemi Covid-19, namun perasaan saat saya berkunjung masih tidak berubah, museum ini tetap tampak cantik dan tidak banyak berubah. Karena adanya pembatasan orang dalam satu ruangan saat pandemi maka saya berinisiatif untuk bertanya apakah harus ada reservasi untuk berkunjung ke museum, ternyata tidak. Saya dapat langsung membeli tiket saat berada di lokasi.  Harga tiket masuknya pun cukup terbilang murah, Rp3000 untuk satu orang dewasa. 

Museum yang terletak tepat di sebelah utara alun-alun Jogja ini ternyata menyimpan banyak benda peninggalan sejarah beberapa kota di Jawa dan Bali. Terlihat dari depan, arsitektur bangunan jawa dan beberapa patung yang memang di letakkan di depan gedung. Bangunan juga banyak menggunakan kayu arsitektur Jawa dan warna emas. Setelah masuk dan cek suhu, saya meminta ditemani oleh tour guide untuk menerangkan apa saja yang ada di dalam museum. Salah satu tips dalam berwisata adalah jika suatu destinasi wisata menawarkan tour guide jangan sungkan untuk meminta bantuannya, karena biasanya tour guide akan menjelaskan lebih detail mengenai apa saja yang ada disana sehingga saat kita berwisata tidak hanya mendapat foto-foto cantik nan estetik melainkan mendapat ilmu dan pengetahuan baru. Tour guide yang disediakan oleh Museum Sonobudoyo ini gratis dan akan menemani perjalanan kita sampai akhir. Saat itu saya ditemani oleh Bapak Arya sebagai tour guide yang telah bekerja di Museum Sonobudoyo Sejak tahun 2011. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Beberapa patung yang terletak di depan Museum Sonobudoyo

 

Sebelum mulai menyusuri museum, Pak Arya mengatakan bahwa saya atau wisatawan lainnya diperbolehkan untuk mengambil foto. Saya bertanya kenapa diperbolehkan padahal saat berkunjung pada tahun 2015 dilarang mengambil foto menggunakan alat apapun. Lalu dijelaskan bahwa untuk menunjang promosi dan kedatangan wisatawan, museum Sonobudoyo sekarang memperbolehkan pengambilan foto karena adanya penurunan wisatawan saat pandemi. Museum ini ternyata terbagi dalam dua unit, yaitu unit I untuk koleksi sejarah dan kebudayaan Jawa secara keseluruhan sementara unit II berfokus pada Kota Yogyakarta. Terdapat 12 bagian pada museum ini berdasarkan jenis benda dan periode yang ada di dalamnya. Selama menyusuri 12 bagian tersebut pak Arya akan menemani saya untuk menjelaskan setiap bagiannya.

Museum ini diresmikan pada tahun 1935 oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VIII. Sebelum memasuki ruang pertama, di lobby museum terdapat seperangkat alat gamelan Slendro - Pelog Kyai- Nyai Riris Manis hibah dari Sri Sultan Hamengkubuwono I. Selain itu terdapat ‘wiyaga’ atau penabuh gamelan yang memainkan salah satu alat dari seperangkat gamelan. Suara gamelan yang dimainkan sangatlah merdu hingga saya ingin ikut memainkan gamelan tersebut. Saya menanyakan kepada pak Arya apakah boleh mencoba memainkannya dan ternyata memang wisatawan yang datang ke museum diperbolehkan untuk mencoba gamelan yang telah disediakan tetapi bukan gamelan yang dipamerkan. Pertama kali mencoba gamelan tersebut rasanya sangat sulit karena memiliki banyak bilah yang harus dipukul. Walaupun sampai saat ini saya masih belum bisa memainkannya tetapi saya senang karena setidaknya saya sudah pernah mencoba memainkan gamelan. Gamelan tersebut akan lebih lengkap rasanya jika disertai dengan pertunjukan wayang. Sayang sekali saat saya datang kesana pertunjukan wayang masih belum ada karena pandemi Covid-19.

Pada ruang pertama yaitu ruang pengenalan yang menyimpan koleksi dipan atau tempat tidur pengantin Jawa lengkap dengan sepasang patung pengantin Loro Blonyo. Terdapat salah satu benda yang menarik perhatian saya yaitu adanya wadah yang di dalamnya banyak terisi koin. Setelah saya tanyakan kepada tour guide, ternyata koin tersebut dianggap sebagai kepercayaan tersendiri oleh orang yang datang. Memasuki ruangan yang kedua yaitu ruang prasejarah yang menurut saya sedikit menakutkan untuk seseorang yang penakut seperti saya karena di dalamnya terdapat replika tulang manusia pada zaman prasejarah yang di letakkan di bawah menggunakan peti sehingga mirip seperti aslinya. 

 

Tempat tidur pengantin Jawa, pengantin Loro Blonyo dan wadah berisi koin

 

Ruang selanjutnya menjadi salah satu ruangan favorit saya karena terdapat teknologi digital untuk melihat informasi mengenai keris dengan menekan gambar keris yang ingin kita ketahui informasinya seperti bermain game. Saat sampai di ruangan ini, Pak Arya selaku tour guide mengatakan, “Papan ini dapat dimainkan, loh, dan nanti akan muncul penjelasan serta suara dari keris yang kamu tekan, seperti ini caranya,” tutur Pak Arya sembari mempraktekkan kepada saya cara bermain papan keris. Benar saja, saat pemain menekan gambar keris maka akan terdengar suara seperti gesekan keris saat dikeluarkan dari singep atau wadah keris. Suara tersebut menambah kesan hidup dan nyata dari keris yang keluar pada permainan.

Ruangan ini disebut sebagai ruang klasik karena memiliki benda-benda dari masuknya agama hindu hingga islam di Nusantara. Terdapat juga ruang batik yang memamerkan hasil karya batik mulai dari tulisan tangan hingga modern dengan printing dan cetak. Manekin pengantin tradisional Jawa juga dipajang di ruangan ini. Memasuki ruang ke-lima yaitu ruang wayang kulit yang menjadi ruangan yang paling saya sukai karena selain terdapat berbagai jenis wayang dari berbagai kota, terdapat pertunjukan wayang yang menggabungkan wayang tradisional dengan wayang modern. Belum selesai mengenai wayang, ruang ke-enam akan menampilkan wayang golek yang terbuat dari kayu.

 

Teknologi Digital untuk Melihat Informasi Mengenai Keris 

 

Ruangan selanjutnya adalah ruangan yang sedikit gelap karena menggunakan lampu yang temaram adalah ruangan topeng. Di ruangan ini diantaranya memuat topeng Bali dengan sosok wajah dalam kisah Ramayana seperti Prabu Rama, Dewi Sinta dan Rahwana. Karena sedikit takut akhirnya saya memutuskan untuk masuk ke ruang berikutnya yaitu ruang Jawa Tengah. Salah satu display di ruangan ini menampilkan ukiran kayu dari Jepara yang membuat saya ingin memiliki ukiran tersebut karena sangat rapi dan detail ukiran yang dibuatnya. Sejarah mengenai senjata juga masuk dalam ruang selanjutnya yaitu ruang senjata yang mendisplay berbagai macam bentuk keris dengan keterangan sejarahnya. 

Ruang yang membawa saya kembali seperti pada masa anak-anak saya yaitu ruang dolanan. Di ruangan ini terdapat berbagai macam mainan saat saya masih anak-anak seperti dakon, yoyo, ketapel daan othok-otho. Ingin rasanya saya memainkannya kembali seperti saat masih anak-anak. Ruang terakhir yang ada di dalam gedung adalah ruang Bali. Di Ruangan ini terlihat sekali nuansa Bali yang tercermin pada arsitektur ukiran kayunya dan warna emas yang menempel pada pintu atau hewan penjaga di depan pintu. Namun tidak sampai disitu saja, ruang terakhir ada di luar bangunan yaitu ruang Bentar. Areanya dilengkapi gapura khas Bali dan display Bale Gede sebagai tempat musyawarah dan pelaksanaan upacara daur hidup. 

 

Bentar Tampak Dari Depan

Kunjungan ke Museum Sonobudoyo kali ini menjadi salah satu perjalanan wisata yang menyenangkan. Selain karena mendapatkan ilmu baru mengenai sejarah dan budaya, protokol kesehatan untuk menghindari penyebaran Covid-19 dan jumlah kunjungan sangat dijaga. Pengunjung juga sudah diperbolehkan untuk mengambil foto di dalam museum sehingga dapat memiliki kenangan yang dapat diabadikan. Tour guide yang menemani saya selama melakukan tour museum sangat detail dalam menjelaskan apa saja yang ada di museum. Jika kalian ingin mencoba alternatif wisata yang ada di Jogja, Museum Sonobudoyo dapat menjadi salah satu pilihannya. 

Ikuti tulisan menarik Azizah Nurul lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB