x

Berbicara sastra dan pendidikan karakter merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan.

Iklan

HAYATI BADRUNNISA 2021

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 21 April 2022

Jumat, 22 April 2022 07:01 WIB

Sastra: antara Fiksi dan Mimesis, Tiruan atau Khayalan?

Artikel ini membahas tentang teori sastra menganai antara fiksi dan mimesis, tiruan atau khayalan?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sastra: Antara Fiksi dan Mimesis, Tiruan atau Khayalan?

Dalam dunia kesustraan banyak dikenali dengan karya-karya yang terdapat didalamnya. Salah satunya mengenal prosa yang tidak hanya mencakup karya tulis saja, tetapi pengartiannya sangat luas. Dikalangan umum lebih dikenal dengan buku fiksi maupun non-fiksi.

Sebagian orang beranggapan bahwa karya buku fiksi menonjol dengan tiruan atau khayalan, seorang penulis juga bisa disebut dengan mimesis yang ditulis oleh imajinasi pengarang tersebut. Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mimesis tersendiri ialah tiruan perilaku atau peristiwa antar manusia. Apakah karya buku fiksi atau mimesis yang dibuat oleh pengarang adalah sebuah tiruan atau khayalan?

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Fiksi sangat bertentangan dengan realistis yaitu suatu cerita yang benar-benar terjadi, dan berbeda dengan non-fiksi yang karya-nya harus merupakan faktual yaitu dibuktikan dengan keasliannya. Dengan demikian, fiksi adalah karya yang bersifat tiruan maupun khayalan, dan tidak sungguh-sunguh maupun tidak ada. Jadi tidak perlu mencari kebenaran dalam suatu cerita tersebut di dunia nyata. Tiruan dalam kamus besar bahasa Inodnesia (KBBI) ialah perbuatan meniru, disebut juga dengan kepalsuan ataupun buatan. Artinya tiruan merupakan perbuatan yang menyamakan sesuatu hal yang pernah terjadi atau dibuat ulang kembali. Jika digabungkan dengan karya buku cerita fiksi disebut menirukan suatu cerita yang telah terjadi, cerita tersebut dipalsukan dan hanya buatan dari pengarang dalam mimesis yang tidak pernah terjadi pada dunia nyata dan sebuah imajinasi. Fiksi ialah sebuah cerita karya sastra tiruan dan khayalan dari pengarang.

Fiksi biasanya sering sekali merujuk pada prosa penulisan naratif, yang dimaksud penulisan tersebut ialah karya tulis novel dan cerpen. Namun, terkadang fiksi itu sendiri sering dianggap persis dengan novel. Novel sebagai karya sastra fiksi sering sekali menawarkan berbagai imajinatif tentang keadaan yang terealisasi pada kehidupan saat ini, yang dibuat dalam beberapa unsur intrinsiknya, contohnya: keadaan, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain. Dalam karya fiksi jika dilihat dari kebenarannya tidak harus sama dengan dunia nyata.

Hal ini dikarenakan, dunia nyata dengan dunia fiksi itu masing-masing mempunyai porsi yang berbeda pada sistem hukumnya. Jenis fiksi biasanya mencakup fiksi historis (historical fiction), fiksi biografis (biographical fiction), dan fiksi sains (science fiction), dan ketiga tersebut biasanya disebut dengan fiksi nonfikso (nonfiction fiction).

Sebuah karya novel historis biasanya terikat pada fakta-fakta yang disaring dari beberapa sumber, biasanya mempunyai ruang gerak untuk fiksionalis. Contohnya: membicarakan tentang sebuah pikiran dan perasaan tokohnya lewat percakapan. Kebenaran fiksi dijelaskan dengan perbedaan antara kebenaran dunia fiksi dan dunia nyata. Dalam dunia fiksi harus sama dengan keyakinan dari pengarang, diyakini kebahasaanya yang terjadi dalam permasalahan dikehidupan. Kebenaran fiksi tidak selamanya sejalan dengan kenyataan yang terjadi sesungguhnya di dunia nyata, contohnya: dilihat dari segi hukum, moral, agama, logika, maupun sebagainya.

Sastra juga diartikan sebagai paduan unsur mimetik dan kreasi, yaitu tiruan atau ciptaan. Dalam teori mimetik beranggapan bahwa karya fiksi merupakan tiruan cerminan mengenai realitas kehidupan. Sedangkan dalam teori kreativitas merupakan hasil pikiran dari pengarang. Jadi, unsur kreativitas itulah fiksi hadir dengan eksistensi penuh yang ditunjukkan dalam sosok dirinya untuk memberikan unsur kebaharuan dengan sifat kompleksitasnya, dalam dunia kesustraan juga mempunyai keunikan yang berbeda-beda.

Jadi, pembahasan ini berkaitan dengan dunia kesustraan yang mengenai adanya sebuah tiruan atau khayalan dari sebuah karya sastra, salah satunya prosa yang dikembangkan oleh seorang penulis melalui mimesis dalam imajinasi yang terdapat dalam pola pikir.

Fiksi dan mimesis, tiruan atau khayalan?

Dunia kesustraan dikenal sebagai teori dan kritik karena adanya gabungan dari semesta dengan dunia nyata. Mimesis berasal dari pelopor filosof di dunia, yaitu Plato. Plato beranggapan bahwa sastra, seni, hanya merupakan peniruan, peneladanan, atau pencerminan dari kenyataan, maka seni berada dibawah kenyataan itu sendiri (Luxemburg dkk, 1992:16-17). Teori mimesis beranggapan bahwa fiksi ialah hanya tiruan dan khayalan terhadap kehidupan nyata.

Mengemukakan bahwa realitas dalam karya fiksi merupakan ilusi kenyataan dan kesan yang meyakinkan yang ditampilkan (Wellek & Warren, 1989:278-279). Membuat pembaca masuk dalam ilustrasi yaitu dengan membuat kebenaran yang terjadi di kehidupan sehari-hari. Jadi, pembaca langsung terpikat dengan alur fiksi tersebut. Dalam fiksi tidak semua bisa disebut dengan rekaan, tetapi fiksi disebut juga dengan prosa naratif atau teks naratif.

Karya fiksi justru menghibur bagi para pembaca karena adanya alur yang mengikuti realitas kehidupan, bahkan pembaca tersebut masuk dalam cerita yang dibuat oleh pengarang hingga merasakan sensasi berubah-ubah dalam membaca. Pengarang membuat karya fiksi seolah hidup dalam bayangan pembaca walaupun hanya tiruan dan khayalan yang dibuat dalam imajinasi, tidak disangka bahwa yang sekedar mimesis dalam karya fiksi juga bisa menambahkan wawasan untuk pembaca dan sampai termotivasi.

Hal tersebut menandakan bahwa tidak semua karya fiksi berkaitan dengan tiruan atau khayalan imajinasi saja, justru sering kali pengarang mencantumkan wawasan yang dikaitkan dengan mimesis dalam cerita. Banyak yang beranggapan cerita fiksi ialah bayang-bayang yang dibuat pengarang, terutama dalam karya non-fiksi. Padahal banyak karya non-fiksi yang berkaitan pengetahuan untuk menambah wawasan seorang pembaca.

Fiksi dan mimesis termasuk sesuatu yang diartikan rekaan imajinasi pengarang. Tiruan atau khayalan ialah sesuatu imajinasi cerita yang dibuat oleh pengarang dan dibuat sehidup mungkin alur ceritanya hingga membuat pembaca menjadi merasakan realitas didalam cerita.

Artinya pengarang tidak hanya membuat sekedar cerita biasa, tetapi pengarang harus bisa menghidupkan karya fiksi mimesis tersebut dan bukan sekedar tiruan atau khayalan yang hanya dibuat-buat. Jadi, pengarang menyatukan tiruan dan khayalan untuk bisa menjadi sebuah cerita yang terjadi dalam kehidupan nyata, agar pembaca juga bisa langsung menangkap dan masuk dalam cerita karya fiksi yang dibuat.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik HAYATI BADRUNNISA 2021 lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler