Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan salah satu program yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak tahun 2015. Dalam Gerakan literasi ada tiga tahapan pelaksanaan yaitu pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
Di era merdeka belajar yang telah diluncurkan oleh Mendikbudristek, Bapak Nadiem Anwar Makarim bahwasanya Literasi terus digalakkan yang termuat pula dalam Asesmen Nasional. Salah satu terobosan di era merdeka belajar yang dilakukan yaitu penghapusan Ujian Nasional (UN) dan menggantikannya dengan Assesmen Nasional (AN). Meskipun dalam konsep pelaksanaannya UN dan AN adalah dua hal yang berbeda.
Asesmen Nasional adalah program evaluasi yang diselenggarakan oleh Kemdikbudristek untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan memotret input, proses dan output pembelajaran di seluruh satuan pendidikan. Asesmen Nasional dilaksanakan dengan 3 (tiga) instrumen yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM Literasi dan Numerasi), Survey Karakter dan Survey Lingkungan Belajar
Selama masa pandemi Covid-19, ada beberapa kegiatan literasi yang berkurang seperti pembiasaan membaca 15 menit sebelum pelajaran dimulai, pemanfaatan perpustakaan, pojok baca, dan sebagainya. Untuk mengatasi learning loss selama pandemi terutama terkait literasi, maka praktik baik yang kami lakukan yaitu dengan memanfaatkan teknologi. Kami menyebutnya dengan Gerakan Literasi Digital. Gerakan literasi digital yaitu gerakan literasi sekolah yang dikembangkan dalam bentuk digital yang berupa quote of the day atau kutipan harian yang dikirim ke grup WhatsApp kelas dan juga di website sekolah.
Isi dari quote of the day atau kutipan harian berupa kata-kata bijak, kalimat-kalimat bijak, motivasi,atau kalimat religi yang bertujuan untuk meningkatkan karakter peserta didik dan meningkatkan motivasi mereka. Kutipan yang dibuat diperoleh dari guru ataupun mengutip dari kata-kata bijak orang popular.
Diagnosa awal kegiatan ini yaitu rendahnya kemampuan literasi dan motivasi dalam belajar. Sehingga perlu cara agar kembali membiasakan hal-hal baik yang dapat meningkatkan kemampuan literasi maupun motivasi peserta didik dalam belajar.
Oleh karena itu gagasan yang diambil untuk meningkatkan kemampuan literasi dan motivasi dalam belajar yaitu melalui Gerakan literasi digital yang dikemas secara menarik dan secara digital dengan memanfaatkan media sosial dan teknologi.
Langkah awal yang diambil yaitu mengadakan koordinasi dengan guru dan karyawan dengan membentuk tim literasi sekolah dan didalamnya ada tim literasi digital. Tim literasi bertugas mendesain kutipan dan mengunggahnya ke medsos. Setiap hari secara terjadwal satu guru mengirimkan kutipan kata bijak, motivasi, atau cerita inspiratif kepada tim literasi. Tim literasi setiap pagi hari bertugas untuk mengunggah di grup sekolah untuk disebarkan wali kelas ke peserta didik. Selanjutnya guru dapat membahas kutipan harian tersebut sebelum pembelajaran dimulai.
Demikian pemaparan praktik baik kami dalam melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah di era merdeka belajar. Semoga pengalaman ini dapat menginspirasi kita semua dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Ikuti tulisan menarik isrofatul hidayati lainnya di sini.
