x

Ilustrasi Pelestarian Lingkungan.

Iklan

Reszky Fajarmahendra Riadi

Guru Sekolah Dasar & Pecandu Belajar
Bergabung Sejak: 4 September 2020

Selasa, 22 Maret 2022 13:42 WIB

Pelajaran Filsafat di Sekolah Dasar?

Mengapa di sekolah dasar harus dilakukan pembelajaran filsafat? Hal ini di dasari pada perenungan penulis ketika mengajar di Sekolah Dasar yaitu rasa ingin tahu peserta didik tinggi sekali. Rasa ingin tahu merupakan sikap ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan yang sebenar-benarnya serta menumbuhkembangkan sifat kreatif bagi peserta didik. oleh karena itu mari berfilsafat di Sekolah.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Apakah bisa memasukan pelajaran filsafat di sekolah dasar? ini adalah pertanyaan yang saya lontarkan kepada diri saya sebagai guru. Lalu apa itu filsafat? secara etimologi filsafat itu berasal dari kata philosophia. kata tersebut turunan dari kata philos (friend) dan sophia (wisdom). menyukai kebijaksanaan atau menjadikan kebijaksanaan menjadi teman. Secara lebih komprehensif pengertian filsafat yang saya kutip dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia). (n) pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat dari segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. Dalam pengertian tersebut bisa kita simpulkan bahwa filsafat adalah pemikiran yang menyelami masalah apa saja (the rational explanation of anything) secara sistem tertentu dan secara metodis dapat dipertanggung jawabkan.

Metode yang dapat dipertanggung jawaban menurut hemat penulis merupakan tingkatan pemerolehan pengetahuan. pertama adalah penyelidikan melalui observasi. Di dalam observasi tersebut hal yang diutamakan adalah pencarian masalah, atau proses pemetaan masalah.  Observasi menjadi penting untuk melanjutkan tingkat kedua. Kedua adalah perumusan hipotesis. Dari serangkaian data yang didapatkan di observasi, baru bisa memberikan asumsi mengenai jalan keluar permasalahan yang telah ditemukan. Ketiga adalah melakukan peramalan, kegiatan peramalan adalah meninjau hipotesis dalam kerangka untuk menguji kembali bila dihadapkan dengan masalah-masalah lain yang sejenis. Apakah ada kesalahan mengenai perumusan hipotesis tersebut. Kemudian terakhir adalah menyimpulkan pengetahuan yang di dapatkan dari penyelidikan yang mendalam serta melalui serangkaian pengujian hipotesis bersama rekan sebaya atau orang yang ahli dalam bidang tersebut.

Dua paragraf di atas sering kita dengar ketika sudah memasuki semester akhir di universitas pada mata kuliah metodologi penelitian. kedua paragraf di atas dapat diringkas sesuai dengan keadaan peserta didik di sekolah dasar yang akan penulis sampaikan pada bagian kedua tulisan ini. Lantas mengapa di sekolah dasar harus dilakukan pembelajaran filsafat hal ini di dasari pada perenungan penulis ketika mengajar di Sekolah Dasar rasa ingin tahu peserta didik itu tinggi sekali. Rasa ingin tahu merupakan sikap ilmiah yang diperlukan untuk memperoleh pengetahuan yang sebenar-benarnya serta menumbuhkembangkan sifat kreatif bagi peserta didik.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

PENERAPAN APLIKASI KEGIATAN FILSAFAT DI SEKOLAH

Pertama brainstroming. Kegiatan ini dilakukan di sekolah dimulai dengan proses pencarian masalah. peserta didik melakukan brainstroming dengan guru mengenai apa yang ingin diketahui hari ini. Guru sebagai fasilitator bisa membuka pertanyaan kepada peserta didik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pertiwa yang dekat dengan diri peserta didik.  

Kedua adalah pengelompokan. Pengelompokan dilakukan ketika peristiwa atau objek yang ingin diketahui sama atau diketahui misalnya, salah satu peserta didik ingin mengetahui mengenai mengapa ada hujan es, kemudian peserta didik lainnya ingin mengetahui mengenai bentuk awan yang tidak beraturan. Kedua peserta didik ini bisa di kelompokan untuk bekerja sama dan berkolaborasi atau berbagi mengenai fakta-fakta yang diketahui ketika kegiatan observasi.

Ketiga penyimpulan. kegiatan ini dilakukan ketika peserta didik sudah mengantongi data dan fakta yang akan bermuara pada penarikan kesimpulan. Guru sebagai fasilitator tugasnya adalah mempertanyakan kesimpulan tersebut dengan fakta dan data pembanding agar peserta didik menjadi ragu kemudian proses pencarian lebih mendalam.

Keempat adalah presentasi pengajuan hipotesis. Ketika pencarian sudah mendalam, serta data dan fakta sudah dikantongi peserta didik mulai dengan melatih kemampuan bicara dari kesimpulan yang dia dapatkan. teman-temannya juga bisa bertanya mengenai hal tersebut.

Kelima adalah Eureka. Ketika sudah selesai presentasi dan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan sudah terjawab guru bisa mengajak peserta didik berteriak Eureka. Eureka adalah teriakan yang dilakukan oleh Archimedes ketika menemukan hukum fisika prinsip Archimedes. Eureka berarti aku menemukannya.

Dengan melakukan ini pengetahuan yang didapat oleh peserta didik lebih komprehensif. Rencana tindak lanjutnya adalah memperluas objek pengamatannya. Misalnya dari pertanyaan pertama yang diajukan mengenai mengapa bentuk awan tidak beraturan, berkembang menjadi mempertanyakan tentang fenomena pelangi atau bisa lebih ekstrim lagi, mengapa awan tidak dapat dipadatkan?

Rangkaian kegiatan ini adalah cara berfilsafat pada pendidikan dasar, menurut Jujun S kegiatan berfilsafat bukan hanya dari jawaban yang diberikan, namun juga dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Oleh karena itu sebagai fasilitator, guru pada bagian brainstroming mengajak peserta didik mengajukan pertanyaan yang tidak umum, atau melampaui imajinasinya. filsafat itu bertemali dengan ilmu, kegiatan olah pikir, pembuktian serta pengujian hipotesis harus juga dilakukan, agar kegiatan berfilsafat tidak menguji hal-hal yang utopis.

 

Kelemahan Pembelajaran Filsafat di Sekolah

Kelemahan yang pertama adalah sumber bacaan berkualitas di sekolah masih minim, sehingga daya jelajah pencarian data fakta akan terkendala dengan sumber. Langkah lanjutannya adalah memfasilitasi sarana ekosistem digital dengan adanya wifi dan perangkat digital seperti PC/ Tablet yang dapat dipakai bergantian oleh peserta didik.

Kelemahan kedua adalah pengajar filsafat. Pengajar mata pelajaran filsafat secara profesional harus dilakukan oleh sarjana yang menempuh ilmu filsafat. walaupun guru mengenyam pendidikan mendapatkan mata kuliah mengenai filsafat sebagai pondasi keilmuan, nyatanya akan kebingungan saat peserta didik mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan kritis, serta pengintegrasian antara kegiatan berfilsafat dengan pencarian jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dengan memakai metodologi yang rigid.

Ketiga adalah pertanyaan-pertanyaan yang tidak bisa dibuktikan melalui panca indera harus dihindarkan, karena mencegah pertanyaan-pertanyaan yang bertentangan dengan kepercayaan atau sesuai dengan kaidah norma religiusitas. Peserta didik pada usia Sekolah Dasar menurut Piaget berada dalam tahap operasional konkret (7-11 tahun) sehingga logika hanya bisa dikaitkan pada objek fisik, pada tahap ini peserta didik belum bisa diajak berpikir secara abstrak.

Keempat adalah Filsafat bukan mata pelajaran yang berdiri sendiri, sehingga filsafat berkoridor kepada mata pelajaran yang sedang disampaikan, sehingga membatasi pertanyaan-pertanyaan yang di luar dari mata pelajaran yang disampaikan. Untuk kemudian hari sepertinya filsafat harus menjadi bagian mata pelajaran yang berdiri sendiri baik di sekolah dasar, menengah maupun atas.

 

Ilmu filsafat bisa menjadi senjata mengatasi sumber informasi yang deras yang banyak diragukan kredibilitas dan kevalidan informasinya karena salah satu fungsi filsafat yang terpenting adalah mempertahankan pemikiran yang benar terhadap fantasi dan omong kosong.

Ikuti tulisan menarik Reszky Fajarmahendra Riadi lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler