Mencari Solusi untuk Hambatan Pengembangan Smelter di Indonesia

Selasa, 14 Desember 2021 17:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Irwandy Arif selaku Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara mengatakan bahwa dalam pengembangan proyek smelter di Indonesia, ternyata masih memiliki beragam hambatan. Utamanya hambatan berupa kurangnya pendanaan untuk membeli teknologi mutakhir yang digunakan di sektor perindustrian.

Indonesia diketahui sedang gencar melaksanakan hilirisasi industri, di mana barang yang diambil dari hulu harus diolah menjadi produk turunan sebanyak mungkin sehingga barang jadi tersebut layak untuk diekspor. Maka dari itu, beragam smelter dibangun di Indonesia.

Irwandy Arif selaku Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara mengatakan hingga kini sudah ada 18 smelter yang beroperasi di Tanah Air dengan rincian 13 smelter nikel, 2 smelter bauksit, 2 smelter tembaga, 1 smelter mangan. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Namun diantara smelter yang telah beroperasi tersebut, ada 12 diantaranya yang mengalami kendala pendanaan.

Irwandy mengungkap bahwa sulit bagi smelter untuk mencari pendanaan dan akhirnya mempengaruhi finansial keuangan. Terlebih smelter-smelter juga menggunakan teknologi yang biayanya tidak sedikit.

“Kita semua harus beli. Belum ada teknologi yang berkembang, proven secara ekonomi di dalam pembangunan yang memakai teknologi smelter. Dalam komoditas apapun, ini tantangan utama kita," kata Irwandy dalam Closing Bell CNBC Indonesia, Senin (13/12/2021).

Selain faktor pendanaan, faktor lainnya yang turut menjadi kendala dalam proyek smelter di Indonesia adalah pasokan listrik. Listrik tentu bermanfaat guna menjalankan mesin-mesin yang mengolah barang di sektor perindustrian. Di satu sisi, kini batu bara yang digunakan untuk PLTU juga tertekan.

Faktor terakhir yang jadi kendala perkembangan smelter di Indonesia adalah pasokan. Indonesia memang memiliki 30% cadangan nikel dunia, namun bijih nikel dengan kadar lebih dari 1.7% sudah mulai terbatas. 

Berdasarkan data Kementerian ESDM cadangan bijih nikel Indonesia yang kadarnya kurang dari 1,7% atau nikel limonit terdapat sebanyak 1,89 miliar ton, lebih banyak dari bijih nikel dengan kadar lebih dari 1,7% atau nikel saprolit sebanyak 1,76 miliar ton.

Dukungan Pemerintah di Proyek Smelter

Irwandy Arif juga mengatakan pemerintah telah berupaya menemukan 12 perusahaan smelter tersebut dengan pihak perbankan, berharap masalah pendanaan bisa berkurang dan pembangunan smelter berjalan lancar.

"Kalau tidak ada tanda positif harus lapor segera, sehingga masalah bisa diselesaikan," ujar Staf Khusus Menteri ESDM itu.

Sedangkan untuk permasalahan listrik, pihak pemerintah telah memediasikan dengan PT PLN agar bisa memasok listrik ke proyek smelter di Tanah Air.

“Pemerintah memberikan support yang tinggi kepada mereka-mereka yang serius merealisasikan proyek nilai tambang di bidang minerba," jelasnya.

Peran Investasi di Proyek Pengembangan Smelter

Semua tahu, peran investor di sektor perindustrian sangatlah penting. Peran investor bisa melakukan transfer knowledge, skill hingga teknologi mutakhir ke sektor perindustrian yang dibantunya.

Inilah yang diinginkan Presiden Jokowi kala dirinya menantang negara-negara Uni Eropa yang tidak terima dengan kebijakan larangan ekspor, untuk membangun pabrik-pabriknya di Indonesia bila masih menginginkan nikel.

“Kalau ingin nikel silakan, tapi datang bawa pabriknya ke Indonesia, bawa industrinya, bawa teknologinya ke Indonesia," ungkap Presiden Joko Widodo saat hadir di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (BI) secara virtual, Rabu (24/11/2021).

Bila investor bisa transfer pengetahuan dan teknologi, setidaknya bisa mengatasi salah satu dari kendala dalam pembangunan proyek smelter di RI yang diungkap oleh Irwandy Arif 

Misalnya kita ambil contoh dalam industri nikel. Pembangunan smelter-smelter untuk mengolah bijih nikel menjadi barang jadi, seperti baterai kendaraan listrik hingga mobil listrik bisa teratasi bila teknologinya tidak sanggup dibeli oleh Indonesia

Terlebih, di tahun 2023, Indonesia merencanakan pembangunan 53 smelter bersamaan dengan penerapan seutuhnya terkait larangan ekspor mineral mentah.

Secepatnya, permasalah keuangan harus segera diatasi bila ingin mewujudkan mimpi di 2 tahun mendatang tersebut. Diperlukan lebih banyak lagi pendanaan yang juga bisa didapat dari penanaman modal baik itu dari dalam negeri atau dari penanaman modal asing. 

Namun bila masih adanya sentimen terhadap pihak asing di pengembangan perindustrian Indonesia, nampaknya investor asing tidak bisa selalu menjadi tumpuan.

Lantas, kehadiran investor lokal juga sangat didambakan di pengembangan sektor perindustrian khususnya di proyek smelter yang bisa mendukung program hilirisasi industri. Dari siapapun itu, investasi yang bisa mendatangkan pendanaan sangat dibutuhkan demi mimpi Indonesia di tahun 2023 terwujud.

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler