Analisis Unsur-unsur Pembangun dalam Cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga Karya Kuntowijoyo

Kamis, 2 Juni 2022 06:44 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Cerita pendek (disingkat menjadi cerpen) adalah cerita yang pendek.Tetapi dengan hanya melihat fiksinya yang pendek saja, orang belum dapat menetapkan sebuah cerita yang pendek adalah sebuah cerpen. Cerita pendek juga memiliki ciri yang mendasar, yakni bersifat rekaan fiction. Cerpen bukan merupakan kejadian yang terjadi tidak dalam konteks sebenarnya, hanya rekaan atau imajinasi semata dari pengarangnya. Namun, cerpen juga muncul berdasarkan pengalaman atau pemikiran pengarang yang diperoleh dari kehidupan nyata. Dan hal tersebut yang banyak membuat orang cenderung membaca karangan naratif yang fiksi ini, karena mereka menganggap detail-detail dalam cerpen memang nyata terjadi dalam kehidupan, sehingga banyak orang yang mudah terhanyut menghayati ke dalam cerita cerpen tersebut. Maka dari itu ketertarikan terhadap cerpen inilah yang akhirnya membuat penulis menjatuhkan pilihan untuk menganalisis dan mengulasnya ke dalam sebuah artikel dengan judul “Analisis unsur-unsur pembangun cerpen Dilarang Mencintai Bunga-Bunga karya Kuntowijoyo”.

DILARANG MENCINTAI BUNGA-BUNGA

Unsur Pembangun Cerpen

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Keutuhan atau kelengkapan sebuah cerpen dapat dilihat dari segi-segi unsur yang membentuknya. Adapun unsur-unsur itu adalah peristiwa cerita (alur/plot), tokoh cerita (karakter), tema cerita, suasana cerita, (mood/atmosfer cerita), latar cerita(setting), dan sudut pandang cerita. Dan berdasarkan tuntutan ekonomis serta efek satu kesan pada pembacanya, maka biasanya penulis cerpen hanya mementingkan salah satu unsurnya saja dalam cerpennya, misalnya cerpen yang mementingkan unsur alur atau karakter saja. Dalam hal ini, bukan berarti meniadakan unsur-unsur lain. Sebuah cerpen harus lengkap dan utuh, yang kemudian pengarang dapat memusatkan fokus pada satu unsurnya saja yang mendominasi cerpennya.

 

Unsur-unsur pembangun dalam cerpen dilarang mencintai bunga-bunga karya kuntowijoyo sebagai berikut : 

 

1. Tema

Tema adalah sebuah ide cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya, bukan hanya sekedàr hendak bercerita, tapi hendak mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Sesuatu yang hendak dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya, tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. 

Dalam cerpen yang berhasil, tema justru tersirat dalam seluruh elemen. Pengarang mempergunakan dialog-dialog tokoh-tokohnya, jalan pikirannya, perasaannya, kejadian-kejadian, setting cerita, untuk mempertegas atau menyarankan isi temanya. Seluruh unsur cerita menjadi mempunyai satu arti saja, satu tujuan. Dan yang mempersatukan segalanya itu adalah tema. 

Dalam cerpen dilarang mencintai bunga-bunga karangan kuntowijoyo, tema yang ingin disajikan pandangan penulis terhadap filosofi kehidupan. Hal itu tampak dalam kutipan cerpen menjelang akhir, yakni "dimalam hari aku pergi tidur dengan kenangan-kenangan dikepala. Kakek ketenangan di kebun, ayah kerja di bengkel, ibu mengaji di masjid. Terasa aku harus memutuskan sesuatu. Sampai jauh malam baru akan tidur. Sehingga tampak penulis hendak menyampaikan pandanga filosofis dalam suatu kehidupan.

 

2. Alur/plot 

Merupakan jalan cerita yang menjadi roh dalam berdirinya suatu cerpen, karena kehadirannya begitu tersirat dan memberikan dinamika tersendiri kepada berdirinya cerpen. Dan didalam alur tersebut diklasifikasikan untuk menjadi suatu cerita yang berwarna, dengan pertahapan alur klasik sebagai berikut : 

  1. Pengenalan 
  2. Timbulnya konflik
  3. Konflik memuncak
  4. Inti klimaks
  5. Peleraian atau penyelesaian

Dalam cerita pendek dilarang mencintai bunga-bunga, tahap alur pengenalan ketika tokoh buyung mulai diusik perasaan yang begitu penasaran kepada rumah yang berada tepat disamping rumahnya yang didiami kakek tua seorang diri. Kutipan pada cerpen sebagai berikut : kabarnya yang tinggal di rumah tua berpagar tembok tinggi ialah seorang kakek yang hidup sendiri. Rumah itu terletak disamping rumahku. Pagar tembok tinggi menutup rumah dari pandangan luar. Hanya ada satu pintu masuk dari muka, ditutup dengan pintu anyaman bambu yang rapat. " Ku belum pernah melihat kakek itu..."

Kemudian pada tahap berikutnya tertera pada kutipan "aku terkejut". Seorang laki-laki tua dengan rambut putih dan piyama. Ia tersenyum padaku. Kemudian masih dalam tahap yang sama dilanjutkan dengan kutipan jangan sedih, cucu. Hidup adalah permainan layang-layang. Setiap orang suka hidup. Tidak seorang pun lebih suka mati. Layang-layang bisa putus. Engkau bisa sedih. Engkau bisa sengsara. Tetapi engkaj akan terus memainkan layang-layang. Tetapi engkau akan terus mengharap hidup. Katakanlah hidup itu permainan. Tersenyumlah, cucu. Begitulah yang menjadikan timbulnya konflik dikarenakan dengan ucapan kakek tersebut sembari memberi seikat bunga kepada buyung.

Selanjutnya tahap puncak konflik atau klimaks dalam cerita tersurat. "untuk apa bunga ini hehh?". Ku tidak tahu apa aku telah mencintai bunga-bnga ditanganku ini. Ayah meraih dan merenggutnya dari tanganku. Kemudian dilanjutkan pada kutipan "anak laki-laki tidak perlu bunga buyung. Kalau perempuan, bolehlah. Tetapi engkau laki-laki. Ayah melemparkan bunga itu. Aku menjerit. Ayah pergi. Ibu masih berdiri. Ku membungkuk mengambil bunga itu membawanya ke kamar. Tampak sekali perasaan berkecamuk yang tengah dihadapi buyung sebagai tokoh protagonis. 

Tahap alur berikutnya adalah anti klimaks pada cerlen tersurat pada kutipan berikut "ayo buang jauh-jauh bunga-bunga itu, heh. Aku membungkuk memungnguti bunga-bunga itu. Dari mataku keluar air mata. Ku ingin menangis, bukan ku takut ayah. Tetapi bunga-bunga itu, ku harus membuangnya jauh-jauh dari tanganku, bunga-bunga itu penuh ditanganku. "mana". Ku mengulurkan padanya. Diremasnya bunga-bunga itu. Jantungku tersirap. Menahan untuk tenang. Pada tahap tersebut menggambarkan perasaan buyung yang tak terhingga hancurnya.Namun, pada tahap ini menjadi turunan setelah klimaks. 

Tahap final yaitu pada tahap peleraian atau penyelesaian yang terdapat pada kutipan berikut " engkau mesti bekerja, sungai perlu jembatan. Tanur untuk besi perlu didirikan. Terowongan mesti digali dan dibangun. Gedung didirikan. Sungai dialirkan. Tanah tandus mesti disuburkan, mesti. Buyung lihat tanganmu. Kutipan tersebut seakan membuat buying terbangun dari tidurnya atau menjadi tersadar karena hal yang telah dilakukannya selama ini sia-sia. 

 

3. Tokoh dan penokohan 

Tokoh yang terdapat pada cerpen dilarang mencintai bunga-bunga dimaksudkan untuk menyampaikan ide cerita yang hendak disampaikan penulis, yakni Buyung, Ayah, Ibu dan Kakek. 

a.) Buyung pada cerpen tersebut diceritakan sebagai anak yang haus pengetahuan serta penuh dihinggapi rasa penasaran, yang menggambarkan watak penokohan pada cerpen tersebut, yaitu aku belum pernah melihat kakek itu. Setelah kucoba naik ke pagar tembok, melalui pohon kates di pekaranganku, terbentanglah sebuah pemandangan, sebuah rumah tua, bersih, seperti baru saja di sapu. Dan alangkah banyak bunga-bunga ditanam. 

b.) Ayah diceritakan sebagai presentatif tokoh laki-laki yang kasar, serta keras kemauannya. Namun, ia juga penyayang yang tampak pada kutipan " ayah menampar pipiku keras, mengguncang tubuhku. Ku lihat wajah hitam bergemuk itu  memanarkan kesegaran. Ku menyaksikan seorang laki-laki perkasa. Menciumi aku. Ia adalah ayahku. 

c.) Kakek diceritakan pada tokoh baik hati, ramah, penyayang anak dilukiskan pada tokoj buyung serta pada dialog kakek yaitu "...ia berdiri dibawah dekat tempatku diatasku, tersenyum. Ia seorang yang ramah, baik hati, dan penyayang anak. 

d.) Ibu pada cerpen tersebut digambarkan sosok baik serta penyatang, tentu saja kau boleh saha memelihara bunga. Bagus sekali bungamu itu, itu berwarna violet. Bunga ini anggrek namanya. Kuvsuka bunga, ku ambil vas, engkau boleh mengisinya dengan air.

 

4. Latar cerita

Latar cerita atau disebut juga setting. Dalam fiksi bukan hanya sekedar background, artinya hanya bukan menunjukan tempat kejadian dan kapan terjadinya. Sebuah cerpen atau novel memang harus terjadi disuatu tempat dan dalam suatu waktu. Harus ada tempat dan ruang kejadian. Melalui latar tempat, waktu dan suasana 

a.) Latar Tempat 

Pada kejadian, pada kutipan "... setelah kucoba naik ke pagar tembok, melalui pohon kates di perkaranganku, terbentanglah sebuah pemandangan sebuah rumah. Sehingga bisa disimpulkan kejadian berlangsung berada di jawa. 

b.) Latar Waktu 

Terdapat pada kejadian "... tidak pernah seharian penuh aku di rumah, ibuku menyuruh aku pergi sekolah pagi, dan sore hari harus mengaji. Hal tersebut menampakkan kejadian waktu yang dialami tokoh utama. 

c.) Latar Suasana

Terdapat pada kutipan "... ayah melemparkan bunga itu. Aku menjerit. Ayah pergi. Ibu masih berdiri. Aku membungkuk,  mengambil bunga itu membawanya ke kamar. Tampak sekali perasaan berkecamuk yang tengah dihadapi buyung. 

 

5. Sudut pandang (poin of view)

Pada dasarnya ialah sisi pengarang, artinya sudut pandang yang diambil pengarang untuk melihat suatu kejadian cerita. Pada cerpen dilarang mencintai bunga-bunga ditampilkan sudut pandang orang pertama pelaku utama dengan cuplikan "aku". Terbukti pada kutipan "aku ditinggalkannya, berdiri dekat pagar itu. Ketakutan mendesak-desak. Kulari pontang-panting ke rumah. 

 

6. Amanat

Merupakan pesan tersirat yang baik, hendak dititipkan penulis melalui kutipan dialog atau ide cerita dari penuturan tokoh. Pada cerpen dilarang mencintai bunga-bunga adalah semua orang mempunyai persepsi tersendiri mengenai kehidupan, sehingga harus bertanggung jawab pada kehidupan kita. Dan kehidupan dunia mesti diselaraskan dengan bekal kehidupan untuk akhirat. 

 

Daftar Pustaka 

Kuntowijoyo, Dilarang Mencintai bunga-bunga (kumpulan cerpen), Jakarta : Pustaka Firdaus, 1992. 

 

Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra, Jakarta : Grasindo.

 

Sumardjo, Jacob dan Saini K.M. 1991. Apresiasi Kesusastraan, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. 

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler