x

Iklan

bunda baby

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 15 November 2021

Minggu, 5 Desember 2021 12:25 WIB

Aku Ingin Bahagia

Per jalan hidup seorang wanita yang mengidap skipozenia ya itu gangguan kejiwaan, akibat gangguan kejiwaan ini ia harus dirawat di rumah sakit jiwa, dia dirawat selama enam bulan oleh keluarganya.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

AKU INGIN BAHAGIA

Melihat orang terkasih duduk dipelaminan bersama wanita lain, wanita mana yang tak akan terluka.

Melihat senyum bahagia dari sepasang pengantin membuat hatiku bagai diiris sembilu, aku hanya bisa memandang dari kursi yang telah disediakan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berat rasanya kakiku melangkah, ingin rasanya aku berlari meninggalkan resepsi pernikahan suamiku. Namun genggaman Dari sahabatku Nayra meyakinkanku bahwa aku akan baik-baik saja.

“ Tuhan....... Apa yang terjadi”

Begitu sulit untuk mengerti Lima tahun ku bersabar menanti kepulangannya dari rantau, Lima tahun pula ku pendam rasa rindu namun pada akhirnya Lima tahun yang sia-sia.

Suamiku yang kunanti tiap detik nafasku, kembali kerumah dengan membawa secarik kertas undangan pernikahan Dan juga berkas perceraian.

Hanya dengan ucapan maaf dia meninggalkan aku, Wanita yang ia nikahi Ada lah kekasihnya jauh sebelum kami menikah, ia terpaksa melepaskan ikatan dengan kekasihnya karena harus memenuhi keinginan ibu nya untuk menikah dengan ku dengan terpaksa ia me lepaskan ikatan dengan kekasihnya namun pada akhirnya ia tak bisa me lepaskan kekasihnya yang begitu ia cintai. Sejak awal pernikahan suamiku tak pernah menyentuhku bank and ia nampak begitu dingin padaku meskipun aku memenuhi tugas ku sebagai istri namun aku diperlakukakn layaknya orang asing oleh suamiku. Namun walaupun begitu dengan kebodohanku aku terus mencintai

suamiku.

“kenapa kau tinggal aku yang sangat menyanyangi mu, kenapa harus aku bagai mana aku meninggalkan semua kenangan yang ada, bagai mana caranya aku meninggalkan semua kebiasaan. Kenapa selama ini kau berpura- pura membuat ku bahagia” bisik hatiku yang kalut

Belum lekang luka hatiku ini karena putusan pengadilan yang menghancurkan pernikahaanku, rasa gemetar, ketakukan, kesedihan dan kekecewaan masih mengaduk-ngaduk rasa luka di hati ku, dan hari ini aku kembali terluka jika bukan karena permintaan mantan mertuaku aku tak akan pernah datang di acara pernikahan ini, kesalahan yang tak pernah bisa aku tolak aku selalu saja menerima permintaan mertuaku pada akhirnya aku benar – benar terluka.

       *****

Setelah kejadian itu aku mulai malas untuk tersenyum. Rasa kecewa, malu Dan duka menyesakkan menjadi beban yang tak sanggup aku pikul.

Sulit nya menahan rasa amarah membuat ku sulit mengendalikan emosi. Aku lebih sering mengurung diri di dalam kamar, terkadang aku tertawa dengan penuh kebahagiaan lalu aku akan menangis dengan kepiluan kemudian aku akan marah tanpa aku sadari.

Beberapa kali tanpa aku sadari aku melukai anggota keluargaku, tatapan matakupun begitu jauh entah apa yang terpikirkan akupun tak paham.

“ dok... Sebenarnya anak saya kenapa”

“ Dari hasil pemeriksaan anak anda mengidap skipozenia “

“ apa itu dok skipozenia”

“ Ada gangguan dalam kejiwaan putri anda, Ada baiknya putri anda di rawat di rumah sakit jiwa”

“ Maksud dokter anak saya gila”

“ anak anda tidak gila, namun Ada masalah pada kejiwaan anak ibu, mungkin Ada sesuatu hal yang membuat putri anda merasa depresi hingga merasa tertekan namun ia tak sanggup menahan bebannya”

Atas saran dokter keluargaku membawa kerumah sakit jiwa, aku ingin berontak Dari ikatan tali ini karna aku me rasa baik.

“ Bu.... Lepaskan aku, aku bukan orang gila bu.... aku ingin pulang”

“ ibu tahu nak, tapi ini yang terbaik..... Ibu harap kau segera sehat seperti dulu ya sayang”

“ Bu tolong lepaskan aku bu..... Aku takut”

Entah kemana aku dibawa pria berseragam putih, semakin kuat aku merontah semakin kuat pula mereka memegangku.

Mereka membawa ku ke sebuah ruangan tidak terlalu Kecil ataupun besar, ruangan ini tak kotor bahkan bersih dan rapi hanya saja kamar ini di peruntukkan pasien kejiwaan.

Aku benar-benar kesepian disini, semua memperlakukanku layaknya orang gila, aku hanya menatap rembulan yang juga kesepian diatas awan, saat ku lihat burung diatas pohon mata ini meneteskan air mata

“Andaikan aku punya sayap seperti burung, aku bisa terbang men jauh hingga aku tak akan sendiri Dan kesepian”

Sudah satu bulan telah berlalu, aku masih terkurung di dalam. Mereka mengunci pintu itu dari luar. Tak Ada yang bisa ku kerjakan selain duduk termenung atau tidur ketika mata ini benar-benar benar-benar mengantuk setelah mengkonsumsi obat yang diberikan open rumah sakit.

“ Mau keluar......... “

Suara seorang petugas memecahkan lamunanku, aku hanya menganggukan kepala. petugas yang bernama Rico ini memanggilku selalu memperlakukanku dengan baik.

“Aku akan buka pintumu hari ini, tapi aku harap kau kendalikan emosimu”

“ Aku janji”

Setelah Rico membuka pintu, aku bergegas menghirup udara segar yang melintas disekitarku, lega rasanya akhirnya aku bisa bebas dari kamar itu.

“Sekarang kau sudah bisa keluar, aku harap kau bisa berlaku baik jika tidak maka aku akan mengunci mu lagi di dalam ruangan”

Ku perhatikan arah perginya petugas itu, kenapa laki-laki setampan itu bekerja di temp at seperti ini, ku perhatikan setiap bagian halaman yang terlihat hanya lah orang-orang dengan kelakuan aneh Dan beberapa ruangan yang dikunci Dari luar.

******

Enam bulan telah berlalu tanpa kusadari, aku mulai merasakan Kenyamanan di tempat ini jauh Dari kebisingan, serta pernak-pernik lainnya yang menggangu.

Perlahan masalah mulai aku Lupakan. Aku bahkan lupa jika aku pernah menikah. Jika aku rindu pada keluargaku mereka akan datang menengokku. Lama kelamaan aku merasa Ada di rumah sendiri. Tak ada yang harus aku khawatirkan ataupun aku takutkan.

“ Lagi lihat apa...... “ tanya seorang petugas pada ku.

“ loh bukannya pak Rico ada di sana ya”

“jadi... Dari tadi kamu pandangin saya”

“ saya heran kenapa pak Rico mau kerja disini padahal wajah bapak tampan, kok mau kerja disini”

“ Dulu aku juga punya seorang adik yang menderita skipozenia Sama seperti mu, hal itu terjadi karena ia ditinggalkan oleh kekasihnya saat ia sedang mengandung”

“lalu” Tanya ku penasaran

“Karena beban Dan tekanan membuat jiwanya terganggu, karena keterbatasan biaya ayah dan ibu ku hanya bisa memasung adik ku”

“ Lalu bagai mana keadaan adik pak Rico”

“ sekarang dia telah bahagia di surga”

“ Maaf pak.... Aku bukan sengaja”

“Sudah lah, oh ya besok kamu sudah boleh pulang, apa rencanamu”

“ Akubelum memikirkan apa pun saat ini, aku juga belum tahu mau apa setelah ini”

“ Cobalah untuk melakukan sesuatu agar kau tak bosan Dan memikirkan hal yang tidak penting”

“ Aku ingin bekerja, tapi aku tahu apa kah Ada perusahaan yang akan menerima seseorang yang menderita sakit jiwa “

“kenapa kau tak mulai melanjutkan usaha kue yang sudah kau rintis sebelum akhirnya kau dikirim kesini, itu lebih baik Dari pada kamu mencari pekerjaan”

“aku juga ingin tapi apa orang masih mau menerima kehadiran orang gila seperti ku”

“ Bagai mana orang akan menerima kehadiranmu jika kamu sendiri tak yakin pada dirimu sendiri”

“Baik lah.......saya akan coba”

“ Baguslah..... Tapi ingat jangan lupa minum obat”

“ siap pak laksanakan”

“Ha......... Sudah istirahatlah besok pagi kau akan pulang kerumah “

Rumah mendengar kata rumah Ada rasa sakit yang aku tak pahami. Aku merasa jauh lebih aman dan nyaman disini dibandingkan dengan rumah ku sendiri membayangkan reaksi warga melihat kepulanganku membuat aku merinding akan kah menerima ku atau malah mencemoohku.

*****

Sebuah tangan melambai kearahku

“ Salsa.............. “

Suara yang sangat familiar di telingaku, suara sahabatku baikku Naira. Aku hanya melambai tangan Dan senyum hangat untuk sahabatku

“Kenapa kau datang kemari “

“Aku ingin menjemput sahabatku baikku, mana mungkin aku nggak datang”

“ Apa kau tak takut padaku, aku ini pernah dirawat di rumah sakit jiwa. Apa kamu tak malu punya sahabatku gila”

“Sits........ Kau Adalah sahabatku bagaimanapun keadaan mu kau tetap sahabatku terbaik yang aku punya”

Nayra memeluk tubuhku dengan hangat, membuat mata ini meneteskan air mata kebahagiaan setidaknya masih Ada orang yang mendukungku.

“ Sudahlah ayo kita pulang, ayah, ibu dan kakakmu menunggu di luar”

“ sudah mau pulang.... “tanya Rico padaku

“Ya...... “ jawabku pelan

“selamat jalan Dan sehat selalu, jangan pernah kembali lagi ke sini sebagai pasien ok”

Senyumku mengembang saat aku melihat sentum diwajahnya.

“aku pamit”

Rico hanya menganggukan dengan senyum an mengambang diwajahnya.

“Ayo Sal kita sudah terlambat”

“Ayo kita berangkat”

Ku pandangin rumah sakit yang ku tinggali selama enam bulan lamanya, ada rasa bahagia Dan juga ada rasa kehilangan yang aku sulit jelaskan.

Pertama Kalinya aku melintasi gang-gang menuju rumah Ku setelah enam bulan lamanya.

Aku sedikit gugup dengan tatapan mata yang asing itu, aku tahu mereka ketakutan akan keberadaanku jika kelak kelakuanku kembali mengamuk. Tatapan sinis mereka membuat langkah kakiku menjadi berat.

“Salsa.... Apa kamu benar – benar sudah sembuh Dari sakit jiwa”

Mendengar ucapan itu hatiku hancur, begitu kah yang mereka pikirkan tentang Ku.

Sejujurnya aku ingin menangis, namun genggaman kakak Dan sahabatku menguatkan langkahku

Entah Mengapa aku merasa kesunyian di keramaian orang, tak satupun yang tersenyum melihatku, mereka berbisik – bisik di hadapanku layaknya aku sebuah aib yang harus di singkirkan. Sejujurnya aku pun tak berdaya dan tak keberatan atas perlakuan mereka, warga yang mengenalku akan khawatir. Setidaknya saat ini aku harus belajar menerima keadaan ku dan belajar memaafkan orang lain yang menghinaku.

“Adik ku tidak gila...... Yang gila itu mungkin kamu” jawabku kakak ku marah

“ Sudah lah kak....... Lupakan saja”

“Ayo Sal... Jangan pedulikan mereka” pinta sahabatku

“orang gila........ Orang gila. .....” Teriak anak Kecil di belakangku

“Hus...... Pergi kalian “

Aku tahu aku tak sendiri meskipun kebanyakan warga tidak menyukai keberadaanku tetapi aku masih memiliki keluarga dan sahabatku yang akan selalu mendukungku dan melindungiku.

Setidaknya aku dapat melanjutkan hidup sebagai Manusia yang normal meskipun hidup ku akan selalu bergantung pada obat, setidaknya aku masih bisa bahagia dengan hidup ku.

Mungkin kelak semua orang bisa menerima keberadaan kami layaknya manusia lainnya, Tanpa mendiskriminasikan kami yang pernah dirawat di rumah sakit jiwa.

 

Ikuti tulisan menarik bunda baby lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler