x

Bukan Bengkel Cinta

Iklan

Nabilla Anisa Farah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 7 Desember 2021

Rabu, 8 Desember 2021 10:17 WIB

Haluku Membunuhku Takdirku Bersamamu

Jodoh memang tidak ada yang tau, ia adalah rahasia tuhan, mau sejauh apapun kamu pergi darinya jika memang dia jodohmu akan kembali padamu, jika memang dia bukan jodohmu sekuat apapun kamu menggenggamnya dia akan pergi, tapi percayalah dibalik patah hati akan ada hikmahnya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Haluku Membunuhku Takdirku Bersamamu

      Pagi yang cerah nan indah, tidak sama bagi semua orang, dengan semangat pagi aku Rani Nurul Ilmi biasa dipanggil Ilmi pergi untuk belajar dengan kaki kuat mengayuh sepeda demi untuk belajar menggapai cita-cita dan bertemu laki-laki tinggi kulit sawo matang berambut ikal namanya Muhammad Nur Riski, setiap hari ia merasa ditemani oleh Riski setiap berangkat dan pulang sekolah selalu terbayang bahwa Riski ada di sampingnya bercanda bergurau bersamanya.
       "Lho Ris kamu kok dari sana? Bukannya rumahmu bukan dari sini arahnya?" Tanya Ilmi
         "Aku habis dari rumahnya nenek, sengaja biar bisa berangkat bersama kamu" senyum
        "Nanti pulang sekolah mau belajar bareng nggak?" Tanya Riski kepada Ilmi 
       "Boleh tapi nanti pulangmu sampai rumah jadi malam, emang apa boleh sama orang tuamu" jawab Ilmi
      "Nanti aku tinggal dirumah nenek" jawab Riski dengan wajah manisnya
     Itu semua hanya kehaluan semata, dia yang tanya dia sendiri yang jawab tapi dia merasa bahwa Riski yang menjawab, semua itu terlihat nyata bagi Ilmi. 
     Suatu hari saat jamkos ia menulis beberapa isi hatinya di buku diary, tiba-tiba ada seseorang teman satu kelas laki-lakinya yang mengambil buku diary Ilmi,
           "Wah eh eh lihat ternyata si pendiam itu bisa jatuh cinta hahahaha sama Riski 7D lagi hahaha" ledek teman laki-lakinya
       "Fat sini in buku diary aku" ucap Ilmi sembari merebut buku itu dari Fatah teman laki-laki sekelasnya, sembari lari-lari
    "Kukira dia hanya bisa jadi patung hahahaha" teriak temannya lain
        Akhirnya Fatah dan Ilmi kejar-kejaran untuk mendapat buku itu, dan saat dia sampai didepan pintu kelasnya ada Riski yang menatapnya dengan dingin, dalam pikirnya Riski tidak suka dengan perilaku Ilmi, Ilmi mencoba baik didepan Riski setelah kejadian itu. Ya Ilmi memang anak pendiam, karena dia takut jika pembullyan yang merenggut masa kecilny terulang, ia pernah di-bully dan difitnah semasa SD, huu rambutnya bau, nangis gara-gara cinta ditolak, padahal Ilmi nangis karena adiknya yang baru lahir masuk rumah sakit, rambutnya pernah dipotong, di siram pakai air, dijauhi banyak teman dan yang memfitnahnya adalah sahabat dia sendiri dari kecil, hal itu membuat ia takut untuk berteman bahkan bersahabat, namun dia bersyukur di SMP ia mendapatkan teman Dewi dan Puput, yang selalu ada ketika sennang dan sedih yang sangat peduli kepada Ilmi. 
         Setiap hari saat jam istirahat ia selalu caper dan curi-curi pandang ke kelas Riski yang ternyata kelas mereka berdekatan, ia terus mencari informasi tentang Riski, hingga dia menemukan sebuah informasi dari teman SD Riski yang menjadi teman sekelas Ilmi. 
            "Mi Riski itu orangnya pendiam, murah senyum, baik, Sholeh, nggak aneh-aneh kayak laki-laki lainnya" ucap Dina 
         Dalam hati Ilmi berkata 'beruntung sekali aku bisa mengenal dia, mencintai laki-laki yang Sholeh sepertinya, memang dari sikapnya dia anak yang pendiam, Masyaallah'
      Setiap hari dia selalu merasa bersemangat untuk berangkat ke sekolah karena ingin belajar, iya Ilmi adalah anak yang rajin dan serius soal belajar ia juara 3 besar dikelasnya, kehaluannya tentang Riski yang merasa dia selalu berbicara kepada Riski dan merasa bayangan Riski ada disampingnya, menemani saat ia belajar membuat halu itu jadi positif,
      "Kamu lagi belajar apa mi? Ada PR?" Tanya Riski
      "Ada Ris" 
      "Ya sudah kita belajar bersama" 
    Hal itu yang membuatnya Semangat, bukan hanya itu saat ulangan dia juga merasa dirinya berkomunikasi dengan Riski melalui alat canggih Riski bertanya mi nomer 3 apa? Itu yang dirasakan Ilmi. 
  Hari-hari dilalui Ilmi dengan halusinasi merasa Riski ada didekatnya, namun disaat dia benar-benar membutuhkan Riski, ia tidak ada, badanya lemas tak mampu menopang tubuhnya untuk berdiri, orang tua ilmi sibuk mencari kamar untuk pengobatan Ilmi, ke sana kemari namun jawban sama "tidak ada kamar kosong" dengan wajah pucat, meludah setiap menit karena asam lambung yang naik, bersyukur setelah kesana kemari ia mendapatkan perawatan di rumah sakit Ratih, ternyata dia divonis tipes akut atau tipes yang sudah parah, ya memang Ilmi bukan tipe orang yang lemah. Itu semua karena Ilmi lelah pulang pergi mengayuh sepeda yang jarak sekolahnya sangat jauh dari rumah, belum lagi ada olahraga lari dari sekolah ke pohsarang yang sangat jauh dan jalan menanjak ia juara 1 tapi ia selalu merasa dirinya tidak lelah, dia sehat, ia selalu tidak merasakan sakitnya, saat itu hari Senin ia masuk sekolah dan mengikuti upacara dan kebetulan amanatnya Sangat lama, teman yang melihat ilmi dengan muka pucat 
                   "Mi kamu sakit, kebalakang aja yuk aku antar"
                   "Nggak, nggak papa kok, aku nggak sakit" kekeh Ilmi
Beberapa menit Ilmi kembali bertanya "Put upacaranya masih lama ya?" 
                    "Iya kelihatannya Mi, kebelakang aja yuk, muka kamu pucet itu, nanti tak ambil kalau upacara udah selesai kita kelas bersama"
                    Akhirnya Ilmi mau, ia duduk bersama siswa siswi yang sakit lainnya dibelakang, Riski melihatnya dengan tatapan sedih seolah memberi harapan, ia hanya bisa duduk disaat jam istirahat karena dia tidak mampu berdiri lama, tapi dengan kekehnya dia berkata aku tidak sakit, aku tidak papa. Ilmi memang lebih sering didalma kelas sendiri bergelut dengan bolpoin dan selembar kertas berisi coretan kecil yang membuat dia sadar bahwa dia hoby menulis, dia tidak pernah membeli jajan karena uang sakunya ditabung untuk biaya SPP, dan terkadang ibunya tidak memberinya uang saku, saat pulang sekolah menuju pintu gerbang Ilmi muntah-muntah, beruntung dia punya teman yang selalu bersamanya, dia pulang dengan diantar kakaknya Dewi dan sepedanya ditaruh di rumah Dewi. 
                  Hari-hari ia lalui di RS dengan kekeh ia selalu berkata kepada ibunya selalu bertanya,
                 "Bu aku nggak papa, aku ingin pulang, aku ingin sekolah, nanti kalau ketinggalan pelajaran gimana?" 
                 "Orang kamu aja lemas, mukamu pucat, nggak mau makan, kok bilangnya nggak papa, udah makan dulu yang banyak, pelajaran dipikir nanti kalau udah sehat" tutur ibunya
                  Padahal didalam hatinya selain ingin belajar dan takut nilainya turun, Ia juga ingin bertemu Riski, padahal hari itu adalah hari dimana ujian-ujian praktek dilaksanakan, dan ulangan-ulangan. 
                   Satu Minggu lebih ia tidak masuk sekolah, setelah pulang dari rumah sakit, keesokan harinya dia kekeh berangkat sekolah padahal tidak diperbolehkan oleh ibunya, namun alhasil dia mendapat dunia yang pahit Riski dingin cuek, tak peduli dengannya padahal ia sangat membutuhkan Riski saat dia masih belum bisa terlalu lama berdiri, saat ia menyukai Riski, ia seolah cuek kepada Ilmi, namun saat Ilmi membencinya ia memberi harapan, Ilmi kembali suka kepadanya, dan ia kembali menjatuhkan Ilmi, benar-benar itu semua hanya mempermainkan Ilmi, bukan hanya hal itu dia harus melewati semua rintangan, mengikuti ulangan susulan, dan harus menerima nilainya turun akibat tidak ikut latihan drama untuk ujian praktek, awalnya ia selalu juara 3 besar kini ia juara 5 besar. 
                   Aku sudah ketrima di SMK Negeri 2 Kediri dan aku tidak tau dia ketrima dimana kita dipisahkan oleh takdir, namun saat itu cap tiga jari dia ada di mushola SMP Negeri 1 Semen sibuk dengan hpnya
                  "Ris Ris tuh tuh Ilmi" ucap teman disebelahnya ynang didengar oleh Ilmi
                  Riski melihat kearah Ilmi namun Ilmi acuh tak peduli, tak melihat sedikitpun Karena ia telah berprinsip "aku nggak mau kenal sama anak laki-laki, aku nggak amau jatuh cinta lagi, aku nggak mau lihat mukanya lagi, aku ingin fokus sama masa depanku untuk membahagiakan orang tua ku yang selalu ada bersamaku, AKU BENCI KAMU RISKI". Takdir kembali mempertemukan kami setelah bertahun-tahun, ia sedang ingin menyebrang, Ilmi lewat didepannya tidak melihatnya sedikitpun ia dengan motor khasnya Supra X, dan tas khas yang dipakai semasa SMP, ia tau Riski melihatnya sampai dari kejauhan, Riski sempat bingung dengan tingkah Ilmi, namun setelah lama ia sadar bahwa Ilmi marah besar terhadapnya namun Riski gengsi untuk meminta maaf.
                   Hari demi hari Ilmi lalui dengan kesendirian dan hanya memikirkan masa depannya tanpa peduli usia dia sudah 25 dia tidak bisa buka hati untuk siapa-siapa, semua rintangan saat SMK dan kuliah ia lalui dan berbuah ia sukses menjadi Guru Basa Jawa yang ingin mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mendidik anak-anak di pelosok desa agar mendapatkan hak yang sama, dan memperkenalkan budaya Jawa ke seluruh manca negara agar tidak punah. 
                  Hari raya idul Fitri tiba, ia bersilaturahmi ke rumah neneknya yang ada di desa Gambiran kabupaten Kediri.
                  "Sudah punya pacar belum, sudah gede masak belum punya pacar" ucap nenek kepada Ilmi
                  "belum nek" ucap Ilmi
                  "lho masak sudah gede belum punya pacar, sudah ayo ikut nenek kerumah temannya nenek saya jodohkan kamu sama cucunya, usia udah segitu belum punya pacar, sudah anaknya Soleh, paham agama, ikut IPPNU, sholatnya rajin, Hadrah majelis, sudah sesuai kriteriamu" ucap nenek sembari keluar menggandeng tangan ibu Ilmi dan Ilmi, mereka langsung pergi kesana.
                 Jalanan yang mereka lewati sangat tidak asing bagi Ilmi, ternyata benar jalan itu adalah jalan kerumah teman Ilmi, sesampainya tujuan
                 "Assalamualaikum" ucap nenek
                 "Waalaikumussalam" ucap pemilik rumah
                 "Nek Ruti, Apa kabar nek?" Ucapnya sembari mempersilahkan masuk
                 "Alhamdulillah sehat, gini Saf kedatanganku sama keluargaku mau jodohkan anakmu sama cucuku, Ini usianya sudah 25 tapi belum punya pacar, anakmu sudah punya pacar atau sudah nikah Saf?" Jelas nenek tanpa basa-basi 
                "Wah kebetulan belum nek, nggak atu itu gimana kok belum punya pasangan, nah ini anaknya" ucap pemilik rumah dan ia keluar dari dapur
                 Deg 'kayak kenal tapi siapa?' ucap Ilmi dalam hati
                 Laki-laki itu bersalaman dengan keluarga Ilmi termasuk Ilmi, tetapi sama Ilmi tidak bersentuhan. Perkenalan dimulai, banyak pertanyaan yang dilontarkannya mulai bisa baca Al-Qur'an tidak, pekerjaannya apa, sekolah dimana saja, bisa ngaji kitab tidak, coba sholawat-an, lalaran nadzom, dan dia menyebutkan namanya 
                 Deg hidup Ilmi serasa berhenti, ia menahan amarah yang bergejolak dalam dirinya ia berbisik kepada neneknya "nek Ilmi nggak mau nikah sama dia, dia telah menghancurkan hidup Ilmi" neneknya pun mengajak Ilmi keluar, dan Ilmi menceritakan semua yang ada dahulu, tetap pernikahan terjadi karena neneknya tau dia baik untuk Ilmi, bagi neneknya dahulu itu hanya kurang kedewasaan mereka. Bukan keharmonisan yang terjadi yang ada hanya diam-diaman, Riski rela tidur dibawah beralaskan tikar, itu semua bukan Ilmi yang minta tapi Riski sendiri yang tau bahwa Ilmi masih sangat membencinya, appun Riski lakukan ia mencoba mengajak bicara Ilmi, meluluhkan hati Ilmi dengan perhatiannya, walau Ilmi selalu acuh kepadanya. 
                 Suatu hari Ilmi luluh melihat lihat Riski, ia sadar apa yang ia lakukan salah dan akan mendapat dosa besar, ia mulai mau diajak berbicara Riski dan mulai dekat dengan Riski sering ikut Riski membersihkan mushola, karena selain Riski bekerja jadi chef ia juga marbot karena cintaannya pada agama Islam, selain itu mereka membuka usaha restoran sendiri sampai sukses, ia sadar dan ia beruntung mendapatkan laki-laki Sholeh, alim, dan bisa bimbing dia yang masih awam mengenai agama, ia sadar Riski sangat tulus mencintainya dengan berlandaskan AKU MENCINTAIMU KARENA ALLAH.

Ikuti tulisan menarik Nabilla Anisa Farah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB