x

Iklan

Zulfakriza Z.

Dosen Teknik Geofisika - FTTM ITB
Bergabung Sejak: 4 Februari 2022

Sabtu, 26 Februari 2022 08:11 WIB

Tentang Gempa M=6,1 (25 Februari 2022) Pasaman, Sumatera Barat

Jika diperhatikan pola mekanisme fokus gempa yang diperoleh dari situs inaTEWS-BMKG, maka dapat dikatakan bahwa rangakan Gempa Pasaman 25 Februari 2022 terpicu oleh adanya aktivitas sesar geser (strike slip) yang bergerak secara menganan. Pola mekanisme ini menandakan bahwa keberadaan Zona Sesar Sumatera menjadi penyebab terjadinya gempa. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Jumat, 25 Februari 2022, rangkaian gempa Gempa kuat dan merusak melanda Sumatera Barat. Berdasarkan laporan BMKG, rangkaian gempa yang terjadi di Pasaman diawali oleh gempa pembuka (foreshock) M=5,2 pada pukul 08:35:51 WIB. Berselang 3 menit 42 detik diikuti oleh gempa kedua M=6,1 pada pukul 08:39:29 WIB yang merupakan gempa utama (mainshock). 

Episenter gempa kedua M=6,1 berada pada koordinat 0,14° LU ; 99,94° BT, atau tepatnya di darat pada jarak 12 km arah Timur Laut wilayah Pasaman Barat, Sumatera Barat. Kedalaman hiposenter adalah sekitar  10 km. Posisi gempa berada di darat sehingga tidak berdampak pada terjadinya tsunami.

Berselang beberapa detik kemudian, sejumlah gempa susulan terjadi dengan magnitudo yang relatif lebih kecil. BMKG mencatat, sampai dengan 25 Februari 2022 pukul 14:31 WIB, setidaknya terjadi 19 gempa susulan yang memiliki magnitudo antara 3,0 - 5,0.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Gempa ini mengakibatkan getaran yang dirasakan di daerah Pasaman dengan skala intensitas V-VIMMI, di Agam, Bukitttinggi, dan Padang Panjang intensitas IV MMI, di Padang, Payakumbuh, Aek Godang, dan Gunung Sitoli III MMI, di Pesisir Selatan, Rantau Parapat, Nias Selatan, dan Bangkinang II MMI. 

Bahkan getaran gempa dirasakan di Putra Jaya, Malaysia dan juga Singapure. Hal ini dikarenakan oleh adanya efek penguatan gelombang (amplifikasi) yang dipengaruhi oleh kondisi lapisan bawah permukaan yang tersusun oleh batuan endapan yang relatif lunak. 

Dampak dari getaran gempa yang ditimbulkan adalah kerusakan pada sujumlah bangunan, baik itu bangunan rumah tinggal, perkantoran dan rumah ibadah. Diperkirakan sekitar 410 bangunan rumah mengalami kerusakan dan berdasarkan laporan BNPB, setidaknya 7 orang dilaporkan meninggal dunia akibat dari musibah gempa ini.

Mekanisme Sumber dan Sejarah Gempa

Jika diperhatikan pola mekanisme fokus gempa yang diperoleh dari situs inaTEWS-BMKG, maka dapat dikatakan bahwa rangakan Gempa Pasaman 25 Februari 2022 terpicu oleh adanya aktivitas sesar geser (strike slip) yang bergerak secara menganan. Pola mekanisme ini menandakan bahwa keberadaan Zona Sesar Sumatera menjadi penyebab terjadinya gempa. 

Zona Sesar Sumatera merupakan sebuah zona sesar aktif yang memilik mekanisme pergerakan sesar secara menganan (dextral strike slip fault zone). Secara tektonik, Zona Sesar Sumatera terbentuk akibat dari proses dorongan lempeng tektonik secara miring, yaitu antara lempeng samudera India-Australia dan lempeng benua Sumatra-Eurasia. 

Panjang  Zona Sesar Sumatera diperkirakan 1900 km dengan orientasi arahnya Barat-Laut Tenggara dan terbagi dalam beberapa segmen, yaitu Segmen Aceh, Seulimum, Tripa, Renun, Toru, Angkola, Barumun, Sianok, Sumani, Suliti, Siulak, Dikit, Ketaun, Manna, Kumering dan Semangko [1].

Gempa magnitudo M=6,1 dan sebelumnya diawali oleh gempa dengan magnitudo M=5,2 pada awalnya diduga berada pada segmen Angkola. Dalam Buku Peta Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 [2], menjelaskan tentang keberadaan tiga segmen sesar aktif yang posisinya berdekatan dengan rangkaian Gempa Pasaman, ketiga segmen itu adalah Segmen Barumun, Angkola dan Sianok.  

Namun jika memperhatikan pola sebaran gempa susulan (berdasarkan data InaTEWS-BMKG) terlihat bahwa rangkaian kejadian Gempa Pasaman, Sumatera Barat pada 25 Februari 2022 terkonsentrasi di antara segmen Angkola dan Sianok, berdekatan dengan Gunung Talamau, Kabupaten Pasaman Barat. 

Dalam catatan sejarah kejadian gempa di Zona Sesar Sumatera, beberapa gempa merusak pernah terjadi, seperti pada tahun 1892 di Segmen Angkola, gempa yang diperkirakan memiliki kekuatan mencapai magnitudo M=7,7 [3]. Selain itu, kejadian gempa pada tahun 1926 (M=6,6) dan 1943 (M=7,3) yang bersumber di Segmen Sianok dan Sumani [4]. 

Pada tahun 2007, dua gempa terjadi di Segmen Sianok dan Sumani. Kedua gempa ini memiliki kekuatan moment magnitude Mw= 6,3 dan Mw=6,4. Gempa ini dikenal dengan sebutan gempa kembar (doublet earthquake) yang terjadi pada 6 Maret 2007 pukul 10:50 WIB dan 12:45 WIB [4].

Dampak dari kejadian gempa kembar pada Maret 2007 mengakibatkan kerusakan pada sejumlah banguan rumah tinggal, perkantoran, rumah ibadah dan bangunan sekolah. Korban jiwa dilaporkan sebanyak 52 orang. Guncangan gempa kembar ini dirasakan hingga Singapura dan Malaysia, seperti halnya kejadian gempa yang terjadi di Pasaman pada 25 Februari 2022. (ZFZ)

Referensi:
[1] Danny H Natawidjaja 2018 IOP Conf. Ser.: Earth Environ. Sci. 118 012001 

[2] Buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, Pusat Studi Gempa Nasional (PuGeN) Kementerian PUPR.

[3] Sieh, K. and D. Natawidjaja,2000, Neotectonics of the Sumatran fault, Indonesia. Journal of Research. 105(B12): p. 28,295-28,326. 

[4] MR Daryono, DH Natawidjaja, K Sieh, 2012, Twin surface rupture of the March 2007 M>6 earthquake doublet on Sumatran Fault, Bulletin of the Seismological Society of America, Vol. 102, No. 6, pp. 2356–2367, doi: 10.1785/0120110220 

Ikuti tulisan menarik Zulfakriza Z. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler