Menolak Malu Dari Semangat Ibu Guru Sepuh
Rabu, 24 November 2021 19:18 WIBKisah pengalaman ibu guru sepuh dalam mendampingi siswa asuhnya, walau usia sudah senja namun semangatnya patut dijadikan contoh bagi para guru muda
Ketika anda diamanahkan menjadi seorang pengajar apa yang ada dibenak anda? Akankah anda melaksanakan tugas mulia tersebut ataukah hanya karena semata-mata tuntutan pekerjaan?
Bermula dari pengajar bernama Rojinah, S.Pd yang berasal dari SMA pinggiran Kabupaten Pekalongan, SMA tersebut jauh dari hiruk pikuk kemewahan dan hingar bingar padatnya kota-kota besar. Umur pengajar tersebut sudah senja bahkan beberapa tahun lagi pensiun. Rumah tinggalnya pun jauh dari tempat beliau berkarya. Namun yang selalu buat guru-guru muda disekolah tersebut selalu semangat bekerja adalah beliau taat beribadah, administrasi beliau selalu lengkap, kemampuan menggunakan media digital tidak jadul, perhatian dengan anak asuh dan siswa lainnya, sabar menghadapi "siswa istimewa", terus belajar dan belajar walau perintah dari pemerintah beralih pada platform digital dalam pandemi Covid 19, selalu hadir tepat waktu, dan disiplin taat sesuai jam kerja. Hal tersebut merupakan kaca benggala bagi kita guru-guru muda yang kadang malas apalagi selalu terbuai dengan budaya instan.
Masih melekat dalam ingatan, ada seorang siswa yang masuk dalam kategori "tinggal kelas". Beliau telaten selalu mengadakan konseling pribadi dengan siswa tersebut. Bisa dikatakan siswa tersebut adalah anak yang sebenarnya kurang mendapatkan kasih sayang karena berasal dari keluarga "broken home". Jika dilihat dari aspek kehadiran selama pembelajaran jarak jauh, siswa tersebut jelas tidak dapat naik kelas apalagi penilaian yang diselenggaran oleh Satuan Pendidikan tidak diikutinya. Namun dengan kerja keras, telaten dan kesabaran beliau, siswa tersebut bisa naik kelas.
Dilain peristiwa. Sekolah kami mengadakan kemah blok bertahap. Dengan semangat dan kasih sayang pada siswa asuhnya beliau ikut menginap mendampingi siswa asuhnya. Apakah beliau tidak memiliki keluarga? Punya, tentu berbekal restu dari keluarga menjadi pedoman untuk selalu memperhatikan siswa asuhnya.
Apakah hanya sikap tersebut tadi? Yang kami banggakan adalah beliau memberikan motivasi yang mencerminkan cinta tanah air. Sebagai contoh dalam acara ramah tamah pada kemah blok tersebut, beliau memberikan penjelasan bahwa kota kami punya batik yang menjadi identitasnya orang Pekalongan. Haruslah kita membudayakan batik dan menjaga aset lokal daerah, bila perlu kita belajar membatik sejak dini.
Dari rangkaian kisah ibu Rojinah, S.Pd seorang guru usia senja dapat diambil nilai-nilai penting bagi kita pengajar Indonesia yaitu (1) mengutamakan kewajiban dengan kesadaran dan keihklasan, (2) semangat, sabar, telaten dan istiqomah dalam membimbing siswa siswi, (3) belajar dan terus belajar walau usia sudah senja, (4) memberikan motivasi pada siswa siswi untuk selalu mengamalkan nilai luhur Pancasila, (5) disiplin, dan tekun beribadah. Hal-hal tersebut walaupun sederhana, namun konkret nyata diamalkan dalam kehidupan kita. Karena secanggih apapun kurikulum bahkan teknologi bila pengajarnya tidak mempunyai mindset yang benar tidak akan bermanfaat. (doc. pribadi)
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
Menolak Malu Dari Semangat Ibu Guru Sepuh
Rabu, 24 November 2021 19:18 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler