x

Iklan

Najwa Nazela

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 Desember 2021

Senin, 13 Desember 2021 17:13 WIB

Refleksi Kehidupan Masyarakat di Perkotaan

kehidupan bermasyarakat, ada lingkungan yang mempengaruhi gaya hidup. Sudah bukan jadi hal asing lagi apabila masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan memiliki gaya dan pola hidup yang sangat berbeda. Kehidupan masyarakat di perkotaan sebagian dipengaruhi oleh lingkungan yang modern dan lebih cepat mendapatkan informasi penting.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di dalam kehidupan bermasyarakat, ada lingkungan yang mempengaruhi gaya hidup. Sudah bukan jadi hal asing lagi apabila masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan memiliki gaya dan pola hidup yang sangat berbeda. Kehidupan masyarakat di perkotaan sebagian dipengaruhi oleh lingkungan yang modern dan lebih cepat mendapatkan informasi penting. Beda halnya dengan masyarakat pedesaan yang malah sebaliknya, jauh dari kota membuat lingkungannya juga pasti berbeda dengan masyarakat perkotaan.

Pengertian masyarakat perkotaan sendiri memiliki makna yang mana kata masyarakat berasal dari Bahasa Arab “syaraka” yang berarti ikut serta, berpartisipasi, atau “musyaraka”, yang berarti saling bergaul. Namun bahasa Inggris dari masyarakat sendiri menggunakan istilah “society” yang berasal dari bahasa Latin “socius”, dan memiliki arti kawan (Koentjaraningrat, 2000).

Sedangkan pendapat lain juga menyatakan pengertian dari masyarakat dengan menyebutkan dua istilah yang familiar, yakni Society dan Community. Hasan Shadely (1993) mengatakan bahwa dalam istilah society terdapat makna di dalamnya yakni perkumpulan manusia atau badan hukum yang hidup berdampingan dengan anggota masyarakat yang lain. Society juga dapat diartikan sebagai hubungan sosial dan cara hidup manusia terutama di ranah kaum elit dan sebutan lain yang sejenis serta pada umumnya mampu menduduki kursi kelas tertinggi dalam ranah masyarakat. Nama dari Society sendiri tidak hanya dipakai dalam lingkup bermasyarakat saja melainkan juga diperoleh dari kumpulan keagamaan, studi, kesusastraan, dan sejenisnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sedangkan Community menurut Soerjono Soekantoi (2014), telah dijelaskan bahwa istilah dari Community bisa diartikan sebagai masyarakat setempat seperti warga desa, warga perkotaan, maupun warga antar suku yang bisa memenuhi kepentingan hidup utama, kelompok, maupun masyarakat sekitar. Kelompok atau dalam hal ini Community dapat dinamakan juga dengan masyarakat setempat atau sekitar. Adanya social relationship menjadi salah satu ciri paling utama yang menunjukkan suatu Community atau kelompok masyarakat setempat. Masyarakat juga bisa menjadi wilayah kehidupan sosial dengan ditandainya derajat hubungan tertentu. Lokalitas serta rasa kemasyarakatan setempat adalah dasar utama.

Dalam sejarah perkembangan masyarakat, terjadi pengelompokan atau dalam hal ini adalah penggolongan serta klasifikasi tipologi masyarakat. Penggolongan inilah yang nantinya akan menyebabkan terpisahnya masyarakat dan dikelompokkan menjadi dua. Dalam Soerjono Soekanto (1984) dijelaskan bahwa tahap dari perkembangan masyarakat itu natinya terbagi menjadi tiga tahap. Salah satunya adalah masyarakat primitif, masyarakat sederhana atau pedesanaa, dan masyarakat perkotaan.

Pengertian masyarakat kota sendiri sangat identik dengan sifatnya yang individualis, matearialistis, egois, konsumtif, dan mewah. Karakteristik tersebut seolah melekat dalam diri masyarakat perkotaan walau kenyataannya tidak semua demikian. Masyarakat kota pada dasarnya memiliki kelemahan terbesar yakni tidak atau kurang bisa bersosialisasi dengan orang lain dan cenderung mementingkan kebutuhannya sendiri. Selain itu, banyak masalah kehidupan yang sering terjadi di daerah pekotaan.

Semua masalah tersebut bisa dijadikan sebagai refleksi untuk melihat dan mengamati bagaimana keadaan hidup masyarakat perkotaan. Dengan pendekatan sosiologis, didapat beberapa fakta yang menyatakan masalah-masalah kehidupan yang dialami oleh masyarakat perkotaan. Mulai dari masalah sosial, masalah ekonomi, masalah kesehatan, dan masalah yang lainnya.

Masalah sanitasi lingkungan adalah permasalahan utama yang tidak banyak diindahkan oleh masyarakat perkotaan. WHO melakukan penelitian dan menghasilkan bahwa sistem air yang ada di perkotaan ternyata tidak diawasi dengan semestinya terutama pada negara-negara berkembang. Padahal, sistem air ini harus diawasi untuk mencegah terjadinya kontaminasi biologis yang akan terserap.

Masalah tercemarnya udara dengan polusi berbahaya juga menjadi suatu permasalahan yang cukup serius dan bisa menyebabkan banyak korban apabila tidak segera dibatasi atau dihentikan. Refleksi masalah yang dialami masyarakat perkotaan ini harusnya mampu untuk menggerakkan warga negara yang tinggal di perkotaan untuk ikut mencegah bencana terjadi. Karena tak dapat dipungkiri bahwa asap rokos dan tercemarnya polusi udara yang dialami oleh masyarakat perkotaan adalah permalahan serius dan resikonya cukup berbahaya. Hal ini juga diperkuat dengan adanya fakta bahwa udara di perkotaan kurang sehat untuk dihirup.

Refleksi ketiga dalam pengamatan umum, kebanyakan masyarakat perkotaan mengandalkan hal-hal yang praktis dan instan. Walaupun memang mudah dilakukan, namun tak selamanya hal tersebut akan baik-baik saja. Seperti fenomena yang sering terjadi di perkotaan terkait dengan kebiasaan memakan makanan cepat saji. Ahli gizi menanggapi bahwa memakan makanan instan seperti junk food memiliki dampak negatif jangka panjang terutama pada usia anak-anak. Tak sedikit pula kasus yang menunjukkan betapa bahayanya mengonsumsi makanan cepat saji seperti junk food dalam ukuran yang terlalu banyak.

Masalah kekompakan dan kekeluargaan adalah refleksi masalah yang sangat identik dengan masyarakat perkotaan. Dimana masyarakat perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan dalam hal kekeluargaannya. Di atas telah disebutkan bahwa karakteristik dari masyarakat perkotaan yakni adanya sikap individualisme yang berlebihan. Tentu saja kebiasaan tersebut akan membuat masyarakat perkotaan hidup masing-masing tanpa ada rasa kekeluargaan walaupun beberapa kelompok masyarakat tidak demikian.

Gaya hidup menjadi masalah utama setelah masalah sebelumnya. Gaya hidup masyarakat perkotaan sangat jauh berbeda dengan masyarakat pedesaan. Gaya hidup mewah, mengikuti trend, mengikuti kemauan gengsi, adalah hal yang wajar ditemui di masyarakat perkotaan. Refleksi kehidupan masyarakat di perkotaan ini menunjukkan bahwa faktor-faktor sebelumnya seperti tidak saling kompak adalah salah satu penyebab dari gaya hidup berlebihan pada masyarakat perkotaan. Dari gabungan masalah yang terjadi pada masyarakat perkotaan tersebut sudah menjadi karakteristik sendiri dan sulit untuk diubah.

Ikuti tulisan menarik Najwa Nazela lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler