x

Sapardi Djoko Damono dalam sebuah pementasan di Surakarta, 2017. Foto: Tulus Wijanarko

Iklan

NABILA

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 13 Maret 2022

Minggu, 20 Maret 2022 08:26 WIB

Melukiskan Cerita dalam Puisi “Cahaya Bulan Tengah Malam” Karya Sapardi Djoko Damono

Artikel ini dibuat untuk mengetahui makna yang ada di dalam puisi "Cahaya Bulan Tengah Malam" karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Melukiskan Cerita dalam Puisi “Cahaya Bulan Tengah Malam” (Karya Sapardi Djoko Damono)

Hujan Bulan Juni (1994), Perahu Kertas (1983), dan Aku Ingin (1989), merupakan beberapa judul puisi populer karya Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono yang sederhana dan menginspirasi pembaca, tetapi memiliki makna yang tidak sederhana.

Sudah tidak asing bagi mahasiswa  sastra Indonesia. Ia sangat terkenal karena menyajikan puisi-puisi yang sangat teratur dan terikat. Dalam puisinya, ia sering menanamkan nuansa alam dan menghidupkan kata-kata puisi itu. Dia memiliki banyak keterampilan artistik, mulai dari menari, memainkan alat musik, hingga akting, tetapi dia tampaknya memiliki bidang sastra yang paling menonjol.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain  puisi, ia telah menulis cerpen dan  menerjemahkan karya-karya berbagai  penulis asing dalam banyak artikel di surat kabar. Sang sastrawan juga memiliki banyak karya sastra, karena bakatnya yang luas biasa ia menghasilkan puisi yang sangat bagus, berkat karyanya sangat indah untuk dinikmati.

Dengan banyak karya telah ia buat, memberinya banyak penghargaan di dalam dan luar negeri. Karyanya dikenal masyarakat umum dan para penulis ataupun sastrawan.

Penghargaan yang pernah beliau raih diantarannya adalah:

Cultural Award (Australia, 1978), Anugerah Puisi Putra (Malaysia, 1983), SEA Write Award (Thailand, 1986), Anugerah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), Kalyana Kretya dari Menristek RI (1996), Achmad Bakrie Award (Indonesia, 2003), dan ASEAN Book Award (2018).

Profesor Sapardi Djoko Damono tidak hanya seorang penulis, tetapi juga mengajar di beberapa universitas di Indonesia. Ia juga aktif di berbagai lembaga seni dan sastra selama tahun 1970-an dan 1980-an. Antara lain, pengurus Yayasan Jakarta Indonesia (1973-1980), editor majalah sastra Horison (1973), sekretaris Yayasan Dokumentasi Sastra HB Jassin (sejak 1975), anggota Dewan Kesenian, dan anggota buku Balai Pustaka Jakarta (1987) setelah itu) dan komite penasihat lainnya.

Puisinya juga digunakan sebagai subjek musikalisasi oleh penulis lain. Pada kesempatan ini, penulis ingin membacakan salah satu puisi karya Dr. Sapardi Joko Damono yang berjudul “Cahaya Bulan Tengah Malam” (1971). Di bawah ini adalah isi puisi cahaya bulan tengah malamnya.

Aku terjaga di kursi ketika cahaya bulan jatuh di wajahku dari genting kaca

adakah hujan sudah reda sejak lama?

Masih terbuka koran yang tadi belum selesai kubaca

terjatuh di lantai; di tengah malam itu ia nampak begitu dingin dan fana.

Puisi ini menceritakan bagaimana pengarang merasa kesepian di tengah malam sambil duduk di kursi sambil menikmati hujan. Dalam puisi ini, pengarang juga mengungkapkan sikap sedih yang diungkapkan dalam penggalan "di tengah malam, dingin dan mati".

Penulis dapat menyimpulkan bahwa maksud dan tugas pengarang puisi Cahaya Bulan Tengah Malam diatas adalah setiap masalah yang dihadapi tidak akan bisa diselesaikan dengan sendirinya, jika ingin masalah diselesaikan jangan hanya bekerja keras ke dalam masalah, tetapi mengambil tindakan sehingga masalah  dapat diselesaikan.

Ikuti tulisan menarik NABILA lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler