x

halaman depan museum senobudoyo

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Selasa, 8 Maret 2022 19:27 WIB

Tlisiban Kebudayaan

Setiap bangsa memiliki kebudayaannya sendiri. Banyak bangsa yang sudah mampu membuang aspek buruk dari kebudayaannya dan mempertahankan aspek baiknya. Sayangnya Indonesia malah mempertahankan aspek buruknya dan membuang aspek baiknya. Apa saja aspek aspek itu? Silahkan baca terus.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sayang sekali dalam bahasa Indonesia tidak ada padanan kata yang pas untuk kata tlisiban.  Jadi sebaiknya bahasa Indonesia menyerap kata ini.  Apa artinya?

Mungkin berselisih jalan atau berbeda jalan bisa mendekati artinya.  Misalnya saya sedang menuju ke kota Yogya dari Magelang untuk bertemu seseorang.  Sayangnya di saat yang sama dia sedang menuju ke Magelang dari Yogya.  Jadi tujuannya sama sama ingin bertemu tapi bersimpang jalan.  Lalu apa maksud tlisiban kebudayaan?

Saya melihat dan membandingkan Indonesia dengan beberapa negara.  Semuanya ingin menuju negara modern.  Tujuannya sama.  Meskipun demikian saya lihat kita tlisiban dalam kebudayaan.  Masyarakat Barat dan negara negara Asia masih mempertahankan kebudayaan tradisional yang baik dan membuang jauh aspek kurang baik dalam kebudayaannya. Saya ambil contoh dalam aspek tata krama dan feodalisme.  Di dua aspek ini kita tlisiban.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Masyarakat Barat dan tetangga kita di Asia masih memegang teguh tata krama tradisional mereka.  Lihatlah Jepang, Korea, Thailand.  Sikap mereka sangat sopan.  Saya tidak menguasai bahasa mereka tapi melihat sikap dan bicara mereka dalam bahasa Indonesia dan Inggris, saya yakin bahasa mereka juga sangat sopan.  Masyarakat Eropa Barat dan Amerika juga memiliki tata kramanya sendiri.  Tentu saja ada perbedaan tata krama mereka dengan kita.

Masyarakat kita masih sangat feodalistik.  Sebaliknya masyarakat Barat sudah sangat egaliter.  Di Barat masih ada juga kerajaan seperti di Inggris, Spanyol, Belgia, Belanda, Swedia, Monaco dll.  Di Asia masih ada kerajaan Thailand dan Jepang.  Meskipun demikian mereka sudah sangat egaliter.  Salah satu cirinya mereka sudah mampu menerapkan prinsip meritokrasi atau merit system.  Rekrutmen kepemimpinan di semua sektor berdasarkan pada kompetensi, bukan pada KKN.

Kita nguri uri (mengawetkan) nilai nilai feodalisme dan klenik.  Kita meninggalkan budaya tradisional yang adi luhung (mulia) seperti sastra, teater, bahasa, pakaian, tata krama, dll yang memiliki keunggulan.  Sedangkan tetangga kita nguri uri seni tradisi yang baik dan meninggalkan klenik dan feodalisme.  Itulah yang saya maksudkan dengan tlisiban kebudayaan.  

Indonesia perlu merancang ulang kebudayaannya.  Kita harus banting stir. Kita ikuti langkah tetangga yang meninggalkan klenik dan feodalisme.  Kita terapkan meritokrasi dan prinsip kesetaraan.  Kita pertahankan tata krama dalam berkata, menulis dan bertindak.  Monggo para jauhari, para pakar, pengajar, penulis, pengambil kebijakan, pemimpin informal seperti ulama, dai, ustadz dll.  Silahkan kampanyekan kedua prinsip itu agar semangkin baik Indonesia kita tercinta ini.

Para penulis, pakar, wartawan, blogger sebaiknya menulis tentang keunggulan meritokrasi agar masyarakat makin banyak yang tertarik lantas menerapkannya.  Demikian juga para pemimpin formal dna informal seperti ulama, ustadz, mohon selalu mengupayakan dan mengkampanyekan prinsip meritokrasi ini demi kemajuan Indonesia.

Aspek positif dalam budaya tradisional seperti tata krama, arsitektur, berbagai cabang seni silahkan dikembangkan.  Tapi nilai nilai positif seperti meritokrasi harus sudah mulai diupayakan terus menerus.

Jika Indonesia mampu menerapkan prinsip ini sehingga posisi kunci di semua lini dipegang oleh orang yang paling mampu maka Indonesia akan jadi negeri maju.  Sesungguhnya Indonesia berpeluang menjadi kekuatan utama bahkan adi daya jika sumber daya manusianya berkualitas.  Dan kualitas sumber daya manusia dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya. 

Semoga kita mampu membalikkan tlisiban kebudayaan ini agar Indonesia makin maju dan menjadi kekuatan utama dunia yang membawa manfaat buat seluruh dunia.

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler