x

Iklan

Adjat R. Sudradjat

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Rabu, 23 Februari 2022 08:04 WIB

KPK Telah Kejangkitan Virus KKN ala Orde Baru?

Pimpinan komisi antikorupsi Firli Bahurimemberikan piagam penghargaan kepada istrinya. Sang pendamping ini menciptakan himne dan mars KPK. Ini ganjirl. Bagaimanapun melibatkan keluarga, kroni, maupun orang yang memiliki kedekatan secara pribadi, hal yang dianggap tabu. Terlebih lagi bagi seorang penegak hukum. Tidak syak lagi, KPK telah terjangkit virus rezim Orde Baru, yakni virus korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apa jadinya jika seorang ayah, atau ibu yang senantiasa menasihati anaknya agar berbuat baik, dan jangan berperilaku buruk, sementara orang tuanya itu justru malah berperilaku tidak terpuji. Karena segala perilakunya bertolak belakang dengan apa yang selalu dikatakan kepada anaknya? 

Bisa jadi hal seperti itu akan menjadi bumerang bagi orang tua tersebut. Tidak menutup kemungkinan anaknya akan bertanya, mengapa ayah/ibu menyuruh saya harus berbuat baik, dan jangan berperilaku buruk, sedangkan ayah dan ibu justru melakukannya. 

Begitu juga dengan seorang penegak hukum; polisi, jaksa, dan hakim yang seharusnya menegakkan hukum seadil-adilnya, tidak pandang bulu, tidak tebang pilih, dan memberi contoh dengan perilakunya yang taat terhadap hukum yang dikawalnya itu, justru malah dilanggar, bahkan diterjang sekehendak hatinya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebagaimana halnya dengan ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri, belakangan ini kembali menjadi perbincangan publik dengan berbagai sikapnya yang dianggap kontroversi, dan sama sekali bertolak belakang dengan marwah lembaga yang dipimpinnya saat ini. 

Betapa tidak. Beberapa hari lalu, dalam sebuah acara di Gedung Juang KPK, Firli Bahuri telah memberikan penghargaan untuk istrinya, Ardina Safitri, yang menciptakan mars dan himne KPK. 

Pemberian penghargaan dilakukan Firli bertepatan dengan penyerahan hak cipta oleh Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly. 

​Tidak hanya itu, sehari setelahnya, sebagaimana dikutip dari Tempo.co, Firli kembali diperbincangkan setelah muncul baliho yang memampang wajahnya beredar di media sosial. Dalam baliho berlogo KPK tersebut tertulis kalimat "Siapa saja yang korupsi kami tangkap". 

​Terkesan Kuat Ada Conflict of Interest di Baliknya 

​Memberikan penghargaan terhadap istrinya sendiri yang telah menciptakan himne dan mars KPK, memberikan kesan yang kuat dan begitu jelas adanya conflict of interest, atau konflik kepentingan di dalamnya. 

Publik beranggapan pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang digaungkan sejak tumbangnya rezim Orde Baru, dan menjadi salah satu tonggak sejarah era reformasi, justru malah telah dihidupkan kembali oleh Firli Bahuri yang saat ini menjadi pimpinan dan ujung tombak pemberantasan kejahatan yang dianggap luar biasa tersebut. 

Bagaimanapun melibatkan keluarga, kroni, maupun orang yang memiliki kedekatan secara pribadi, merupakan hal yang dianggap tabu. Terlebih lagi bagi seorang yang di pundaknya menanggung amanah sebagai pimpinan garda terdepan membersihkan negeri ini dari tikus-tikus yang menggerogoti kekayaan negara demi kepentingan pribadinya. 

Seperti yang diungkapkan Ketua IM57+ Institute, Praswad Nugraha juga berpendapat, ada konflik kepentingan di balik peluncuran lagu itu. 

Mantan penyidik KPK ini berpendapat, pemberantasan korupsi tidak memerlukan mars dan himne. Menurut dia, mars dan himne KPK adalah jerit penderitaan masyarakat korban korupsi bantuan sosial (bansos) Covid-19 yang kasusnya tidak segera dituntaskan oleh KPK. 

“Tidak perlu sulit-sulit menciptakan lagu, karena himne pemberantasan korupsi yang sejati ada di dalam jerit tangis derita rakyat korban bansos yang sampai saat ini tidak dituntaskan KPK,” tutur Praswad. 

Anehnya, jajaran pimpinan KPK lainnya pun, seperti Alex Marwata, terkesan kuat memberikan dukungan terhadap sikap Firli, dan sebaliknya seakan-akan tidak mengerti, dan mempertanyakan mengapa ada pihak yang mempermasalahkan lagu yang diciptakan istri Firli Bahuri itu. 

Demikian juga dengan pelaksana tugas juru bicara lembaga antirasuah, Fikri Ali, menjelaskan, pemberian penghargaan itu merupakan hal yang biasa diberikan KPK sebagai apresiasi atas kontribusi dan dukungan terhadap pemberantasan korupsi. 

Sehingga tidak syak lagi jika publik pun berkesimpulan bahwa komisi antikorupsi sekarang ini telah terjangkit virus rezim Orde Baru yang ketika itu begitu maraknya terjadi praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). 

Dan bocah-bocah kecil pun akan balik bertanya, bagaimana negeri ini akan bersih dari kejahatan yang luar biasa tersebut jika para petugas yang akan memberantasnya pun justru berperilaku seperti itu? ***

 

 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Adjat R. Sudradjat lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler