x

Trubus Rahardiansyah. Sumber foto: beritabuana.co

Iklan

Sutri Sania

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Januari 2021

Senin, 8 November 2021 06:13 WIB

Ragam Tanggapan Terkait Ada Mafia Bisnis di Penyelenggaraan Tes PCR

Kasus dugaan adanya mafia bisnis di tes usap RT-PCR yang melibatkan pejabat-pejabat negara kini ramai diperbincangkan. Seluruh lapisan masyarakat dari elite politik, tokoh masyarakat, ormas,, tokoh agama hingga warganet sama-sama mengecam para pejabat yang berbisnis di tengah derita rakyat karena wabah pandemi Covid-19.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kontroversi adanya mafia bisnis tes PCR yang melibatkan nama pejabat negara Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dan beberapa pejabat papan atas masih hangat dan menjadi buah bibir di berbagai elemen masyarakat. 

Tentu, dugaan kasus mafia PCR ini mengundang respons banyak tokoh masyarakat dan politikus. Seakan-akan senada satu dengan yang lain, mereka turun tangan memberikan kritik tajam kepada beberapa nama yang diduga terlibat.

1. Trubus Rahardiansyah: Mafia Bisnis PCR Melanggar Undang-Undang

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Respons pun datang silih-berganti, seperti pernyataan dari Pengamat Kebijakan Publik Universitas Trisakti Trubus Rahardiansyah. Trubus menyatakan bahwa hal yang dilakukan oleh komplotan mafia tersebut jelas melanggar undang-undang, yang artinya bukan semata-mata korupsi melainkan dijadikan nepotisme.

 "Apa yang dilakukan tentu melanggar UU Nomor 29 Tahun 1999 soal Penyelenggaraan Bebas KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme),” ujar Trubus. 

Oleh karena itu, Trubus menyarankan kepada para penegak hukum agar dapat mengusut dan membongkar mafia bisnis yang diduga ada di kalangan pejabat negara. 

2. Immanuel Ebenezer: Pejabat Berbisnis PCR Layak Dihukum

Tidak mau kalah, Ketua Jokowi Mania (JoMan) Immanuel Ebenezer turut melayangkan kritik pedas terhadap pejabat negara yang terlibat sebagai mafia bisnis tersebut. Lelaki yang akrab disapa Noel itu menilai bahwa para mafia bisnis tes PCR di kalangan pejabat ini sudah selayaknya dihukum.

“Jika dilihat dari sebelumnya, banyak peraturan yang terus berubah-ubah secara tidak pasti. Artinya, negara ini tidak dikelola dengan baik. Mereka tidak patuh dan menghormati pemimpinnya. Mereka layak dicopot dan dipidana hukuman mati karena berbisnis di tengah penderitaan rakyat, di tengah bencana,” kata Noel.

Menurutnya, selama ini Presiden Jokowi selalu berpihak kepada rakyat. Namun, orang-orang yang di lingkaran presiden ini tidak pernah peka dengan kondisi sosial. 

“Presiden sependapat dengan yang namanya merugikan rakyat. Presiden Jokowi selalu berpihak pada penderitaan rakyat. Problemnya garong-garong, maling-maling sekeliling Jokowi ini tidak pernah peka sosial,” kata dia.

Dalam hal ini Noel juga mengaku sudah menemukan harga PCR sebenarnya, yang jauh sekali dengan harga pasaran tes PCR yang dipasarkan. 

“Kita menemukan kemarin harga sebenarnya antigen hanya Rp18 ribu per-stick. Kok mereka malah menaikkan harga hingga Rp100 ribu. Kan, kurang ajar mengambil bisnis di tengah penderitaan rakyat ini,” tuturnya.

3. Andre Rosiade: Akan Cari Tahu Harga PCR Sebenarnya

Dalam hal ini, Anggota Komisi VI DPR sekaligus Politikus Gerindra Andre Rosiade turut berkomentar bahwa pihaknya akan mencari tahu harga tes PCR yang sebenarnya.

“Insya Allah pekan depan komisi 6 DPR akan memanggil perwakilan industri kesehatan BUMN seperti Bio Farma, Kimia Farma, dan lain-lain yang terlibat dalam industri kesehatan ini untuk melakukan paparan kepada kami mengenai harga tes PCR sebenarnya dan modal yang dibutuhkan. Kita mengetahui struktur biaya seperti apa sehingga kita bisa merekomendasikan kepada pemerintah berapa harga-harga yang masuk akal, rasional, dan tidak membebankan rakyat,” ujar Andre.

Ikuti tulisan menarik Sutri Sania lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler