x

Pandemi COVID-19 menyebabkan sistem kesehatan kewalahan, meski begitu ada beberapa pelajaran yang bisa diambil

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Selasa, 22 Juni 2021 16:15 WIB

Renungan HUT ke-494, Jakarta Sedang Tidak Baik-baik Saja

Pafa HUT ke-494 hari ini, Jakarta butuh pengertian dan bukan kesibukan. Karena Jakarta tidak sedang baik-baik saja. Jakarta memang kota sibuk. Kota mahaberpendidikan. Tapi di saat yang sama banyak warganya tidak punya sikap pengertian. Terlalu percaya diri dan egois saat menghadapi pandemi. Dan, kita tahu apa yang kini sedang di aalami ibu kota...

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kota Jakarta tidak sedang baik-baik saja, tapi butuh pengertian

Hari ini Jakarta, kota kelahiran saya merayakan ulang tahunnya yang ke-494. Tapi apa mau dikata, Jakarta hari ini pun dilanda lonjakan kasus Covid-19 yang luar biasa. Tanggal 20 Juni kemarin, Jakarta kembali mencatat rekor baru dengan 5.582 penambahan kasus harian. Di hari ulang tahunnya, tentu Jakarta tidak sedang baik-baik saja. Efek pandemi Covid-19, membuat Jakarta berubah. Dan jangan sampai, prediksi kasus aktif Covid-19 di Jakarta dapat mencapai 218 ribu pada Agustus 2021benar-benar terjadi.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kenapa bisa begitu?

Jakarta memang kota sibuk. Kota yang mahaberpendidikan. Tapi di saat yang sama banyak orang Jakarta tidak punya sikap pengertian. Terlalu percaya diri dan egois. Saat pandemi Covid-19, perilakunya tidak terlalu berubah. Seperti biasa-biasa saja, bahkan menganggap baik-baik saja. Mungkin, akibat doktrin yang ditanamkan sejak dulu. Bahwa hidup di Jakarta itu keras. Doktrin itu dulu, mungki hari ini tidak tepat lagi.

Sebagai kota megapolitan, Jakarta memang surganya penyembah status sosial. Mobilitas yang tinggi lagi padat, jadi sebab pentingnya status itu. Pergi pagi pulang malam, menghabiskan waktu di kafe-kafe atau tempat kesenangan sesaat. Lebih dari itu, tidak sedikit dari mereka berjuang untuk mempertontonkan nafsu konsumtif bahkan hedonisme.

Gaya hidup jadi segalanya. Semuanya tergantung uang di kantong. Orang-orangnya berteknologi canggih. Hingga handphone di tangan pun berlomba-lomba yang paling hebat. Suka tidak suka, Jakarta boleh disebut kota yang individualis, kota egois. Tapi sayang, di saat lain, peradaban dan karakter baik pun sudah ditinggalkan kota Jakarta.

Di Jakarta pasti banyak orang pintar. Tapi bisa jadi mereka kurang bijaksana.

Orang pintar memang gemar bicara, gemaar mempermasalahkan yang harusnya tidak jadi masalah. Banyak bicara sedikit mendengar. Sementara orang bijak, justru lebih banyak mendengar dan bicara seperlunya. Dan yang paling jelas di masa pandemi Covid-19 ini, orang-orang pintar itu berlomba-lomba cari cara mengatasi masalah. Sementara orang bijak, justru mereka fokus untuk menghindari masalah.

Kasus Covid-19 yang melonjak, hanya dicarikan upaya mengatasi masalah. Tutup jalan, PPKM mikro dan sebagainya. Tapi tidak menyentuh, bagaimana cara menghindari lonjakan kasus baru Covid-19.

Jadi sebagai hadiah untuk Kota Jakarta yang sedang ulang tahun, Jakarta hari ini tidak sedang baik-baik saja. Jakarta hari ini butuh pengertian. Semua orang Jakarta, harus mengerem gaya hidup dan kesibukannya. Harus patuh dan sadar pentingnya protokol kesehatan. Dan membatasi mobilitasnya.

Dan terakhir, saya harus berucap terima kasih untuk Jakarta. Kota kelahiran, tempat ari-ari saat saya bayi dibenamkan. Kota Jakarta tidak lagi keras. Tapi butuh pengertian #SelamatUltahJakarta #HUTJakarta #LiterasiJakarta

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu