x

Iklan

Syarifudin

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 29 April 2019

Rabu, 8 Desember 2021 22:18 WIB

CSR Korporasi ke Taman Bacaan, Apa Kriteria-nya?

CSR korporasi ke taman bacaan, kenapa enggak? Saatnya korporasi ikut peduli terhadap gerakan literasi dan minat baca anak-anak Indonesia. Gimana caranya?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Silakan dicek, jujur saja, awalnya banyak pihak swasta “belum mau” ber-CSR alias jadi sponsor di taman bacaan. Maka wajar, taman bacaan sulit berkembang. Akibat tidak adanya dana untuk beli buku apalagi membiayai operasional walau hanya biaya bikin rak buku. Entah kenapa, pihak swasta “belum mau” ber-CSR ke taman bacan?

 

Saya juga bingung waktu mau mendirikan TBM Lentera Pustaka tahun 2017 lalu. Ngeluarin uang Rp. 10 juta dari kocek pribadi. Untuk bikin rak, keramik lantai, dan aksesori sebagai TBM. Lalu, siapa yang orang yang mau menjadi “petugas” (sekarang namanya “wali baca”)? Di zaman begini, apa ada orang mau gratisan ngurus TBM, sukarela? Apalagi saya hanya seminggu sekali ke TBM Lentera Pustaka, di tiap Sabtu-Minggu saja. Terus terang, agak sulit terjun ke taman bacaan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Gimana caranya bisa membiayai operasional TBM?

Khususnya buat memberi honor ke wali baca. Maka saya pun mulai menawarkan pihak swasta untuk terlibat di taman bacaan dan gerakan literasi. Intinya, pihak swasta menjadi sponsor TBM Lentera Pustaka. Tentu dengan men-donasikan sejumlah dana untuk biaya operasional TBM selama setahun berjalan. Gak gampang tapi harus ikhtiar dan berjuang. Alhasil, luar biasa. TBM Lentera Pustaka sejak didirikan selalu di-sponsori oleh CSR korporasi. Untuk apa? Untuk biaya operasional, seperti: honor wali baca, wifi, listrik, event + jajanan gratis, dan beli buku.

 

Dengan CSR korporasi di TBM, praktis saya tidak ada sama sekali mengeluarkan biaya dari kocek pribadi. Tingga menjalankan program literasi dan aktivitas taman bacaan dengan baik, kreatif, dan menyenangkan. Sebagai bahan pertanggungjawaban ke mitra CSR korporasi yang sudah “rela” membiayai operasional TBM. Iya dong pastinya, mana ada orang mau mengeluarkan biaya tanpa ada benefits-nya? Kontraprestasi dari TBM apa?

 

Tiap tahun, pihak swasta yang menjadi sponsor di TBM Lentera Pustaka selalu gonta-ganti. Tergantung pendekatan dan seberapa TBM dapat menjadi “media promosi” merek pihak swasta itu. Di TBM Lentera Pustaka mitra CSR korporasi pun terus berdinamika, seperti:

  • 2017-2018: AJ Tugu Mandiri, CIMB Syariah Bandung, Ciptadana Asset Manajemen, PDPLK
  • 2019: AJ Tugu Mandiri, Chubb Life, PDPPK
  • 2020: Bank Sinarmas, AJ Tugu Mandiri, PDPLK
  • 2021: Bank Sinarmas, AJ Tugu Mandiri, Pacific Life Insurance
  • 2022: Bank Sinarmas, AJ Tugu Mandiri, (1 lagi belum tahu?)

   

Kok mau, pihak swasta ber-CSR sebagai sponsor TBM?

Nah ini yang menarik. TBM memang sosial. Tapi bukan berarti dikelola asal-asalan, apalagi kayak mau-mau gak mau. Kadang buka kadang gak, terserah pengelolanya. Itulah yang dihindari TBM Lentera Pustaka. Semua pihak yang terlibat harus komit dan konsisten menjalankan kegiatan yang sudah di-program, baik rutin atau tamu yang berbakti sosial. Tidak ada alasan untuk tidak militan. Pegiat literasi, relawan dan taman bacaan harus berjiwa “spartan” untuk membangun kegemaran membaca + gerakan literasi.

 

Jadi, sekadar berbagi kisah. TBM bisa kok disponsori pihak swasta. Asal 1) pengelola TBM harus sepenuh hati, jangan asal-asalan, 2) pastikan anak-anak yang membaca banyak, 3) koleksi buku pun jumlahnya memadai biar gak bosen, dan 4) seberapa aktivitas taman bacaan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat? Harus berani di-evaluasi. Dan yang tidak kala penting, TBM harus berani “jual diri” untuk berkolaborasi. Literasi sulit maju bila tidak “membuka diri” untuk kolaborasi. Gitu sih.

 

Lalu, apa untungnya CSR ke taman bacaan? Tentu relatif. Tapi bagi korporasi yang CSR ke taman bacaan, setidaknya membuktikan kepeduliannya terhadap gerakan literasi dan kegiatan membaca anak-anak Indonesia yang kini tergerus pengaruh digital atau gawai. Di sisi lain, taman bacaan pun dapat menjadi laboratorium dalam melakukan aktivitas sosial maupun literasi sesuai dengan "core business" korporasinya. Intinya, siapa lagi yang mau peduli ke taman bacaan bila bukan korporasi. 

 

Nah di TBM Lentera Pustaka, sekarang ini rata-rata per tahun butuh dana Rp. 54 juta. Untuk biaya operasional setahun. Bayar honor, wifi, listrik, event + jajanan gratis. Mengelola 12 program literasi, seperti taman bacaan, berantas buta aksara, kelas prasekolah, yatim dan jompo binaan, koperasi, literasi finansial + digital + adab, donasi buku. Pengguna layanannya pun sudah 250 orang er minggu, didukung 22 wali baca dan relawan yang luar biasa. Jujur, TBM Lentera Pustaka saat ini hanya tinggal merawat “kebiasaan baru” yang sudah terbukti efektif. Sambil tetap kreatif bikin program baru dan konsisten menjalaninya. Jadi tidak usah lagi diskusi tentang ketulusan, kesuka-relaan dan sebagainya. Karena taman bacaan dan gerakan literasi, cukup dikerjakan bukan didiskusikan.

 

Nah, gimana sponsor CSR korporasi TBM Lentera Pustaka tahun 2022?

Alhamdulillah, 2 korporasi (Bank Sinarmas dan Asuransi Jiwa Tugu Mandiri) sudah confirmed melanjutkan sponsor kemitraan-nya. Saya tinggal menunggu kabar baik 1 korporasi lagi. Nantikanlah ….

 

Jadi, CSR korporasi di TBM bisa kok. Asal kriteria-nya terpenuhi dan mampu menjelaskan kepada pihak swasta atas kinerja yang dicapai di taman bacaan. CSR di taman bacaan itu bukan cerita dongeng loh …. Salam literasi #CSRKorprasi #TamanBacaan #PegiatLiterasi #TBMlenteraPustaka

Ikuti tulisan menarik Syarifudin lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler