x

Anak SDK Rosamystica sedang mengerjakan tugas di rumah setelah pembelajaran online dengan aplikasi google meet

Iklan

karolina koli

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 08:58 WIB

METODE “BLANDED LEARNING” SOLUSI BELAJAR YANG TEPAT BAGI KAUM MILENIAL

ABSTRACT By: Karolina Koli, S.Pd – Physics Teacher at SMAN 5 Kupang The world of education in Indonesia is currently experiencing a crisis caused by the Covid-19 pandemic. This is a problem for all components, especially for educators, students and parents because they are not fully prepared mentally, on time, with the right method and learning process. The previously conventional learning system must be replaced with online learning. In the process it turns out that the learning is less effective and efficient. On the other hand, students are very quick to master technology, but on the other hand, they also lack understanding of the teaching materials provided by educators. The purpose of this research is to find the right method to be a solution in the learning process. Blended learning can be defined as a combination of online learning models and offline learning models (face to face). This method is very important because it can foster literacy skills, develop creative thinking and innovation so as to produce a millennial generation with intelligent character. The method in this study uses qualitative research. The process of collecting data is done by using a questionnaire. The results of the case study illustrate that the "blended learning" method is the right solution for the millennial generation in the learning process to meet the 21st century era.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

ABSTRAK

Oleh: Karolina Koli, S.Pd – Guru Fisika SMAN 5 Kupang

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Dunia pendidikan di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Ini yang menjadi masalah bagi segenap komponen terutama bagi para pendidik, peserta didik dan orangtua karena belum siap sepenuhnya secara mental, waktu, metode yang tepat dan proses pembelajarannya. Sistem pembelajarannya yang sebelumnya konvesional harus di ganti dengan pembelajaran online. Dalam proses tersebut ternyata pembelajarannya kurang efektif dan efisien. Di lain sisi peserta didik sangat cepat menguasai teknologi namun di lain pihak, merek juga kurang paham terhadap materi ajar yang diberikan oleh para pendidik. Tujuan penelitian ini yakni mencari metode yang tepat untuk menjadi solusi dalam proses pembelajaran. Blanded learning dapat didefinisikan sebagai kombinasi antara model pembelajaran daring(online) dan model pembelajaran luring (tatap muka). Metode ini sangat penting karena dapat menumbuhkan kemampuan berliterasi, mengembangkan daya pikir kreatif dan inovasi sehingga menghasilkan generasi milenial yang cerdas berkarakter. Metode dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisoner.  Hasil studi kasus memberikan gambaran bahwa Metode”blanded learning” ini menjadi solusi yang tepat bagi generasi milenial dalam proses pembelajaran menyongsong era abad 21.

 

Kata kunci : blanded learning, merdeka belajar

 

ABSTRACT

By: Karolina Koli, S.Pd – Physics Teacher at SMAN 5 Kupang

 

The world of education in Indonesia is currently experiencing a crisis caused by the Covid-19 pandemic. This is a problem for all components, especially for educators, students and parents because they are not fully prepared mentally, on time, with the right method and learning process. The previously conventional learning system must be replaced with online learning. In the process it turns out that the learning is less effective and efficient. On the other hand, students are very quick to master technology, but on the other hand, they also lack understanding of the teaching materials provided by educators. The purpose of this research is to find the right method to be a solution in the learning process. Blended learning can be defined as a combination of online learning models and offline learning models (face to face). This method is very important because it can foster literacy skills, develop creative thinking and innovation so as to produce a millennial generation with intelligent character. The method in this study uses qualitative research. The process of collecting data is done by using a questionnaire. The results of the case study illustrate that the "blended learning" method is the right solution for the millennial generation in the learning process to meet the 21st century era.

 

Keywords: blended learning,free to learn

 

PENDAHULUAN

 

Pandemi Covid -19 telah mengubah banyak aspek kehidupan. Manusia yang sejatinya adalah makhluk sosial dibuat tak berdaya. Ketakberdayaan inipun mengakibatkan lumpuhnya roda kehidupan di berbagai sektor, Salah satunya di bidang pendidikan yang menjadi ujung tombak peradapan bangsa seakan-akan redup cahayanya. Sekolah yang menjadi satu-satunya tempat yang aman dan nyaman bagi pendidik dan peserta didik seakan-akan kehilangan integritasnya. Semua kegiatan pembelajaran yang selama ini terjadi secara konvensional tatap muka harus dihentikan hanya untuk menekan lajunya penyebaran virus covid-19. Sebuah pilihan yang sulit yang harus diterima dan dijalankan oleh semua pihak dengan diberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ) dan mulai diintegrasikan dalam pembelajaran online.  

Ini yang menjadi masalah bagi segenap komponen terutama bagi para pendidik, peserta didik dan orangtua karena belum siap sepenuhnya secara mental, waktu, metode yang tepat dan proses pembelajarannya.  Menjadi pertanyaaan, “sejauh mana pemahaman para pendidik, pendidik dan orangtua dalam menggunakan IT? Apakah semua sudah terampil menggunakannya? Seberapa banyak yang sudah memiliki perangkat komunikasi? Bagaimana dengan para pendidik yang mengabdi di daerah-daerah terpencil? Bagaimana kesiapan orangtua yang latar belakngnya bukan seorang guru? Apakah mampu menjadi seorang guru yang baik bagi anak-anaknya? Apakah ada fasilitas-fasilitas pendukung dari pemerintah untuk memperlancar proses kegiatan pembelajaran secara online”?

Pertanyaan-pertanyaan reflektif di atas, menjadi cambukan bagi pemerintah agar dunia pendidikan tidak boleh mati karena keadaan. Dunia pendidikan membutuhkan berbagai strategi untuk menghidupkan dan membangkitkan semangat juang para pendidik di masa kritis ini. Hal ini telihat jelas dalam upaya pemerintah yang dinahkodai oleh Bapak Nadiem Anwar Makarim yang adalah Menteri pendidikan dan kebudayaan sangat cepat dan tanggap dengan situasi ini. Banyak terobosan-terobosan baru yang dibuat dan dilakukan untuk menggerakan roda pendidikan ini agar tetap berjalan. Berbagai kebijakan dan insiatif pemerintah untuk memerangi hambatan pembelajaran di masa pandemic Covid-19 seperti revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Empat Menteri yang telah diterbitkan tanggal 7 Agustus 2020, sebagai salah satu bentuk penyesuaian kebijakan pembelajaran di era pandemi Covid-19. Selain itu, sekolah diberi fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa di masa pandemi, sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait kurikulum pada masa darurat.

Menurut Nadiem Makarim, (2020) bahwa “Prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi Covid-19.” Berbagai macam model dan metode pembelajaran yang dapat diakses oleh setiap lembaga pendidikan untuk memetakan dan memilih sesuai dengan situasi dan kondisi riil yang ada di wilayah masing-masing. Banyak lembaga dan pegiat pendidikan yang merasa terpanggil untuk membantu memulihkan dunia pendidikan dengan menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang mendukung para pendidik untuk melaksanakan pembelajaran secara online. Banyak platform yang dibuat oleh pemerintah seperi ruang guru, TV Edukasi, rumah belajar, guru belajar dan berbagi di SIM PKB, google suit for education, google classroom, dan masih banyak aplikasi-aplikasi lainnya yang turut berperan dalam proses pembelajaran secara online.

Perjuangan pemerintah akhirnya menuai keberhasilan. Dua tahun pembelajaran secara online telah mengasah kemampuan para pendidik untuk terus belajar  menemukan hal-hal baru agar bersama anak-anak didik dapat berkreatif dan berinovasi dalam proses pembelajaran. Pendidik dan Peserta didik merasa antusias karena diberi ruang untuk bisa mengeksporasikan diri. Namun yang masih menjadi hambatan dalam proses pembelajaran yakni peserta didik belum sepenuhnya memahami dengan baik materi ajar yang telah diberikan oleh para pendidik.  Dengan keterbatasan ruang untuk mendapatkan informasi dan penjelasan secara langsung mengakibatkan  kemampuan peserta didik untuk menganalisis suatu topik masih sangat rendah karena hanya mengandalkan googgle sebagai solusi jawaban.  Hambatan lainnya yakni kurangnya pengontrolan dari orangtua disebabkan waktu bersama orangtua terbatas karena pekerjaan sehingga anak-anak lebih tertarik bermain game ketimbang mengerjakan tugas yang diberikan oleh Bapak/ibu guru.  Untuk itu, melihat keadaan seperti ini naluri penulis yang adalah seorang pendidik berusaha untuk menemukan metode yang tepat agar hasil dari sebuah proses pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Penulis sangat menginspirasi dengan pembelajaran dengan menggunakan metode blanded learning. Metode ini memberikan ruang dimana ada waktu tatap muka bersama para pendidik dan peserta didik dalam melakukan proses pembelajaran dan pembentukan karakter secara langsung di sekolah dan ada waktu untuk pembelajaran dengan tempat dan ruang yang berbeda di luar sekolah.  Terhadap metode ini diharapkan dapat meminimalisir kejenuhan peserta didik dengan memberikan ruang dan waktu untuk mereka berkreatif, berinovasi sehingga  menghasilkan peserta didik yang cerdas berkarkter dan berdaya guna. Metode ini memberikan solusi yang tepat kepada para pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran dengan konsep “Merdeka Belajar” yang selama ini selalu digaungkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Dengan metode ini diharapkan dapat menjawabi permasalahan dan tantangan di era digitalisasi yang sedang terjadi sehingga penulis merasa perlu melakukan penelitian dengan judul : METODE “BLANDED LEARNING” SOLUSI BELAJAR YANG TEPAT BAGI KAUM MILENIAL

 

 METODE PENELITIAN

 

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Menurut Creswell (2016) penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang mengeksplorasi dan memahami makna di sejumlah individu atau sekelompok orang yang berasal dari masalah sosial.  Penelitian kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, konsep atau fenomena, masalah sosial, dan lain-lain.

Salah satu alasan mengapa menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman penulis sebagai seorang pendidik terhadap masalah proses pembelajaran selama pandemi     Covid -19 dimana penulis berkesimpulan bahwa metode ini dapat menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan suatu yang sulit untuk dipahami. Adapun jenis penelitian kualitatif yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi yang mengeksplorasi suatu kasus secara mendalam, mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Kasus ini dapat berupa suatu peristiwa, aktivitas, proses, dan program (Creswell, 2016).

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni dengan memberikan kuisioner berisikan beberapa panduan pertanyaan yang di input dalam aplikasi goggle form, dan kemudian link kuisioner dibagikan kepada responden sebagai subyek penelitian yakni para pendidik dan peserta didik tingkat SMA di wilayah Nusa Tenggara Timur lewat aplikasi Whatsapp

Adapun sampel yang diambil dari penelitian ini adalah sebanyak 7 (Tujuh) sekolah yang tersebar di 7 (Tujuh) kota/kabupaten yang berada di wilayah Nusa Tenggara Timur antara lain: kota Kupang, kabupaten  Kupang, kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), kabupaten Lembata, kabupaten Sikka, kabupaten Alor dan kabupten Sumba Timur. Sumber data diambil dari hasil rekapan respon melalui google form, sedangkan dokumen dapat berupa foto. Penulis melakukan analisis data sesuai dengan yang dikemukakan Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2011:246), yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan

 

HASIL DAN PEMBAHASAN

 

Hasil penelitian yang diperoleh dari data riil reponden yang secara otomatis sudah ditabulasikan dalam bentuk diagram batang maupun lingkaran yang akan dideskripsikan dalam penjelasan-penjelasan untuk dapat ditarik simpulan dari hasil penelitian ini.

Dari hasil kuisioner yang diberikan kepada responden baik sebagai pendidik maupun peserta didik maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1. Bagi para pendidik

NO NAMA KOTA/KABUPATEN JUMLAH RESPONDEN
1. Kota Kupang 30
2. Kabupaten Kupang 12
3. Timor Tengah Utara 6
4. Timor Tengah Selatan 7
5. Lembata 8
6. Sikka 7
7. Sumba Timur 5
8. Alor 5
  Total Responden 80

Berikut beberapa pertanyaan yang di berikan kepada reponden dengan hasil jawaban yang diperoleh dalam bentukk diagram batang sebagai berikut:

diagram 1 

Dari diagram di atas maka diketahui bahwa dari 80 responden yang diberikan kuisioner yang merasa kurang senang atau kurang nyaman diberlakukan pembelajaran secara online sebesar 52,5%, yang menyatakan senang sebesar 35% , merasa sangat senang sebanyak 8,8% sedangkan yang merasa tidak senang dan sangat tidak senang relative sangat kecil hanya sebesar 2,5%.

diagram 2

Dari diagram diatas maka berdasarkan urutan penggunaan platform/aplikasi yang banyak digunakan oleh para pendidik dalam proses pembelajaran secara online secara berturut-turut adalah google classroom sebesar 71,3%, WAG sebesar 61,3%, yotube sebesar 58,8%, google meet sebesar 52,5% power point dan zoom rata-rata sama sebesar 51,2%, lainnya sebesar 12,5% dan rumah belajar sebesar 11,3%.

diagram 3

Dari diagram diatas diperlihatkan bahwa langkah/strategi yang paling banyak ditempuh oleh para pendidik dalam mengatasi masalah terhadap siswa yang tidak memiliki HP Android yakni meminta siswa untuk mengambil materi di sekolah dan menjelaskan materi tersebut sebesar 83,8% dan diikuti urutan berikutnya yakni mengantarkan materi ke rumah siswa dan menjelaskan materi tersebut sebesar 22,5%, sedangkan 2,5% saja para pendidik meminta siswa untuk mengambil materi di rumah guru dan sekaligus belajar di rumah guru.

diagram 4

Dari diagram di atas dapat kita ketahui bahwa sebesar 83,8% para pendidik sudah melakukan penilaian secara online dibandingkan secara manual hanya sebesar 23,8%. Hal ini menunjukkan bahwa para pendidik tidak gagal pengetahuan tentang teknologi.

diagram 5

Dari diagram di atas memberikan gambaran bahwa sebesar 76,3% para pendidik menggunakan aplikasi google form sebagai solusi yang tepat dalam proses penilaian.

diagram 6

Dari diagram diatas diperlihatkan bahwa langkah/strategi yang paling banyak ditempuh oleh para pendidik dalam mengatasi masalah proses penilaian terhadap siswa yang tidak memiliki HP Android yakni meminta siswa untuk datang di sekolah dan langsung mengerjakan soal tersebut sebesar 83,1% dan diikuti urutan berikutnya yakni mengantarkan soal ke rumah siswa untukdikerjakan siswa sebesar 28,8%.                             

diagram 7

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa aplikasi yang sering digunkan dalam mengedit video pembelajaran yakni kinemaster sebesar 43,8%,diikuti oleh inshoot sebesar 36,3%.

diagram 8

Dari diagram diatas maka dapat diketahui bahwa sebesar 92,5%  para pendidik menggunakan aplikasi Whatsapp, google classroom sebesar 73,8%,  power point sebesar 67,5%, google form dan zoom sebesar 66,3%, google meet sebesar 61,3%, youtube sebesar 31,3%, quizizz sebesar 16,3%, canva sebesar 11,3%, kahoot sebesar 10%, rumah belajar sebesar 8,8%.

diagram 9

Dari diagram di atas dapat diketahui bahwa sebesar 62,5% ternyata belum mengetahui dan menggunakan berbagai aplikasi yang dapat digunakan  dalam proses pembelajaran sedangkan 38,8% sudah mengetahuinya.

diagram 10

Patut diberi apresiasi kepada para pendidik dengan melihat tingkat kepuasan yang dirasakan oleh para pendidik setelah mampu mengoperasikan aplikasi-aplikasi tersebut dan menggunakannya dalam proses pembelajaran secara online. Sebesar 58,8% merasa senang dan 37,5% merasa sangat senang dibandingkan dengan yang kurang suka hanya 3,8% saja.

diagram 11

Dari diagram di atas maka dapat dilihat bahwa sebesar 96,3%  para pendidik merasa sangat penting untuk memanfaatkan tekhnologi digital dalam proses pembelajaran baik secara olline maupun secara offline dibandingkan dengan yang merasa kurang penting hanya 3,8%.

 

2. Bagi peserta didik

NO NAMA KOTA/KABUPATEN JUMLAH RESPONDEN
1. Kota Kupang 75
2. Kabupaten Kupang 48
3. Flores Timur 32
4. Timor Tengah Selatan 24
5. Timor Tengah Utara 16
  Total respondem 195

 

diagram 1

Dari grafik diatas maka dapat dilihat bahwa sebesar 55,4% peserta didik yang kurang senang dengan diberlakukan pembelajaran secara daring, 27,7 % yang merasa senang, 12, 3% yang merasa sangat senang, 7,7 % menyatakan tidak senang dan 3,1% yang merasa sangat tidak senang.

diagram 2

Dari diagram di atas maka dapat diketahui bahwa hamper semua peserta didik     menggunakanperangkat komunikasi dalam proses pembelajaran secara online yakni sebesar 99 % dibandingkan dengan yang tidak menggunakan perangkat komunikasi hanya 3,1%.

diagram 3

Dari diagram diatas menunjukkan bahwa sebesar 94,4% peserta didik menggunakan HP Android dalam proses pembelajaran daring dan diikuti dengan penggunaan laptop sebesar 13,3%.

diagram 4

Diagram diatas menunjukkan bahwa jika peserta didik mengalami kendala karena tidak memiliki HP Android ataupun karena jaringan yang tidak stabil maka proses pembelajaran dilaksanakan secara tatap muka di sekolahdengan memperhatikan protokuler kesehatan (prokes) sebanyak 62, 6% dan ada juga peserta didik yang mengambilmateri, tugas, soal-soal di sekolah dan mengerjakan di rumah sebesar 33,3% dan sebagian kecil yang melakukan tatap muka di rumah guru/siswa sesuai kesepakatan guru bersama orang tua sebesar 8,7%. Sedangkan prosentase terendah yakni guru mengantarkan materi, tugas dan soal ke rumah siswa sebesar 1,5% dan peserta didik mengambil materi, tugas, soal dan di rumah guru sebesar 4,6%.

diagram 5

Aplikasi yang digunakan oleh para pendidik dalam menyampaikan materi berdasarkan diagram di atas adalah sebesar 88,2%  menggunakan whatsapp grup, 84,6% menggunakan zoom, 69% menggunakan google meet, 57,9% menggunakan video pembelajaran, 55,9% menggunakan youtube, 50,3% menggunakan word, 44,1% menggunakan power point,  24,6% menggunakan exel, 9,7% menggunakan game, 9,2 menggunakan ruang guru,6,7% menggunakan tik tok dan 4,1% yang menggunakan platform rumah belajar.

diagram 6

Berdasarkan diagram di atas maka dapat diketahui bahwa ada beberpa aplikasi yang digunakan oleh para pendidik dalam memberikan penilaian seperti google form menempati urutan teratas sebesar 82,6% kemudian diikuti google classroom sebesar 72,3%, game wordwall sebesar 6,2% serta kahoot dan jamboard masing-masing sebesar 2,1%

diagram 7

Dari hasil respon mengenai tingkat pemahaman peserta didik terhdap materi yang diajarkan maka dari grafik terlihat jelas bahwa 63,6% peserta didik kurang paham, 35,9% paham, 4,6% sangat paham serta 2,6% peserta didik dengan kategori tidak paham dan sangat tidak paham.

diagram 8

Berdasarkan diagram di atas maka sebesar 61% sangat setuju untuk dilaksanakan pembelajaran tatap muka jika pandemi berakhir, 37,9% menyatakan setuju, 3,1 % menyatakan kurang setuju.

diagram 9

Berdasarkan diagram di atas maka dapat diketahui bahwa sebesar 49,7% menyatakan kurang setuju dilakasanakan pembelajaran semi online, 28,7% menyatakan setuju, 13,3 % menyatakan tidak setuju, 6,2 % menyatakan sangat setuju dan 5,1menyatakan sangat tidak setuju dengan pembelajaran sei online.

diagram 10

Dari grafik di atas maka dapat di katakan bahwa sebesar 35,4% peserta didik menyatakan tidak setuju hanya dengan pembelajaran online saja apabila pandemi covid-19 berakhir, sebesar 29,7% menyatakan sangat tidak setuju, 21% kurang setuju, 9,2% setuju dan 8,7% menyatakan sangat setuju.

diagram 11

Berdasarkan diagram di atas maka dapat diketahui bahwa keaktifan peserta didik dalam berliterasi, berkreatif dan berinovasi sebesar 44,6% .

Dengan melihat grafik respon para pendidik dengan peserta didik menyangkut proses pembelajaran selama masa pandemi covid-19 menunjukkan adanya perubahan paradigma bagi para pendidik dan peserta didik terhadap pentingnya pemanfaatan teknologi digital dalam proses pembelajaran sehingga dalam kondisi-kondisi tertentu dapat dilakukan dengan pembelajaran secara online di luar kelas. Namun tidak dipungkiri juga bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi ajar yang diberikan masih kurang, maka sangat penting juga harus dilakukan pembelajaran secara tatap muka di kelas. 

Bertolak dari hasil studi kasus di atas maka pembelajaran yang lebih efektif dan efisien untuk mengatasi persoalan di atas adalah dengan metode “blanded learning”. Metode “blanded learning” merupakan kombinasi pembelajaran secara online dan offline (tatap muka) langsung. Metode ini sangat penting karena dapat menumbuhkan kemampuan berliterasi, mengembangkan daya pikir kreatif dan inovasi sehingga menghasilkan generasi milenial yang cerdas berkarakter.

Metode “blanded learning” ini juga memiliki beberapa keunggulan yang tidak dimilki oleh metode pembelajaran lainnya karena sangat fleksibel waktunya, dapat menghemat sumber daya, dan juga pembiayaan. Peserta didik dapat mengakses pembelajaran di mana saja dan kapan pun tanpa ada pembatasan ruang gerak dan waktu. Peserta didik juga dapat mengikuti pembelajaran langsung bersama para pendidik disesuaikan dengan ruang dan waktu yang sudah ditentukan dari sekolah.

Dengan segala kelebihan maka Metode”blanded learning” ini menjadi solusi yang tepat bagi generasi milenial dalam proses pembelajaran menyongsong era abad 21.

 

KESIMPULAN

 

Dari hasil studi kasus yang sudah dibahas maka penulis dapat menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Terjadi perubahan pola pikir yang sangat besar yang terjadi dalam dunia pendidikan saat terjadi pandemi covid-19 yakni dibuktikan dengan banyaknya para pendidk sebesar 62,5% yang sebelumnya masih sangat minim mengenal dan menggunakan teknologi digital dalam proses pembelajaran dan kemudian termotivasi untuk belajar hal-hal baru berkaitan dengan pemanfaatan teknologi digital tersebut sehingga mengalami peningkatan yang sangat signifikan dalam pemahaman terhadap penggunaan teknologi digital sebesar 96,3%. Perubahan pola pikir tersebut menghantarkan para pendidik dapat memahami dengan baik cara penggunaan aplikasi-aplikasi dan platform pembelajaran sehingga memudahkan para pendidik dalam proses pembelajaran bersama para peserta didik.
  2. Terjadinya peningkatan penguasaan terhadap pemanfaatan dan penggunakan teknologi digital bagi peserta didik. Sebesar 40% menyatakan senang dengan pembelajaran secara online namun dalam proses pembelajaran tidak dipungkiri bahwa sebanyak 63,6% yang belum memahami dengan baik materi yang diajarkan oleh para pendidik.
  3. Metode “blanded learning” merupakan kombinasi pembelajaran secara online dan offline (tatap muka) langsung. Dari hasil peneltian maka metode ini layak dijadikan solusi untuk menjawabi persoalan peserta didik tersebut karena metode ini dapat menumbuhkan kemampuan berliterasi, mengembangkan daya pikir kreatif dan inovasi sehingga menghasilkan generasi milenial yang cerdas berkarakter.

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

https://lpmpkaltara.kemdikbud.go.id/2020/09/04/kebijakan-kemendikbud-di-masa-pandemi/

Creswel,J.1998 Research Desing Qualititative and Quantitative Approaches. Thousand Odus.CA: Sage Publications

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Afabeta

 

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik karolina koli lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

2 hari lalu

Kisah Naluri

Oleh: Wahyu Kurniawan

Selasa, 23 April 2024 22:29 WIB