x

Mancini

Iklan

Supartono JW

Pengamat
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 21 Juni 2021 21:45 WIB

Di Euro 2020, 26 Pemain Timnas Italia yang Dipilih dan Dibawa Roberto Mancini, Semua Starter

Tim tingkat kota, kabupaten, provinsi, hingga timnas di Indonesia, bila mau bicara prestasi, boleh ikuti cara Mancini. Ambil semua pemain terbaik di kotanya, kabupatennya, provinsinya, dan di Indonesia. Maka, semua pemain adalah starter. Dan, harus liat kondisi, jangan memaksakan diri. Bila pemain terbaik di kotanya, kabupatennya, provinsinya, hingga timnas Indonesia kualitas pemainnya belum sesuai standar, apa yang harus diperbaiki? Jelas, organisasinya, pembinaan, pelatihan, hingga kompetisinya, dong?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ada pelajaran berharga dalam gelaran Piala Eropa, Euro 2020 yang wajib dipetik khususnya oleh para pembina dan pelatih sepak bola di Indonesia, mulai dari akar rumput hingga timnas.

Pelajaran Mancini

Pelajaran berharga itu adalah datang dari alenatore cerdas dari timnas Italia Gli Azzurri, Roberto Mancini. Pasalnya, kendati Italia baru dipastikan lolos ke babak 16 besar setelah 2 laga sebelumnya menekuk Swiss dan Turki di Grup A, namun posisi juara Grup belum di tangan, Mancini justru bergeming dengan menurunkan 8 pemain baru yang belum merumput dalam laga sebelumnya.

Andai pelatih Italia bukan Mancini, maka agak mustahil menurunkan 8 pemain yang belum dipercaya merumput sekaligus, sebab di pentas Euro 2020 ini, bukan tempatnya bermain-main dan memberi kesempatan serta kepercayaan gratis kepada pemain yang belum turun karena taruhannya kalah dan posisi juara Grup A bisa lepas dari genggaman.

Tetapi, Mancini tetap tegas bersikap, penuh percaya diri dengan semua individu pemain yang dipilih masuk dalam skuatnya. Kendati, hasil laga sangat berisiko, bila kalah dan hanya duduk di runner-up Grup, di babak 16 besar akan bersua dengan tim lebih kuat, nyatanya 8 pemain yang dikasih kepercayaan menjawab tuntas dengan tetap tampil cemerlang tak beda dengan tim yang sudah turun dalam 2 laga sebelumnya.

Padahal, Wales yang hanya membutuhkan 1 point untuk mendampingi Italia lolos ke 16 besar, malah bisa jadi juara Grup bila berhasil taklukkan Italia. Malah menurunkan skuat terbaik dan berusaha mati-matian untuk meraih kemenangan atau setidaknya seri saat melawan Italia. Maka, Tak heran jika Page pada akhirnya memasang sejumlah pemain andalan Wales di laga pamungkas dan memainkan formasi 3-4-3 bermain menyerang.

Namun, meski menurunkan 8 pemain langsung, Mancini tak berpikir bahwa Italia turun dengan tim lapis kedua dan tetap menang.

Sementara, Rob Page, mengaku senang dengan hasil pertandingan melawan Italia. Walau pun kalah 0-1 di Stadion Olimpico, Roma, Ahad, 20 Juni 2021, Page merasa hasil itu seperti kemenangan untuk Gareth Bale dan kolega karena nyatanya Wales tetap lolos ke 16 besar. Tentunya juga berkat hasil dari laga Swiss dan Turki yang dimenangi oleh Swiss.

Tak ada pemain utama dan lapis kedua, semua starter

Atas hasil menyapu bersih semua laga dan menjadi juara Grup A Euro 2020, para pembina dan pelatih di Indonesia perlu belajar dari Mancini.

Dalam kancah Euro 2020, Mancini memilih 26 pemain terbaik di Italia. Dari kecerdasan, ketegasan, dan tanggungjawabnya, Mancini benar-benar memilih pemain yang sesuai standarnya. Tak ada pemain titipan. Tak ada pemain yang masuk skuat karena kepentingan.

Oleh sebab itu, dari 26 pemain yang dipilihnya, Mancini tak pernah menganggap apalagi mengucap bahwa dalam skuatnya ada pemain utama dan ada pemain lapis kedua. Inilah bukti bahwa Mancini adalah pelatih yang paham dan menguasai pedagogi (kognitif, afektif, psikomotor) pemain dan tak salah memilih pemain. Tak menerima pemain titipan, apalagi pemain yang ada beban kepentingan.

Bahkan dalam jumpa pers seperti telah disiarkan oleh berbagai media internasional dan nasional, Mancini mengungkapkan bahwa dia benar-benar kepada pemainnya, bahkan menyebut kami memiliki 26 starter dalam skuad Italia yang dibawa dalam Euro 2020.

Mancini pun membuktikan ucapannya, menggadapi Wales dengan 8 pemain starter baru, dengan tetap target utamanya menang, ternyata pemain starter yang baru merumput di laga ke-3, tetap tampil sama baiknya dengan pemain starter yang sudah turun di laga ke-1 dan ke-2. Italia pun membungkam Wales, dan mengunci juara Grup A.

Mancini cerdas menjaga mental pemain

Setelah sukses memuncaki Grup A dan lolos ke 16 besar, perjalanan Italia mengarungi Euro 2021 akan bertambah berat. Namun, demikian sikap dan kecerdasan Mancini patut ditiru oleh seluruh pembina dan pelatih di Indonesia.

Mancini sangat percaya kepada 26 pemain yang dipilihnya dari pikiran dan tangannya sendiri. Lebih dari itu, perasaan dan pikiran ke-26 pemain juga sangat dijaga oleh Mancini.

Meski dalam sebuah laga, pemain yang turun hanya 11, yang menghuni bench pemain 7 orang, total 18 orang. Maka, dari 26 pemain yang dipilih, di laga 1 dan 2 ada yang tak berjersey tim 8 orang. Tetapi, di laga ke-3 dari 26 pemain telah merasakan merumput dan menghuni bench pemain, tidak menjadi pengisi tribun penonton abadi.

Itu semua terjadi, karena Mancini menganggap 26 pemainnya adalah starter. Semua pemain utama, tidak ada cadangan, tak ada pemain lapis satu atau lapis dua, apalagi meruntuhkan mental pemain dengan menyebut secara verbal ada pemain grade A dan grade B, hingga grade C dan seterusnya. Grade itu, kelas.

Di Indonesia, sangat masif saya jumpai, mulai dari sepak bola akar rumput, tim kota/kabupaten/provinsi, klub-klub, hingga timnas, pembina dan pelatihnya mengkotak-kotak kelas pemain.

Bila pembina dan pelatih mengkotak-kotak kelas pemain atau level pemain hingga menyebut kelompok di level akar rumput, maka dipastikan pembina dan pelatih jelas tak lulus pedagogi. Tak layak dan wajib dijauhkan dari sepak bola akar rumput, karena jelas tak akan mampu mendidik dan membina tumbuh kembang kognisi dan afektif pemain, hingga pemain mentalnya jatuh, layu sebelum berkembang.

Mendidik dan membina pemain usia dini dan muda ada teori dan tekniknya, di mana teori dan tekniknya juga wajib dipelajari secara formal, sebab pembina dan pelatih=guru.

Cara Mancini, sangat tepat ditiru oleh semua jenjang tim sepak bola untuk membuat mental pemain tetap terjaga dan terus naik tingkat kepercayaan dirinya.

Di Indonesia, banyak sekali pemain muda sampai timnas senior yang langsung layu ketika bergabung atau dipanggil tim tingkat kota/kabupaten/provinsi hingga timnas, sebab cara pendidikan dan pembinaan oleh pelatih sebelumnya berbeda, pun posisi bermain juga diubah-ubah. Sudah begitu, karena tak paham pedagogi, bahkan pelatih sampai dengan terang-terangan di dalam skuatnya ada pemain utama; pemain lapis dua, pemain grade A, grade B dan lain sebagainya.

Lihat Mancini! Karena dia sendiri yang memilih, 26 pemain terbaik Italia yang kini masuk skuat Gli Azzurri, dia sebut semuanya starter. Mental pemain pun terjaga, kepercayaan diri pemain pun terus tergaransi. Sebab, persoalan siapa dari 26 pemain yang diturunkan, itu adalah masalah kesempatan sambil membaca siapa lawan dan bagaimana kekuatannya, maka mana dari 26 starter yang akan dikasih kesempatan merumput.

Luar biasa, memilih dan memasukkan 26 pemain dalam skuat timnas Italia, tak ada pemain cadangan, semua pemain utama, semua starter bagi Mancini.

Semoga, di laga 16 besar, 26 pemain starter Italia, siapa pun yang akan diberikan kesempatan merumput mampu membayar kepercayaan Mancini yang telah merekrutnya dalam timnas Italia sebagai 26 pemain starter.

Apa pun hasil selanjutnya Italia di Euro 2020, kelak 26 pemain pilihan Mancini, akan kembali ke klub dan keluarganya dengan kepala tegak, mental yang tetap terjaga, kepercayaan diri yang tinggi, dan signifikan pada standar permainan yang kualitas di klubnya, karena dijaga dan ditingkatkan kualitas kemampuan tekniknya, intelegensinya, personalitinya, dan speednya (TIPS) oleh Mancini di timnas Italia, tetap menjadi pemain utama.

Bukan menjadi pemain pelengkap demi memenuhi syarat dan kuota, bukan sebagai teman untuk latihan, teman tidur, penghuni bench pemain, apalagi pengisi tribun penonton.

Tim tingkat kota, kabupaten, provinsi, hingga timnas di Indonesia, bila mau bicara prestasi, boleh ikuti cara Mancini. Ambil semua pemain terbaik di kotanya, kabupatennya, provinsinya, dan di Indonesia. Maka, semua pemain adalah starter.

Dan, harus liat kondisi, jangan memaksakan diri. Bila pemain terbaik di kotanya, kabupatennya, provinsinya, hingga timnas Indonesia kualitas pemainnya belum sesuai standar, apa yang harus diperbaiki? Jelas, organisasinya, pembinaan, pelatihan, hingga kompetisinya, dong?

Bukan harus dengan cara instan, comot pemain naturalisasilah, comot pemain dari daerah lain lah. Ayo, perbaiki. Cara Mancini sudah terbukti!


Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ikuti tulisan menarik Supartono JW lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB