
Merdeka Belajar Cooperatif Learning 1, Sumber: Dokumentasi Pribadi Taufik Hidayat, S.Pd, M.Si
Selasa, 8 Maret 2022 08:15 WIB
Pada PTM Terbatas, Mengapa Blended Learning?
Pada sekolah yang guru-gurunya belum lazim melaksanakan blended learning terjadi semacam miskonsepsi. Mereka melakukan pemisahan ekstrem antara pembelajaran klasikal dengan daring. Bahkan masih ada sekolah yang melarang penggunaan gawai di dalam kelas ketika pembelajaran tatap muka berlangsung. Mereka menganggap proses pembelajaran akan terganggu. Dalam situasi terbatas ini penggunaan gawai dan pemanfaatan fasilitas internet justru sangat dibutuhkan untuk mendukung efisiensi proses pembelajaran.
Dibaca : 2.196 kali
Sejak awal tahun ini sekolah-sekolah telah diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka secara terbatas, kecuali pada sekolah yang didapati kasus Covid -19. Karena sifatnya yang masih terbatas, tentu saja ada pembatasan dalam pelaksanaannya. Ini akan berdampak pada pencapaian tujuan pembelajaran dan pencapaian target kurikulum yang kurang maksimal. Salah satu upaya untuk meminimalkan kesenjangan antara tujuan dan target kurikulum dengan pencapaian konkritnya adalah dengan menerapkan pembelajaran campuran atau blended learning. Ini adalah sistem belajar yang memadukan belajar secara face to face (bertatap muka/klasikal) dengan belajar secara online melalui penggunaan fasilitas internet.
Blended learning menurut Harding, Kaczynski dan Wood (2005) merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan pembelajaran tradisonal tatap muka dan pembelajaran jarak jauh yang menggunakan sumber belajar online (terutama yang berbasis web) dan beragam pilihan komunikasi yang dapat digunakan oleh pendidik dan peserta didik. Sejalan dengan itu Bonk dan Graham (2006) mendefinisikan blended learning adalah sebagai kombinasi dari dua instruksi model belajar dan mengajar: sistem pembelajaran tradisional dan sistem pembelajaran terdistribusi yang menekankan pada peran teknologi komputer. Dari kedua pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa blended learning terdiri dari dua kegiatan pembelajaran dengan sistem yang berbeda, yaitu tatap muka di ruang kelas dan pembelajaran secara online di ruang maya pada berbagai platform pembelajaran online, seperti blog, website, google classroom.
Pada penerapan pembelajaran tatap muka terbatas terjadi pengurangan jam mengajar bagi guru. Ccontohnya untuk mata pelajaran yang jatahnya enam jam pelajaran per-minggu, akan menjadi empat atau tiga jam per-minggu saja. Begitu pula untuk durasi waktu pembelajaran, yang normalnya 45 menit per-jam pelajaran, kini berkurang menjadi 40 menit. Bahkan ada sekolah yang menguranginya hingga 30 menit per-jam pelajaran. Hal ini tentu akan sangat berpengaruh terhadap pencapaian target pembelajaran dan penguasaan kompetensi peserta didik. Sekolah-sekolah juga melakukan pemotongan kompetensi dasar pada kurikulum. Caranya mengarahkan guru-guru memilih kompetensi dasar yang dianggap paling mendasar pada suatu mata pelajaran, dan mengabaikan yang lainnya. Namun demikian tetap saja masih belum optimal dari segi penyerapan pemahaman dan penguasaan kompetensi pada diri peserta didik.
Pada situasi seperti ini pembelajaran campuran atau blended learning merupakan pilihan sangat logis. Penggabungan dua jenis moda pembelajaran itu diharapkan bisa memaksimalkan proses pembelajaran. Masing-masing karakteristik dua jenis pembelajaran ini memiliki kelebihan, sehingga penggabungan diharapkan akan memberikan pencapaian hasil belajar yang maksimal. Apalagi, jika guru memiliki kemampuan, kreativitas serta kemauan terus berimprovisasi dalam memberikan pelayanan kepada subyek belajar yaitu peserta didik.
Pada sekolah-sekolah yang guru-gurunya belum lazim melaksanakan blended learning terjadi semacam miskonsepsi. Para guru itu melakukan pemisahan yang ekstrem antara pembelajaran klasikal dengan pembelajaran secara daring. Bahkan masih ada sekolah yang melarang penggunaan gawai di dalam kelas ketika pembelajaran tatap muka berlangsung. Mereka menganggap penggunaan gawai dan internet dalam kelas akan mengganggu jalannya proses pembelajaran. Mereka lupa bahwa dalam situasi serba terbatas ini penggunaan gawai dan pemanfaatan fasilitas internet justru sangat dibutuhkan untuk mendukung efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran.
Ketika karakteristik dan kelebihan dari kedua moda pembelajaran ini di satukan tentu saja akan memberikan efisiensi dan efektivitas dalam proses pembelajaran. Pada pembelajaran luring peserta didik memerlukan lebih banyak waktu untuk menyalin materi, instruksi penugasan dan langkah-langkah kerja. Begitu pula guru membutuhkan banyak waktu menuliskan materi di papan tulis. Bahkan sering kali terjadi target pembelajaran dam suatu tatap muka tidak tercapai sesuai rencana akibat keterbatasan waktu pelaksanaan.
Dengan moda daring maka penggunaan waktu tersebut bisa dipangkas. Materi dan instruksi yang dikirim lewat aplikasi pembelajaran atau media sosial akan diterima dan dibaca oleh peserta didik pada gawainya yang menggantikan peran buku tulis dan modul-modulnya. Bahkan guru bisa mengirimkannya sebelum pertemuan tatap muka di kelas, sehingga peserta didik memiliki kesempatan membaca dan mendapatkan pemahaman awal tentang materi dan penugasan yang akan dibahas pada pertemuan dan diskusi di kelasnya.
Ini juga akan memberi kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari materi dan penugasan sesuai kecepatan dan kemampuannya masing-masing. Kita ketahui peserta didik memiliki kemampuan dan kecepatan yang berbeda-beda dalam belajar. Begitu pula dari sisi guru, ketika pembelajaran tatap muka sudah berlangsung di kelas guru tidak benar-benar memulai pembelajaran dari nol sehingga tidak perlu terburu-buru dan merasa seperti dikejar-kejar oleh waktu akibat durasi yang berkurang.
Efisiensi biaya juga akan didapatkan dengan penerapan blended learning. Siswa tidak perlu mengambil banyak waktu menyalin materi pelajaran akibat durasi dan penugasan latihan karena sudah terkirim ke gawainya. Dari segi biaya peserta didik dan guru tidak perlu lagi menfotokopi atau membeli modul. Dengan demikian guru masih memiliki waktu yang relatif cukup untuk menerapkan metode pembelajaran yang sesuai hingga tuntas.
Namun tentu saja hal ini akan bisa terlaksana dengan asumsi bahwa guru dan semua peserta didik memiliki fasilitas berupa gawai dan koneksi internet.
Suka dengan apa yang Anda baca?
Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.
1 hari lalu

Strategi Penggunaan Media, Waktu, dan Ruang dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Dibaca : 195 kali
2 hari lalu

Pendidik Bukan Seperti Dispenser Mengisi Gelas Kosong
Dibaca : 201 kali
Sabtu, 14 Mei 2022 12:40 WIB

Memetakan Potensi Sekolah dan Lingkungan Sebagai Bagian Berpikir Berbasis Aset
Dibaca : 318 kali
Senin, 9 Mei 2022 14:32 WIB

Peran dan Manfaat Sastra Demi Membentuk Karakter Bangsa
Dibaca : 431 kali
Kamis, 5 Mei 2022 06:16 WIB

Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantoro dan Merdeka Belajar
Dibaca : 1.046 kali
Sabtu, 30 April 2022 05:39 WIB

Guru Merdeka Ideal dalam Kurikulum Merdeka
Dibaca : 881 kali
Selasa, 26 April 2022 19:00 WIB

Melakukan Praktik Baik Modul 3.1 Sebagai Bentuk Aksi Nyata
Dibaca : 854 kali
Jumat, 22 April 2022 13:47 WIB

Legasi Berharga dari Nadiem Makarim
Dibaca : 1.130 kali
Rabu, 13 April 2022 13:32 WIB

Paradigma Baru Pembelajaran di Daerah Terpencil
Dibaca : 1.273 kali
Selasa, 5 April 2022 13:05 WIB
