x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Senin, 11 April 2022 16:29 WIB

Pentingnya Meluaskan Wawasan

Mestinya Anda sering mendengar frasa kurang piknik untuk melukiskan pikiran orang yang sempit. Apa salahnya kurang piknik? Bagaimana caranya agar tidak kurang piknik?Silahkan baca terus artikel ini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku

 

Kenapa harus meluaskan wawasan?  Apa salahnya berwawasan sempit? Wawasan harus luas karena ini adalah dasar kita mengambil keputusan.  Semangkin luas wawasan kita akan semangkin banyak fakta dan teori yang menjadi dasar pengambilan keputusan.  Sebaliknya semangkin sempit wawasan kita maka semangkin miskin juga fakta dan teori yang dipakai untuk mengambil keputusan.  Tidak susah menebak apa yang akan terjadi ketika keputusan diambil berdasarkan wawasan yang sempit. Pasti kualitas keputusan itu rendah.  Akibat berikutnya jika keputusan itu dilaksanakan maka akan mendapatkan hasil yang buruk. Apalagi jika orang yang melaksanakan keputusan itu juga memprihatinkan kemampuannya.   Hanya mudarat saja yang dihasilkan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

 

Oleh karena itu setiap pengambil keputusan harus meluaskan wawasannya.  Sebenarnya semua orang adalah pengambil keputusan.  Baik orang yang bermodal kekuatan raga sampai pekerja otak harus mengambil keputusan setiap hari.  Mungkin keputusan yang berhubungan langsung dengan kehidupan mereka seperti soal makan, pakaian dan tempat tinggal. Baju apa yang akan dipakai. Makan apa hari ini dsb.

 

Masalahnya orang yang bukan pekerja otak juga harus mengambil keputusan soal politik, yaitu memilih caleg dan cakada.  Sejatinya mereka harus memutar otak untuk menemukan calon terbaik.  Namun ini mustahil. Jadi apa yang dilakukan hanya berdasar ikatan primordial atau tekanan kelompok. Akhirnya mereka ikut saja pilihan kelompoknya. Fenomena ini bisa dimaklumi karena kaum dhuafa hampir mustahil melakukan olah pikir untuk mengambil keputusan politik.

 

Satu hal yang sulit dipahami adalah ketika kaum pekerja otak melakukan hal yang sama atau paling tidak mirip.    Mereka yang seharusnya mampu melakukan pengambilan keputuan dengan berdasarkan nalar justru melakukannya hanya dengan dasar emosi atau kebencian.  Ambil contoh kaum terpelajar ketika memilih caleg atau cakada hanya karena ikatan primordial.  Hanya emosi saja dasar mereka melakukan pemilihan.  Hal ini masih banyak terjadi di Indonesia.  Kemudian pertengkaran di medsos yang tidak kunjung henti.  Itu juga hanya berdasar emosi dan semangkin mengobarkan emosi.

 

Oleh karena itu kita sangat membutuhkan sebuah tindakan untuk meluaskan wawasan kedua belah pihak.  Bagaimana caranya?  Mestinya ada dialog berkualitas secara kontinyu.  Dialog berkualitas artinya kedua pihak saling terbuka terhadap argumen pihak lain. Bukan hanya saling serang. Dialog berkualitas adalah saling tukar pikiran. Awalnya harus didasari semangat belajar, bukan pemihakan.  Selain itu perlu ada pembelajaran yang kontinyu juga.

 

Kedua tindakan ini memang terasa sangat idealis.  Masih sangat sulit melakukannya dalam waktu dekat.  Lalu apa tindakan yang bisa dilakukan? Paling tidak kita semua mesti meluaskan wawasan dengan banyak membaca.  Tidak hanya membaca berita tapi juga buku.  Bukan hanya membaca hp, apalagi wag, tapi juga membaca buku yang berbobot. Jangan kuatir, sebenarnya buku berbobot belum tentu buku yang bikin pusing.  Kemudian melakukan diskusi rasional dalam kelompok kecil. Bisa saja secara daring atau luring.

 

Dalam obrolan sehari hari sering terdengar frasa kurang piknik untuk melukiskan sempitnya wawasan.  Saya yakin ada benarnya.  Orang yang hanya mengetahui satu budaya saja, atau satu perspektif saja,   lagipula pola pikirnya tertutup tepat sekali digambarkan seperti itu. Mereka ini perlu melakukan perjalanan baik secara budaya, pemikiran dan secara fisik. Mereka perlu melakukan perjalanan ke wilayah atau negara yang belum pernah dikunjunginya.

 

Mulailah berwisata. Kunjungi kawasan berbudaya lain.  Jangan hanya menikmati pemandangan, selfie dan belanja.  Sebaiknya mereka pelajari juga budayanya.  Terbukalah.  Cobalah pahami. Coba melihat dari sudut pandang mereka.  Kalau kantong sudah lebih tebal cobalah berwisata ke manca negara.  Jika ini dilakukan dengan baik insya Allah wawasan Anda akan semangkin luas.  Maka Anda akan menjadi pengambil keputusan yang lebih baik insya Allah.

 

Dengan wawasan yang luas Anda akan mampu melihat persoalan dari berbagai perpektif. Anda akan melihat ‘the big picture’ alias gambar keseluruhan.  Anda akan melihat hutan, bukan hanya sebuah pohon.  Dengan kata lain Anda akan melihat film, bukan hanya melihat sebuah foto.  Anda akan memahami akar masalahnya dan tali temalinya dengan berbagai aspek.  Misalnya aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, agama dsb.

 

Setelah wawasan Anda luas maka Anda sebenarnya memiliki kewajibn untuk menularkan wawasan ke keluarga Anda, kelompok Anda, tetangga Anda.  Itu yang minimal.  Akan lebih baik lagi jika Anda mampu menularkannya kepada komunitas yang lebih luas lagi.  Bagaimana caranya?  Cara terbaik yang diakui para winasis adalah dengan menulis.  Paparkan ilmu dan wawasan Anda dalam artikel dan buku.  Menulislah tentang apa saja yang bermanfaat untuk meluaskan wawasan masyarakat. Semoga masyarakat kita makin maju ilmu pengetahuannya sehingga menjadi pengambil keputusan yang baik.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler