x

Pecihitam.org

Iklan

Yuliani Dwi Astuti

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Senin, 29 November 2021 05:48 WIB

Merdeka Belajar Sedari Dini

artikel pendidikan, merdeka belajar

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Merdeka Belajar, merupakan suatu gagasan baru yang membangkitkan kembali semangat revolusioner guna membuat suatu gebrakan besar untuk terciptanya tujuan pendidikan yang komprehensif. Sebagai output dari proses pendidikan, peserta didik diharapkan menjadi pribadi yang merdeka dan bertanggung jawab atas dirinya sendiri untuk bisa terjun ke kehidupan masyarakat sebagai individu yang dapat memberikan kontribusi nyata kepada lingkungan sekitarnya atas dasar kemerdekaan untuk mengimplementasikan kemampuan diri dengan optimal.

Sebagai suatu gagasan yang berlaku di dunia pendidikan, Merdeka Belajar dipandang sebagai suatu konsep yang dapat merubah haluan pendidikan di Indonesia yang selama ini terkesan terlalu mengutamakan hasil belajar berdasarkan nilai berupa angka yang didapatkan peserta didik melalui sistem asesmen dengan indikator yang kaku yang tentu saja bertolak belakang dengan keunikan masing-masing peserta didik.

Melalui Merdeka Belajar, sistem pendidikan di Indonesia akan berevolusi dengan meninggalkan kebiasaan-kebiasaan konservatif untuk kemudian digantikan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang kreatif serta inovatif. Lalu, mulai dari manakah konsep Merdeka Belajar dapat diterapkan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Proses belajar merupakan suatu proses jangka panjang  yang dialami oleh seorang manusia sejak dirinya dilahirkan ke dunia. Maka demikian untuk institusi pendidikan formal, Merdeka Belajar sebaiknya diterapkan mulai dari jenjang paling dasar yaitu pada jenjang Pendidikan Anak Usia Dini.

Sebagai seorang guru yang berkontribusi di jenjang pendidikan anak usia dini, saya mendukung konsep Merdeka Belajar untuk diterapkan mulai dari jenjang anak usia dini. Sebab pada 0-6 tahun pertama pengalaman kehidupan seorang individu dinilai sebagai waktu yang paling vital untuk memberikan pengalaman-pengalaman kehidupan yang esensial untuk kemudian membentuk karakter individu tersebut. Maka saya berharap, dengan penerapan konsep Merdeka Belajar, nantinya anak-anak sejak usia dini sudah dapat merdeka untuk memilih hal-hal yang mereka sukai dan membuat mereka merasa dihargai. Yang kemudian ketika mereka ditanya ketika sudah besar ingin menjadi apa, mereka akan menjawab dengan lantang serta akan memberikan jawaban yang sangat beragam dan tidak hanya berputar pada template jawaban ingin menjadi guru, dokter, atau polisi.

Saya sering merasa sedih dan juga bingung melihat kondisi pendidikan saat ini. Banyak sekolah yang mengharuskan anak untuk sudah mahir membaca, menulis, dan menghitung ketika memasuki jenjang pendidikan Sekolah Dasar sedangkan  untuk anak usia 0-6 tahun yang lebih perlu diprioritaskan adalah pengalaman belajar yang menyenangkan sehingga anak menyukai dan mencintai proses belajar. Kami sebagai guru anak usia dini harus menciptakan suasana belajar yang menyenangkan namun dilain sisi saya melihat banyak sekali anak-anak yang tidak siap untuk dijejali berbagai konsep huruf dan angka yang justru mengarahkan mereka kepada burnout akademik.

Sebagaimana disampaikan oleh Nadiem Makarim bahwa Merdeka Belajar ini dirancang untuk dapat memfasilitasi anak berkembang dan bertumbuh pada bidang yang mereka sukai. Dengan gagasan demikian, Merdeka Belajar bukan hanya berlaku untuk peserta didik saja, namun guru-guru pun turut serta akan merasakan kemerdekaan dalam mengajar yang tentu saja tetap bertanggung jawab.

Sebagai contoh, saya sebagai seorang guru di jenjang anak usia dini memberikan suatu pengalaman belajar yang sama bagi anak misalnya dengan mengenalkan konsep huruf kepada anak. Namun pada praktiknya tidak semua anak bisa tertarik dengan kegiatan mengenal konsep huruf. Dengan kondisi demikian saya tidak akan terbebani dengan tuntutan bahwa anak tersebut harus bisa membaca huruf sesaat setelah saya mengenalkan konsep huruf kepada mereka.

Saya akan lebih merdeka dan lebih menghargai anak bahwa anak didik yang saya sayangi tidak semuanya sama. Ada anak didik saya yang belum tertarik untuk mengenal huruf, namun tidak lantas mengartikan bahwa saya gagal dalam mendidik atau anak didik saya gagal dalam mengikuti kegiatan di sekolah. Saya memiliki keyakinan bahwa manusia itu terlahir sudah dengan keunikan dan bakat serta potensinya masing-masing. Tugas saya sebagai guru adalah membantu anak didik saya untuk mengembangkan keunikan, potensi, serta bakat yang mereka miliki.

Anak didik saya harus merdeka dalam belajar. Saya pun merdeka untuk mengajar. Anak didik saya tidak harus memaksakan diri untuk bisa dalam segala hal, dan saya pun tidak harus merasa terbebani bahwa hasil dari suatu kegiatan pendidikan dilihat dari indikator yang sama.

Dalam pengimplementasiannya, Merdeka Belajar ini pasti akan menimbulkan pro dan kontra. Akan ada yang bersikap skeptis bahwa Merdeka Belajar ini suatu konsep yang terlalu berani dan beresiko. Namun saya akan melihat Merdeka Belajar ini dari kacamata yang positif. Sebagai guru, saya hanya ingin bersikap kooperatif untuk hal-hal yang membantu anak didik saya bertumbuh dengan baik sehingga berada di jalan yang menuntun mereka untuk menjadi anak yang optimal dan juga tentu saja anak yang merdeka.

Ikuti tulisan menarik Yuliani Dwi Astuti lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu