x

Dokumentasi Pribadi

Iklan

Kun Suryani

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 28 November 2021

Jumat, 3 Desember 2021 05:01 WIB

Merdeka Belajar: Mengoptimalkan Kemampuan, Memberdayakan Keterbatasan

Penghargaan bukan ajang pameran. Penghargaan juga bukan untuk gaya-gayaan. Bagi saya penghargaan adalah pembuktian atas kemampuan yang dibangun atas dasar kebersamaan. Disiplin, kompak dan semangat adalah kunci utama. Inilah kisah Merdeka Belajar di tengah keterbatasan yang diwujudkan tim bola voli putri SMPN 13 Surakarta dengan berhasil meraih juara 2 pada Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA) tahun 2019 tingkat kota Surakarta.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di sebuah taman kota di daerah Banjarsari, Surakarta pada hari Rabu, 18 September 2019 pukul 07.45. WIB, berkumpullah 9 orang siswi. Sejak saat itu mereka berkomitmen untuk membangun tim yang solid secara fisik, teknik dan mental. Mereka bersama-sama mencari tempat yang datar/rata. Dua buah lembing disiapkan beserta tali rafia dan empat buah pin terbuat dari besi yang ujungnya lancip, sebagaimana digunakan untuk mendirikan tenda untuk berkemah. Dua orang memegang ujung tali rafia yang sudah diikatkan pada sebuah pin. Satu orang memegang lembing yang sudah diikat dengan tali rafia  dalam posisi berdiri tegak. Kemudian ke dua pin ditancapkan ke tanah. Berdirilah sebuah lembing sebagai tempat mengikat tali rafia.

 

Kemudian beberapa orang membentangkan tali rafia yang sudah ditalikan pada lembing ke arah yang berlawanan. Siswi yang lain melakukan hal yang sama yaitu menancapkan dua buah pin supaya lembing bisa berdiri tegak. Maka tegakklah kedua buah lembing  dan diantara dua lembing itu membentang tali rafia sepanjang kurang lebih 10 meter dengan tinggi 2,24 m sebagai representasi tinggi standar net bola voli untuk putri. Tali rafia yang membentang itu menggantikan fungsinya sebagai net/jaring. Bilah bambu juga telah disiapkan untuk membuat garis lurus berukuran 9 x 9 m dengan cara menekan ke tanah dengan cara berjalan mundur. Lapangan bola voli yang sederhana telah selesai dibuat oleh tim.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Itulah gambaran tim bola voli putri SMPN 13 Surakarta saat menjalani latihan rutin. Sebelum latihan mereka harus mempersiapkan lapangan sedemikian rupa. Setelah latihan pun mereka juga harus membereskan hingga menjadi rapi seperti sedia kala. Rutinitas gotong royong dan latihan ini dijalani selama  satu setengah bulan sebelum hari pertandingan.

 

“Sayang ya pak sekolah kita tidak punya lapangan bola voli sendiri“, keluh orang tua siswi yang selalu mengantar dan menunggui putrinya saat latihan. Ibu itu merasa prihatin melihat semua siswi begitu bersemangat latihan tetapi tidak punya lapangan bola voli di sekolah.

 

Merdeka Belajar : Sederhana dalam Belajar, Maksimal dalam Tindakan

 

Hampir semua SMP di kota Surakarta memiliki lapangan bola voli yang memadai untuk latihan. SMPN 13 Surakarta adalah sekolah yang berdiri di atas tanah seluas kurang lebih 2000 m2 dan terletak di antara pertokoan dan pemukiman padat penduduk. Memiliki halaman untuk upacara bendera dan tempat untuk olahraga tetapi tidak mencukupi untuk ukuran lapangan bola voli. Dengan keadaan seperti itu maka tim bola voli kita bukanlah termasuk tim unggulan bahkan tim yang tidak diperhitungkan.

 

Meskipun tidak mempunyai tempat yang representatif untuk latihan, para siswi punya tekad dan terus semangat. Keterbatasan bukan menjadi masalah. Sebaliknya mereka justru bergairah. Mereka berlatih dan saling menguatkan semangat tanpa kenal lelah.

 

Melihat kondisi ini, sebagai guru PJOK ( Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan ) tidak boleh berdiam diri dan harus segera mengambil peran. Saatnya bergerak memberi dampak. Menyemangati tim untuk mengubah hobi menjadi prestasi. Maka bersama guru PJOK yang lain yaitu Pak Handayu dan Ibu Sri Rukoyah  kita melakukan koordinasi dan menyusun strategi.

 

Peran guru sebagai edukator, inspirator dan motivator harus menjadi motor. Kami harus bisa mengoptimalkan sumber daya yang ada, memberdayakan keterbatasan menjadi keunggulan kolektif yang bisa dilakukan bersama.

 

Ini saat yang tepat untuk memberikan bimbingan, inspirasi dan motifasi kepada tim bahwa kekuranan dan keterbatasan bukan menjadi halangan untuk berprestasi. Inilah saat yang tepat mengelola kekurangan dan keterbatasan menjadi kekuatan.  Inilah waktu yang tepat untuk mengoptimalkan kemampuan dengan fokus pada kelebihan, bukan justru meratapi kekurangan.

 

“Mulai hari ini bapak minta alihkan tontonan Youtube kalian dari K-Pop, drama Korea (drakor) atau yang lainnya ke tontonan tentang teknik bermain bola voli. Amati, tiru dan latihanlah sendiri setiap hari”, pesan saya kepada atlet. Penting juga untuk istirahat yang cukup disertai tambahan makanan bergizi menjelang agenda pertandingan yang akan kita ikuti.  

 

“Kita memang tidak punya lapangan bola voli. Namun tidak boleh pasrah diri. Kita memang bukan tim unggulan, namun percayalah kalian bisa membuktikan. Bapak melihat dalam diri kalian ada mental juara dan itu harus dibuktikan”, pesan saya berapi-api menyemangati. 

 

Saat itulah saya menemukan makna Merdeka Belajar sesungguhnya. Ketiadaan fasilitas bukan berarti melemahkan kesempatan belajar. Merdeka Belajar tidak selamanya berkaitan dengan akademik. Merdeka Belajar juga bisa berwujud fasilitasi kinestetik. Karena itulah Merdeka Belajar bisa memberikan ruang dan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik menjadi pribadi yang unik dan simpatik.

 

 

Esensi Merdeka Belajar adalah Evaluasi Diri sebagai Sumber Energi

 

Awal bulan September 2019 sekolah mendapat surat dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Surakarta bahwa akan ada kegiatan POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah) pada bulan November 2019. Saya berinisiasi mengadakan koordinasi terkait hal tersebut. Langkah pertama adalah mengumumkan kepada semua peserta didik bahwa akan dilaksanakan POPDA dan  mendata siswa yang berminat.

 

Setelah terdata peserta didik dikumpulkan sesuai dengan cabang olahraga yang akan diikuti. Karena banyak yang berminat mengikuti POPDA sedangkan kuota terbatas, maka diadakan seleksi sesuai cabang olahraga yang diminati. Peserta didik akan diseleksi oleh pelatih/ pembina masing-masing cabang olahraga. Dalam pelaksanaannya saya diberi tanggung jawab melatih/ membina cabang olahraga bola voli.

 

Tahapan seleksi bola voli telah dilakukan dan terpilih 9 siswi terbaik dan memenuhi persyaratan administratif untuk menjadi tim inti. Maka dimulailah latihan intensif satu minggu 3 kali. Selama 2 minggu tim menjalani latihan fisik dan  teknik dasar bola voli di halaman sekolah. Setelah cukup menguasai teknik dasar, maka tim mulai berlatih di lapangan taman Banjarsari kota Surakarta.

 

Lantas saya menunjuk atlet yang bernama Sella untuk menjadi kapten tim. Karena dalam bergaul dia bisa diterima oleh semua teman tim. Dia bisa menjadi panutan dalam tim, bisa memimpin teman-temannya dalam segala suasana. Dia bisa membuat suasana tenang ketika tim dalam keadaan tertekan oleh lawan.

 

Di tengah tim menjalani latihan rutin saya mencari sekolah lain untuk diajak melakukan uji coba pertandingan persahabatan. Hal ini penting  untuk mengetahui kemampuan tim dari aspek kekurangan dan kelebihan secara teknik maupun mental. Karena tidak mempunyai lapangan bola voli, kita melakukan uji coba pertandingan persahabatan dengan bertandang (berkunjung) ke SMPN 18 Surakarta.

 

Sebuah Angkot (Angkutan Kota) mengantar tim menuju SMPN 18 di Mojosongo Surakarta. Melihat pemanasan tim lawan dan cara melakukan pukulan keras, tim kita mentalnya jatuh sebelum pertandingan di mulai. Benar saja uji coba pertandingan perdana dimenangkan tim SMPN 18 Surakarta. Kekalahan pertama itu mengharuskan kita untuk segera melakukan evaluasi kekurangan dan kelemahan. Setelah mengetahui kekurangan maka ditambah intensitas latihan. Tidak boleh  putus asa dengan kekalahan pertama. Selanjutnya tim mengadakan uji coba lagi dengan tim yang sama yaitu tim SMPN 18. Hasil akhir uji coba pertandingan yang kedua ini tim kita juga mengalami kekalahan tetapi bisa melakukan perlawanan yang berarti dan cukup merepotkan lawan tanding.

 

Setelah saya analisa ternyata SMPN 18 mempunyai 2 pemain kunci yang sangat bagus. Pemain yang lain biasa-biasa saja. Sedangkan tim SMPN 13 tidak mempunyai pemain yang istimewa namun kemampuannya merata. Uji coba pertandingan persahabatan dirasa sudah cukup. Latihan rutin tetap dilanjutkan seperti biasa. Atlet justru semakin bersemangat karena bisa mengetahui kekurangan dan kelemahan diri sekaligus memperbaiki teknik pada sisa-sisa latihan.

 

Merdeka Belajar Membangkitkan Partisipasi Kolosal    

 

Di berbagai kesempatan kepala SMPN 13 Surakarta, ibu Kucisti Ike RSP, S.Pd. M.Pd selalu mengecek kesiapan para atlet dan memberikan arahan, dukungan dan motivasi. Secara khusus semua pelatih dan pendamping dari semua cabang olahraga dikumpulkan untuk ditanyakan persiapan tim. Adakah kendala yang dihadapi dalam latihan, adakah perlengkapan yang kurang, adakah masalah yang perlu diselesaikan.

 

Kepala sekolah menyampaikan bahwa masalah latihan diserahkan sepenuhnya kepada para pelatih. Guna menambah semangat, pelatih dan atlet  perlu memakai kostum baru. Ternyata ini membawa dampak yang bagus khususnya untuk atlet. Mereka lebih bersemangat ketika bertanding dengan kostum yang baru.

 

Penyelenggaraan POPDA resmi dibuka pada 6 November 2019 di lapangan bola voli Manahan Surakarta. Dalam pertemuan teknik dan undian  beberapa hari sebelumnya saya bersyukur tidak langsung bertemu dengan tim SMPN 18 yang sudah dua kali mengalahkan di pertandingan persahabatan.

 

Saatnya yang ditunggu datang dan sesuai hasil undian, hari pertama kita menjalani 2 pertandingan. Pada pertandingan pertama ini kita berhasil menang dengan cukup mudah melawan SMPN 24 Surakarta. Pertandingan kedua melawan SMPN 20 Surakarta. Di tengah pertandingan terdengar teriakan “Ayo semangat Galaska“. Galaska adalah identitas SMPN 13 Surakarta. Tanpa diketahui ternyata fihak sekolah yang dikoordinir oleh pak Handayu dan Pak Rusydi mengerahkan siswa-siswi yang tidak bertanding di hari itu untuk mendukung tim Galaska. Di pertandingan kedua ini kita juga berhasil memenangkan pertandingan.

 

Sebagai informasi SMPN 20 berhasil maju ke pertandingan kedua setelah mengalahkan SMPN 18 Surakarta yang pernah dua kali mengalahkan tim Galaska. Usai pertandingan saya disalami oleh pak Bambang pelatih SMPN 18 dan beliau memberikan ucapan selamat sembari mengatakan, ”Galaska luar biasa mainnya kompak sekali, tidak seperti dulu ketika uji coba pertandingan persahabatan.”

 

Di hari kedua, tanggal 7 November 2019 tim Galaska juga menjalani 2 pertandingan yaitu babak semifinal dan final. Di babak semifinal pertama berjumpa dengan SMPN 21 Surakarta. Dan seperti hari sebelumnya atlet Galaska dari cabang olahraga lain yang tidak bertanding pada hari itu diminta untuk menyaksikan, mendukung dan memberi semangat kepada tim. Jumlah pendukung hari kedua lebih banyak dari hari pertama. Saya pun terharu karena bapak ibu guru dan karyawan yang tidak ada jam mengajar juga turut hadir menyaksikan dan mendukung pertandingan ini.

 

Dengan kehadiran Bapak Ibu guru dan karyawan serta para siswa, tim Galasaka semakin percaya diri dalam  pertandingan. Dengan semangat dan perjuangan tak kenal lelah tim Galaska berhasil memenangkan pertandingan itu hingga akhirnya masuk babak final. Wasit turun dari tempat memimpin pertandingan sambil berkata, “Galaska hari ini main luar biasa tanpa celah, selamat untuk Galaska.”

 

Di babak final tim Galaska akan bertemu dengan pemenang antara SMPN 15 dan SMPN 1 Surakarta. Di babak semifinal kedua ini SMPN 1 Surakarta berhasil memenangkan pertandingan. Maka di babak final mempertemukan SMPN 13 Surakarta melawan SMPN 1 Surakarta. Di atas kertas SMPN 1 diunggulkan dalam pertandingan ini, karena tim tersebut terdapat pemain-pemain dengan kualitas terbaik di kota Solo yang tergabung di KKO (Kelas Khusus Olahraga). Akhirnya di pertandingan final kita dikalahkan oleh SMPN 1 Surakarta. Dan tim bola voli putri SMPN 13 Surakarta berhak meraih juara 2.

 

Nasihat Bijak Merdeka Belajar  

 

“Teruslah berdiri tegak anak-anakku. Ini bukan kekalahan. Ini adalah pembuktian dari ketiadaan menjadi keniscayaan,” ucap saya di akhir pertandingan. “Ingatlah bahwa kalian bisa sampai di babak final ini karena kepercayaan diri yang tinggi, karena kemampuan diri, karena ingin menjadi juara sejati,” “Tahukah kalian siapa juara sejati itu? Juara sejati adalah dia yang bisa mengalahkan ego diri, dia yang mampu mengelola diri, dia yang bisa membangun jati diri dengan empati dan prestasi,” pesan saya kepada tim dalam posisi lingkaran kecil. 

 

“Empati telah kalian tunjukkan sejak persiapan dengan semangat kebersamaan. Hari ini prestasi tertinggi belum kita raih, tetapi jangan sedih. Kalian telah melaluinya tanpa pamrih,” nasihat saya kepada tim. “Saat ini kalian belum menjadi juara satu. Namun bapak melihat ada mental juara dalam dirimu. Teruslah berlatih tanpa jemu. Suatu saat pasti kalian akan berada dalam podium utama itu,” kata saya sembari menunjuk ke tempat pembagian hadiah penghargaan.

 

Kisah nyata ini akan selalu menjadi penyemangat diri. Sudah saatnya  sebagai guru PJOK mengajarkan kepada peserta didik mengenai makna partisipasi dan kompetisi. Berani belajar di luar ruang. Memerdekakan pemahaman melalui pengalaman. Bergerak memberi dampak melalui tindakan yang kompak. Lupakan dulu kemampuan. Awali dengan keberanian. Tunjukkan dengan kesungguhan. Evaluasi hasil akhir dengan terus melakukan peningkatan dan penyempurnaan.

 

Salam Merdeka Belajar.      

 

 

Kun Suryani; guru PJOK SMPN 13 Surakarta

Ikuti tulisan menarik Kun Suryani lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler