x

Iklan

Elnado Legowo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Senin, 28 Februari 2022 15:45 WIB

Mengenang Invasi Jerman ke Polandia

Invasi Rusia ke Ukraina sangat mengguncang dunia. Tidak sedikit orang yang ketakutan dan berspekulasi bahwa konflik tersebut dapat berujung pada perang berskala besar. Peristiwa ini tentu mengingatkan kita pada invasi Jerman ke Polandia, yang dikenal sebagai awal dari perang dunia kedua.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Invasi besar-besaran dari Rusia ke Ukraina (24/2/2022) sangatlah mengguncang dunia. Banyak sekali spekulasi yang bermunculan di media sosial, terutama meletusnya perang dunia ketiga. Hal tersebut bukan terjadi tanpa sebab, jika kita mengingat kembali sejarah meletusnya perang dunia kedua. Meski banyak sekali perdebatan mengenai awal dari perang dunia kedua, tapi semuanya berawal dari sebuah invasi militer ke suatu negara. Salah satu kasus yang paling umum diberitakan dalam buku-buku sejarah sekolah, sebagai penyebab perang dunia kedua, adalah invasi Jerman ke Polandia (1/9/1939).

Invasi Jerman ke Polandia diawali oleh berkuasanya Partai Buruh Sosialis Nasional Jerman, di bawah kepemimpinan Adolf Hitler (30/1/1933). Adolf Hitler memiliki ide untuk mencaplok wilayah Polandia, demi menciptakan negara boneka yang secara ekonomi di bawah kekuasaan Jerman. Sebagai bagian dari kebijakan jangka panjang ini, Hitler pada awalnya mengejar kebijakan pemulihan hubungan dengan Polandia, dengan mencoba meningkatkan opini di Jerman, yang berpuncak pada Pakta Non-Agresi Jerman-Polandia 1934. 

Awalnya, kebijakan luar negeri Hitler bekerja untuk melemahkan hubungan Polandia dengan Prancis, sekaligus berusaha untuk membawa Polandia ke dalam Pakta Anti-Komintern, demi membentuk front kerjasama melawan Uni Soviet. Dari kebijakan itulah, Polandia akan diberikan wilayah di timur laut Ukraina dan Belarusia jika setuju untuk berperang melawan Uni Soviet. Akan tetapi, konsesi yang diharapkan Polandia dibuat menjadi sangat bergantung pada Jerman. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Polandia takut bahwa kemerdekaan mereka pada akhirnya akan terancam secara serius. Apalagi Hitler secara historis mencela hak Polandia untuk merdeka pada tahun 1930, dengan menulis bahwa Polandia dan Ceko adalah "Orang-orang yang tidak bernilai sepeserpun lebih dari penduduk Sudan atau India. Bagaimana mereka dapat mengklaim hak-hak negara merdeka?"

Selain dari itu, penduduk Kota Bebas Danzig sangat mendukung pencaplokan Jerman terhadap Polandia. Mereka semua adalah penduduk Jerman yang dipisahkan dari Jerman setelah Perjanjian Versailles, dan menjadi Kota Bebas yang secara nominal independen. Begitu juga dengan penduduk etnis Jerman di Polandia. Maka itulah, Hitler berusaha menggunakan kasus ini sebagai casus belli, untuk membalikkan kerugian teritorial pasca tahun 1918, sekaligus mengimbau para nasionalisme Jerman untuk berjanji "membebaskan" minoritas Jerman yang masih berada di Polandia dan Danzig.

Sebelum terjadinya invasi, muncul beberapa insiden yang dilakukan oleh Jerman, seperti insiden Gleiwitz (bagian dari Operasi Himmler), demi menguatkan propaganda Jerman bahwa pasukannya bertindak untuk membela diri. Hitler juga menyatakan bahwa Polandia telah menginvasi Jerman dan bahwa "Orang-orang Jerman di Polandia telah dianiaya dengan teror berdarah dan diusir dari rumah mereka. Serangkaian pelanggaran perbatasan, tak tertahankan untuk kekuatan besar, membuktikan bahwa Polandia tidak lagi mau menghormati perbatasan Jerman". Alhasil, invasi terhadap Polandia sering disebut oleh pihak Jerman sebagai Perang Pertahanan tahun 1939 (Verteidigungskrieg).

Saat sebelum fajar tiba (1/9/1939), serangan dari Jerman dimulai dari kapal perang tua Schleswig-Holstein Jerman menembaki depot transit militer Polandia di Westerplatte, di Kota Bebas Danzig, Laut Baltik. Kemudian dilanjutkan oleh serangan Luftwaffe ke sejumlah sasaran militer dan sipil, dengan melakukan pengeboman kota skala besar.

Ketika lewat dari fajar, Jerman yang masih belum mengeluarkan pernyataan perang secara resmi, mereka menyerang di dekat desa Mokra, Polandia. Akibatnya Pertempuran Perbatasan telah dimulai. Kemudian pada hari itu juga, tentara Jerman menyerang perbatasan barat, selatan, dan utara Polandia. Serangan pendukung datang dari Prusia Timur, di utara, dan serangan gabungan tersier Jerman-Slovakia oleh unit (Tentara Lapangan "Bernolák") dari Republik Slovakia yang bersekutu dengan Jerman, di selatan. Tiga serangan itu terpusat di ibu kota Polandia, Warsawa. Serangan pada hari pertama berhasil menewaskan hampir 1.200 orang.

Menanggapi aksi dari Jerman tersebut, Prancis dan Inggris menyatakan perang terhadap Jerman (3/9/1939), tapi mereka gagal memberikan dukungan yang berarti. Karena mereka benar-benar tidak siap melawan Jerman, sekaligus masih belum pulih dari krisis ekonomi dan juga trauma dari perang dunia pertama. Walaupun begitu, di perbatasan Jerman-Prancis mengalami sedikit pertempuran kecil, tapi tidak memberikan pengaruh yang besar untuk menghentikan invasi Jerman ke Polandia.

Meskipun beberapa keberhasilan Polandia dalam pertempuran kecil di perbatasan, tapi keunggulan teknis, operasional, dan numerik dari Jerman berhasil memaksa tentara Polandia untuk mundur. Selain itu, Luftwaffe juga memperoleh keunggulan udara di awal invasi, dengan menghancurkan komunikasi yang menghancurkan landasan udara Polandia dan situs peringatan dini. Akibatnya terjadi permasalahan logistik bagi tentara Polandia. Banyak unit Angkatan Udara Polandia kehabisan persediaan, dan 98 dari jumlah mereka mundur ke Rumania yang netral.

Jerman menyerang dari tiga arah di darat. Günther von Kluge memimpin 20 divisi yang memasuki Polandia dan bertemu dengan pasukan kedua Jerman yang menuju Warsawa dari Prusia Timur. Gerd von Rundstedt memimpin 35 divisi yang menyerang Polandia selatan. Mereka semua terdiri lebih dari 2.000 tank dan lebih dari 1.000 pesawat. 

Meski tentara Polandia telah melawan habis-habisan dorongan tank-tank Jerman, pada akhirnya mereka dapat dipukul mundur, hingga akhirnya pecah menjadi beberapa bagian yang tidak terkoordinasi. Tetapi mereka masih melancarkan serangan terputus-putus terhadap tentara Jerman. Dengan serangan seperti itu, tentara Jerman dapat dengan mudah menembus pertahanan dan memasuki Warsawa, jantung Polandia.

Keadaan semakin memburuk, ketika 800.000 tentara Uni Soviet masuk dan menginvasi Polandia Timur dari arah Belarusia dan Ukraina (17/9/1939).  Pasukan pertahanan perbatasan Polandia di timur, yang dikenal sebagai Corpus Ochrony Pogranicza, hanya memiliki sekitar 25 batalyon. Rydz-Śmigły memerintahkan mereka untuk mundur dan tidak menyerang tentara Uni Soviet. Namun, itu tidak mencegah beberapa bentrokan dan pertempuran kecil, seperti Pertempuran Grodno, ketika tentara dan penduduk setempat berusaha mempertahankan kota. 

Soviet mengeksekusi banyak perwira Polandia, termasuk tawanan perang seperti Jenderal Józef Olszyna-Wilczyński. Selain itu, Organisasi Nasionalis Ukraina bangkit melawan Polandia, dan partisan komunis mengorganisir pemberontakan lokal, menjarah, dan membunuh warga sipil. Gerakan-gerakan itu dengan cepat dikendalikan oleh NKVD. Invasi Soviet adalah salah satu faktor penentu yang meyakinkan pemerintah Polandia bahwa perang di Polandia telah kalah.

Walaupun begitu, tentara Polandia mencoba bergerak menuju area Jembatan Rumania, yang masih aktif melawan invasi Jerman. Tetapi berhasil dilumpuhkan dalam Pertempuran Tomaszów Lubelski, pertempuran terbesar kedua dalam invasi tersebut. Pertempuran diakhiri oleh Pertempuran Kock selama empat hari di dekat Lublin (6/10/1939), sebelum pada akhirnya Jerman dan Uni Soviet berhasil mengambil kendali penuh atas Polandia, sekaligus mengakhiri invasi.

Dalam invasi berdarah tersebut, tidak sedikit warga sipil yang ikut menjadi korban. Sejak hari pertama invasi, Luftwaffe menyerang perumahan warga sipil dan tempat pengungsi di sepanjang jalan untuk meneror rakyat Polandia, mengganggu komunikasi, dan menurunkan moral Polandia. Akibatnya, Luftwaffe membunuh 6.000 hingga 7.000 warga sipil Polandia selama pengeboman Warsawa.

Invasi Jerman menyaksikan kekejaman yang dilakukan terhadap pria, wanita, dan anak-anak Polandia. Tentara Jerman (baik SS reguler dan Wehrmacht) membunuh puluhan ribu warga sipil Polandia. Seperti contohnya Leibstandarte SS Adolf Hitler yang selama invasi melakukan pembakaran desa dan berbagai kekejaman di banyak kota Polandia, termasuk pembantaian di Błonie, Złoczew, Bolesławiec, Torzeniec, Goworowo, Mława dan Włocławek.

Selama Operasi Tannenberg, kampanye pembersihan etnis yang diselenggarakan oleh berbagai elemen pemerintah Jerman, puluhan ribu warga sipil Polandia ditembak secara massal di 760 lokasi oleh Einsatzgruppen. Walhasil, secara keseluruhan dari kerugian sipil penduduk Polandia berjumlah sekitar 150.000 hingga 200.000. Sekitar 1.250 warga sipil Jerman juga tewas selama invasi.

Dari invasi Jerman ke Polandia, kita dapat belajar bahwa perang hanya akan membawa kesengsaraan. Selain itu, pihak yang selalu menjadi korban adalah warga sipil yang tidak bersenjata. Sangat tidak mengherankan jika banyak pihak yang ketakutan, sekaligus berspekulasi bahwa konflik Rusia dan Ukraina dapat meluas dan tidak terkendali seperti perang dunia kedua. Maka dari itulah, kita sebaiknya mendukung agar terciptanya dialog perdamaian di antara kedua belah pihak, demi mencegah kekacauan yang lebih parah.

Ikuti tulisan menarik Elnado Legowo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

10 jam lalu

Terpopuler