x

Iklan

Agus Buchori

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 8 November 2021

Jumat, 18 Februari 2022 16:54 WIB

Refleksi Seorang Mantan Jurnalis

Buku Teori dan Filosofi Jurnalistik dalam Praktik, ini menyajikan dua puluh lima tulisan penulis yang pernah dimuat sebagai kolom di media portal berita. Sebagaimana judulnya, secara singkat ada tulisan tentang asal usul press dan jurnalisme dan filosofi terbentuknya jurnalisme sebagai tulisan yang dikonsumsi oleh publik.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Judul     : TEORI DAN FILOSOFI JURNALISTIK DALAM PRAKTIK

Penulis  : Dr.Hernani Sirikit, MA.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Penerbit: Graniti, Gresik.

Cetakan : Pertama, Februari 2021

ISBN      : 978-623-6240-37-3

Jurnalisme tak akan pernah mati, dan hanya berganti media. Sepanjang ada catatan yang diperuntukkan pada khalayak, jurnalisme akan selalu hadir di dalamnya. Optimisme inilah yang tetap dipegang oleh Hernani Sirikit atau yang lebih dikenal dengan Sirikit Syah.

Membicarakan jurnalisme dalam dunia yang kini makin terbuka dan penuh dengan informasi yang berlalu-lalang dalam layar monitor akan selalu menarik perhatian kita bersama. Dan pertanyaan  masih relevankah press atau jurnalisme menjadi satu-satunya sumber informasi bagi kita menjadi pekerjaan kita semua untuk menjawabnya.

Kini semua orang bisa membagi informasi dalam beranda sosialnya, apakah ia jurnalis/wartawan ataupun warga biasa. Namun, semua membawa impilikasi bagi si pembagi informasi jika apa yang ia bagikan tidak sesuai kenyataan.

Dari sinilah Sirikit mengingatkan kembali bahwa unsur 5W dan 1H akan selalu relevan untuk digunakan agar informasi yang kita bagikan dapat dipercaya dan berguna bagi orang lain. Informasi yang tidak lengkap hanyalah akan membawa kebingungan bagi pengonsumsinya.

Semua berita untuk media cetak, siaran, dan online, selalu berhubungan dengan siapa (who) melakukan apa (what), di mana (where)  dan kapan kejadiannya (when). Akan lebih lengkap lagi jika dilengkapai kronologi kejadiannya (how) serta latar belakang terjadinya (why) (hal.30).

Buku Teori dan Filosofi Jurnalistik dalam Praktik, ini menyajikan dua puluh lima tulisan penulis yang pernah dimuat sebagai kolom di media portal berita. Sebagaimana judulnya, secara singkat ada tulisan tentang asal usul press dan jurnalisme dan filosofi terbentuknya jurnalisme sebagai tulisan yang dikonsumsi oleh publik.

Syarat-syarat sebuah tulisan menjadi produk jurnalis pun tak luput disajikan oleh Sirikit. Seorang jurnalis itu harus selalu cover both side agar tulisannya berimbang. Yang membedakan berita dengan siaran pers ataupun tulisan pribadi lainnya adalah adanya verifikasi, penelusuran, keterangan dari pihak lain dan independensi narasumber (hal. 79).

Menarik juga di buku ini, selain membahas sisi teknis untuk menjadi sorang jurnalis, ternyata sirikit juga membagi pengalamannya, sebagai mantan wartawan,   bagaimana ruang redaksi sebagai dapur yang mengolah berita untuk masyarakat, menjaga ruang kerja tersebut dari pengaruh “kapitalis”.

Jurnalisme akan bertahan dan tetap tumbuh jika modalnya ada, dan sumber modal utama,  kebanyakan,lebih besar diperoleh dari para pengiklan di media. Nah pengiklan inilah yang sering kali mempengaruhi redaksi untuk menyampaikan misi perusahaan yang kadang tidak sesuai dengan misi jurnalisme itu sendiri.

Dalam sebuah tulisan yang berjudul Fire Wall atau Pagar Api penulis mengisahkan modus bagaimana seorang bagian iklan biasanya melakukan titipan “pesan sponsor” perusahaan modal besar  yaitu dengan cara melibatkan diri dalam aktivitas kerja ruang redaksi, mereka berbicara dengan redaktur pelaksana, pemimpin redaksi bahkan ada yang ikut rapat redaksi (hal 65-66).

 

Saat semua orang bebas bersuara, jurnalime arus utama pun menangkap gejala ini. Mereka menyediakan ruang warga untuk menuliskan informasi yang diketahuinya pada ruang medianya. Meski demikian, jurnalisme warga ini juga ada resikonya terutama pada pemakaian bahasa yang tanpa suntingan, kesalahan pemilihan diksi yang terutama karena tulisan mereka tidak ada editornya sehingga memungkinkan terjadinya pelanggaran standar jurnalistik etika dan hukum (hal. 76).

Secara keseluruhan apa yang disajikan oleh Sirikit dalam buku ini bisa menjadi referensi siapa saja yang berminat dalam hal jurnalistik. Sebagai mantan wartawan sekaligus sastrawan, bahasa yang disodorkan oleh Sirikit juga sangat gamblang dan tak membosankan karena diksinya sangat kaya dan kadang juga sedikit sastrawi yang mengundang empati pembaca sehingga kita tak jenuh untuk mengulangnya.  Selamat membaca.

Ikuti tulisan menarik Agus Buchori lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler