x

Iklan

uyun siti Syarifah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 November 2021

Kamis, 2 Desember 2021 18:08 WIB

Dualisme Seorang Guru

Pengalaman guru pendidikan khusus anak Tunagrahita dalam menghadapi peserta didiknya dihadapkan pada dualisme. Peranan pertama layaknya sebagai pengatur lalulintas udara yang menuntut guru untuk bisa menempatkan semua komponen dilingkungan anak menempati posisinya dengan baik. Peranan selanjutnya seolah juru taman yang harus dapat menyemaikan benih-benih kecintaan kebajikan dan memeliharanya supaya tumbuh dengan subur di lingkungan sekitarnya. Mendidik anak bukan dengan pikir akan tetapi dengan hati yang akan menemukan sendiri kiat dan kuat dalam menjalankan misinya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

DUALISME SEORANG GURU

Uyun Siti Syarifah, S.Pd, Guru SKHN 01 Kota Serang

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Banyak pengalaman menarik yang dirasakan selama berkecimpung di dunia Pendidikan anak berkebutuhan Khusus, pada masa pandemik Covid-19 ini khususnya. Sebagai seorang guru seolah berperan ganda dalam menghadapi anak didiknya, salah satunya sebagai pengatur lalulintas. Mengajar anak-anak spesial yang secara daring dan luring, menuntut guru harus berusaha dapat memposisikan semua berada pada jalurnya dan mencegah agar tidak tabrakan.

 Sebagai pengatur yang handal, guru harus bisa menjaga stabilitas kelancaran jalur hilir mudiknya lalu lintas udara. Ruang lingkup pendidikan anak yang harus dijangkau, seperti luasnya hamparan langit. Pengatur lalulintas dituntut harus mampu menempatkan semua komponen di lingkungan anak agar menempati posisinya masing-masing dengan baik.

Penerapan merdeka belajar yang menyenangkan dengan Pendidikan berpusat pada anak dilapangan seorang guru mendapatkan lima fakta.

Pertama, kenyataanya setiap anak itu unik. Perlu pendekatan khusus dalam proses pembelajaran agar anak mudah diatur dan dalam mengatur mereka perlu kiat dan kuat.

Kiat; seorang guru harus bisa meyakinkan sehingga anak percaya bahwa gurunya itu sayang dan peduli. Untuk itu, keluwesan guru dalam merespon sikap anak dan membangun komunikasi  dengan anak hal yang wajib. Keluwesan dalam merangkul dan mengatur mereka, seperti halnya kita bermain layang layang, bagaiman agar layang layang berlayar indah atau bertarung tangguh. Kuncinya Tarik-ulur benang, kapan kita harus menarik dan kapan kita harus mengulurkan benang layangan.  

Kuat; seperti pengatur, seorang guru harus tetap kuat mengatur semua berada pada posisinya dengan benar. Tidak boleh lengah dan lemah dengan sikap atau rengekan anak.  Penerapan disiplin pada anak yang unik ini, tidak serta merta “ketuk palu’, menghukum anak ketika melakukan kesalahan. Ketegasan dalam menerapkan disiplin harus kuat. “Kuat” disini tegas tapi bukan berarti keras. Tegas dalam mendisiplinkan anak bukan berarti kasar namun dalam hal ini guru tidak serta merta menghukum anak ketika melakukan kesalahan atau merasa iba dengan rengekannya. Penerapan disiplin pada anak dapat di ulur layaknya mengulur benang layangan, tapi jika sudah dianggap terlalu jauh atau arahnya akan melenceng, benangnya bisa kita tarik untuk mengendalikanya. Pengalaman guru seperti sang pengatur dilapangan akan menemukan sendiri kiat serta kuat dalam menjalankan misinya.

Kedua, luasnya hamparan langit dan terbatasnya jarak pandang, menjadikan seorang guru harus jeli agar semua tetap pada jalurnya serta dapat dikendalikan dengan aman. Membangun komunikasi dua arah yang tidak terbatas hanya dengan satu sisi saja. Jangkauan komunikasi yang dibangun tidak hanya terbatas dilingkungan sekolah saja namun juga dengan lingkungan dimana anak tinggal. Hal ini perlu dilakukan untuk memperoleh imformasi yang tepat dan mencegah hal buruk yang akan terjadi. Komunikasi yang sudah dibangun harus terus dijaga agar dapat memantau siswa dari kejauhan.

Ketiga, mendidik anak dengan hati, bukan dengan pikir atau logika. Hati yang ikhlas dalam mengajar akan memberikan kenyamanan dan ketenangan dalam menghadapi anak. Menjadi guru harus Fokus dengan niat ibadah bukan hanya mencapai tujuan Pendidikan saja, karena jika tujuan tidak tercapai, seorang guru akan dibuat lelah dampaknya kelas akan menjadi berantakan. Sebagai seorang guru pendidikan khusus dalam memberikan pembelajaran pada anak tidak bisa diukur dari hasilnya saja. Seiring berjalannya waktu memang hasil tidak akan menghianati proses.

Keempat, cerdas menyikapi situasi dan kondisi. Materi yang sudah dirancang dalam penyampaian bisa berubah karena situasi dan kondisi. Di dalam kelas guru sering menjumpai anak datang dengan berbagai permasalahan; ada yang tidak punya semangat belajar sama sekali, ada yang bermasalah dengan temanya atau tantrum, yang menjadikan seorang guru harus mampu bermain cantik dan merubah strategi agar pembelajaran tetap berjalan kondusif. Pentingnya disini peranan seorang guru seperti pengatur yang harus cerdas menyikapi situasi yang mudah berubah agar lalu lintas udara tetap berjalan lancar dan bermakna.

Kelima, pentingnya kerjasama antara guru dengan orang tua dalam membimbing anak untuk menjaga keharmonisan hubungan guru dengan orang tua, menentukan tingkat keberhasilan pembelajaran pada anak. Keberadaan anak dilingkungan rumah dan keluarganya jauh lebih lama dibandingkan dengan di sekolah.

Pembelajaran di sekolah harus bekesinambungan dengan di rumah, untuk membangun pembelajaran berkelanjutan. Pembiasaan dan hal-hal yang di terapkan di sekolah perlu dikomunikasikan dengan orang tua. Perlunya bertukar informasi dan strategi dalam menangani masalah anak, merupakan kiat-kiat dalam mendidik anak sesuai harapan.

Sisi lain seorang guru, layaknya juru taman. Menyelami dunia anak, mulai dengan mengikuti gaya bicaranya, sampai menjadi teman setia yang siap mendengar semua curhatannya. Mulai dari mengajari sampai membimbing anak supaya mandiri layaknya seperti juru taman, yang membajak tanah dan menanamkan benih-benih kebajikan dengan cinta pada anak-anak dalam belajar dengan lingkungan kehidupannya.

Perlu diketahui beberapa sikap dan kebiasaan mengajar guru di kelas, seperti: menyambut anak yang datang dengan menanyakan kabar yang menunjukkan sikap empati dan kasih sayang. Bagi anak seolah mereka diberi pupuk penyubur sehingga semangat untuk belajarnya.

Pemilihan materi pembelajaran yang akan diberikan harus disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kebutuhan anak. Kedepan Pendidikan akan menjadi digital. Sebagai guru harus mulai mengenalkan media pembelajaran dengan IT, sebagai contoh guru dapat mengemas evaluasi pembelajaran dengan metoda Hot-Rock.

Metode Hot-Rock merupakan cara memberikan soal pilihan ganda yang menyenangkan. Sebuah kiat dalam menjaga proses evaluasi agar tidak membosankan bagi anak- anak karena disini mereka bebas berekspresi melihat hasil pilihan jawabanya.

 Teknis proses mengenalkan metode Hot-Rock dalam mengerjakan soal pilihan ganda sebagai alat evaluasi.  Pertama guru membacakan soal dari laptop beserta pilihan jawabannya. Selanjutnya membimbing anak dalam menentukan pilihan jawaban yang menurutnya benar dengan cara mengklik optional A atau B, sementara di layar laptop muncul gambar emotikon sedih dengan suara hu hu hu, jika jawaban anak salah. 

Guru harus mengingatkan untuk hanya mengklik jawaban satu kali saja, hal ini memancing perhatian anak agar tidak mendapatkan respon yang sama. Berbeda lagi jika anak mengklik pihan jawaban yang benar, tampilan di layar laptop yang terdengar suara riuh gemuruh kemenangan disertai muncul animasi tepukan tangan.

 Selanjutnya dalam mengerjakan soal, anak selalu berusaha untuk memilih jawaban yang benar. Disini terlihat ada usaha dari anak untuk menjawab dengan benar dan mereka kecewa jika jawabanya salah, sehingga tumbuhlah benih-benih kecintaan semangat untuk belajar.

Membudayakan pola hidup sehat dengan menerapkan prokes covid-19. Seperti melepas sepatu dan menyimpan di rak sepatu ketika masuk kelas. Kegiatan setiap hari senin adalah memeriksa kuku anak dan membersihkan kolong meja dari sampah, untuk menumbuhkan pembiasaan disiplin dalam membuang sampah ke tempatnya.

Menggunakan waktu istirahat untuk mengajak anak makan bersama-sama dan saling berbagi. Semua anak merasa dihargai dan diperlakukan sama, mereka merasa disayangi. Disini guru bisa sambal mengingatkan anak-anak yang lamban dan malas jika mengerjakan tugas. anak akan ditahan tidak pulang sampai tugasnya selesai. Seolah menyingkirkan bibit penyakit yang akan merusak tumbuhnya benih-benih kecintaan untuk belajar.

Menyamakan persepsi dengan orang tua untuk menggali sisa potensi anak yang dapat dikembangkan. Memberikan program kegiatan anak di rumah yang harus di awasi seperti; bangun pagi, mengerjakan sholat lima waktu, menerapkan aturan dalam menggunakan gadget dan melibatkan anak dalam membantu menyelesaikan pekerjaan rumah.  Dengan kebersamaan mereka dalam beraktifitas seolah menumbuhkan benih-benih kebajikan dalam keluarga.

Ikuti tulisan menarik uyun siti Syarifah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

9 jam lalu

Terpopuler