Warga Tuban yang Jual Tanah untuk Pembangunan Kilang Mengeluh Kehabisan Uang

Kamis, 27 Januari 2022 12:20 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Persoalan yang dihadapi oleh beberapa orang di Tuban itu karena ketidak-cakapan mereka dalam mengelola dana. Padahal sebelumnya telah diberikan pendampingan dan pelatihan untuk mengelola uang yang mereka dapatkan. Namun keinginan untuk membeli barang mewah seperti mobil, alat telekomunikasi, plesir, merenovasi rumah dan keperluan konsumsi sehari-hari membuat beberapa orang itu menggunakan uangnya secara tidak produktif.

Tiba-tiba saja muncul pemberitaan tentang warga Tuban yang katanya menyesal telah menjual tanahnya untuk proyek kilang Tuban. Sontak saja medsos heboh. Kemudian muncul berbagai prasangka yang menyudutkan Pertamina. Berbagai narasi liar yang berkembang itu hanya mengandalkan sumber satu pihak. Dari orang-orang yang telah menggunakan uang hasil menjual tanah mereka.

Proses pembangunan kilang Refinery (GRR) Tuban sudah berlangsung sejak 2019. Waktu itu, masyarakat yang lahannya dibebaskan bikin heboh media massa karena membeli mobil secara bersama-sama. Sampai-sampai dealer mobil di sana kehabisan stok. Mereka menjadi konsumtif dan tidak melakukan perencanaan keuangan yang baik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebenarnya sudah banyak pengamat yang memperkirakan akan terjadi keluhan semacam ini sejak awal. Karena orang-orang itu kaget menerima uang banyak secara tiba-tiba. Lalu fokus utamanya adalah menghabiskan uang itu untuk keperluan yang tidak mendesak sifatnya.

Menyadari adanya potensi ketidak-cakapan dalam mengelola keuangan itu, Pertamina jauh-jauh hari telah memberikan pendampingan dan pelatihan pengelolaan dana. Pelatihan itu diberikan kepada warga yang menjual tanahnya untuk pembangunan Kilang Tuban.

Tujuannya agar masyarakat bisa mengelola dana yang berasal dari penjualan lahan itu dengan bijak dan tepat guna. Misalnya tercatat pada Maret 2020, pelatihan itu diberikan kepada 50 warga Desa Wadung, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur.

Dalam program pendampingan itu masyarakat diberi pemahaman dan pengetahuan tentang Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina. Juga mengenai pemberdayaan ekonomi masyarakat, khususnya kepada pemilik lahan yang telah menjualnya untuk pembangunan mega proyek tersebut. Dengan pelatihan itu masyarakat mestinya mendapatkan bekal untuk menggunakan uangnya dengan penuh perhitungan.

Mengenai isu tidak mempekerjakan warga sekitar, Pertamina, melalui Pertamina Rosneft sebenarnya telah berkomitmen untuk merangkul warga di sekitar lokasi proyek. Menurut rilis yang tersebar, ada 600 warga sekitar proyek yang telah bekerja dalam pembangunan kilang Tuban itu. Hal itu berarti, janji yang diberikan Pertamina sebelumnya sudah ditepati.

Mungkin bayangan masyarakat di sana itu, mereka akan dijadikan karyawan Pertamina. Padahal untuk menjadi karyawan Pertamina harus melalui seleksi yang ketat. Mereka harus memiliki keahlian yang dibutuhkan. Maka peluang terbesar yang bisa didapatkan saat ini adalah ikut bekerja dalam pembangunan kilang dan mendapatkan keuntungan ekonomi ketika pembangunan kilang sudah selesai dilakukan.

Selain itu, Pertamina Rosneft juga telah berupaya meningkatkan kapasitas masyarakat lokal Tuban melalui serangkaian program yang sangat berguna bagi mereka. Misalnya memberikan Beasiswa D3 Politeknik Energi dan Mineral Akamigas (PEM Akamigas). Bantuan itu telah diberikan kepada total 47 generasi muda Tuban. Dengan demikian, masyarakat di sekitar kilang itu memiliki kesempatan lebih besar untuk bisa direkrut oleh perusahaan, karena telah memiliki keahlian.

Persoalan yang dihadapi oleh beberapa orang di Tuban itu karena ketidak-cakapan mereka dalam mengelola dana. Padahal sebelumnya telah diberikan pendampingan dan pelatihan untuk mengelola uang yang mereka dapatkan. Namun keinginan untuk membeli barang mewah seperti mobil, alat telekomunikasi, plesir, merenovasi rumah dan keperluan konsumsi sehari-hari membuat beberapa orang itu menggunakan uangnya secara tidak produktif.

Kini, mereka yang telah menghabiskan uangnya itu mengatakan menyesal telah menjual tanahnya. Padahal mereka telah menikmatinya sampai tidak lagi tersisa. Tentu kejadian ini hanya menimpa mereka yang tidak hati-hati dalam membelanjakan uangnya. Sebab masyarakat lain yang bersikap produktif dan hati-hati justru telah menikmati perputaran uangnya.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Puji Handoko

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

Baca Juga











Artikel Terpopuler