Apakah membenci itu sesuatu yang jahat? Benarkah? Bagaimana jika Anda tidak membenci dosa-dosa Anda? Apakah itu benar? Benci pada dirinya sendiri bukanlah sesuatu yang salah. Tapi...
"Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel - juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!" Maleakhi 2:16.
Apakah Tuhan membenci? Tentu saja Tuhan membenci, jika Tuhan tidak membenci maka Dia bukan Tuhan. Karena Tuhan yang benar pastilah membenci. Masalahnya membenci apa dulu? Tentu saja membenci di sini adalah dalam hal dosa. Membenci dosa merupakan sikap Tuhan terhadap mahluk ciptaan yang melakukan kejahatan/dosa kepada-Nya.
Membenci pada hakekatnya itu tidak salah. Masalahnya “sesuatu” yang kita benci itu apa? Jika kita membenci kejahatan maka benci di sini, itu baik. Jika kita membenci sesuatu yang baik, maka itu adalah kejahatan. Adalah sebuah kesalahan jika kita tidak membenci kejahatan.
Tuhan Yesus membenci kejahatan karena itu harusnya kita pun membenci kejahatan, karena ukuran benar dan salah ada pada Tuhan. Jika Tuhan membenci sesuatu artinya sesuatu itu adalah hal yang jahat. Karena sesuatu yang benar tidak mungkin dibenci oleh Tuhan.
Tuhan tidak memiliki sifat membenci, karena membenci adalah sikap hati. Sikap hati terhadap perilaku ciptaan (manusia dan malaikat) yang tidak sesuai dengan hukum-hukum-Nya.
Sikap hati inilah yang kita sebut dengan “Tuhan membenci”. Ini juga dapat disebut sebagai respon hati Tuhan terhadap ketidaktaatan mahluk ciptaan-Nya.
“Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel – juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman Tuhan semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!”
Mari kita menilai “Jika Tuhan tidak membenci perceraian apakah itu Tuhan yang benar”? Tentu saja tidak, Tuhan yang benar itu membenci perceraian karena perceraian itu adalah dosa.
“Jika Tuhan tidak membenci kekerasan/kejahatan, apakah Dia layak disebut Tuhan?” Pastinya tidak, karena Tuhan yang benar itu membenci kejahatan. Tuhan Yesus itu mahasuci, itulah sifat-Nya, Dia tidak bisa tidak membenci dosa.
Membenci apa yang Tuhan benci.
Sekarang, apakah manusia membenci apa yang Tuhan benci atau tidak? Jika Tuhan membenci kekerasan/kejahatan dan perceraian lalu manusia tidak membencinya, lalu siapa yang salah? Apakah mungkin Tuhan salah? Tentu, Tuhan tidak mungkin salah, yang salah adalah manusia yang tidak membenci kejahatan dan perceraian tersebut.
Tidak membenci apa yang Tuhan benci adalah sikap manusia pada umumnya. Banyak manusia di tipu oleh “perasaan saleh” mereka yang salah. Manusia mengira ukuran kebenaran adalah perasaanya, atau apa yang menurut dia benar. Dia tidak melihat benar dan salah dari apa kata Tuhan. Saat hal seperti ini terjadi maka manusia akan mencari “kebenaran” versi mereka sendiri.
Tetapi kita tahu ukuran kebenaran bukan manusia yang sudah jatuh dalam dosa. Ukuran kebenaran adalah Tuhan sendiri.
Membenci apa yang Tuhan benci adalah hal yang baik dari aspek negatif. Sementara mencintai apa yang Tuhan cintai adalah hal yang baik dari aspek positif. Di sini poinnya bukan pada negatif atau positifnya karena kedua hal itu sebenarnya adalah sesuatu yang baik. Poinnya adalah apakah hal tersebut sesuai dengan apa yang baik dan yang tidak baik menurut Tuhan.
Mencintai apa yang Tuhan benci.
Saat manusia sudah jatuh ke dalam dosa, dia menjadi budak dosa. Budak dosa yang tidak suka akan apa yang Tuhan suka. Justru sebaliknya yang terjadi manusia menyukai apa yang Tuhan benci dan membenci apa yang Tuhan sukai. Perlawanan manusia akan Tuhan ini sudah berlangsung ribuan tahun. Manusia lebih mencintai kegelapan dari pada terang. Manusia lebih mencintai apa yang Tuhan benci.
Tuhan Yesus membenci perceraian, tetapi manusia mencintainya. Tuhan Yesus membenci korupsi, manusia cinta akan korupsi, Tuhan Yesus membenci bisnis yang curang, manusia menyukainya. Tuhan Yesus membenci orang yang tidak bayar utang, manusia suka mengutang dan tidak dibayar, dan lain sebaginya.
Mencintai apa yang Tuhan cintai.
Seseorang akan semakin mengenal Tuhan jika ia mencintai apa yang Tuhan cintai. Jika Tuhan mencintai kemitmen seumur hidup dalam pernikahan maka dia akan mencintai hal itu dan dia akan setia dalam pernikahannya sampai ajal memisahkan. Jika Tuhan mencintai orang pendamai, maka ia juga akan berusaha untuk hidup damai dengan semua orang. Jika Tuhan ingin semua orang selamat maka ia juga ingin semua orang selamat.
Jadi, membenci dosa itu baik, jika Anda tidak membencinya itu tanda Anda masih berada dalam jurang kegelapan.