Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku
What hurts you bessess you. Darkness is your candle. “Apa yang melukaimu memberkatimu. Kegelapan adalah lilinmu”. Itulah kalimat mutiara dari Maulana Jalaludin Rumi sang sufi kondang dari Konya, Turki. Sepintas kalimatnya terasa paradoksal, tapi tentu ada kedalaman arti. Barangkali Anda sudah memiliki dugaan atau tafsir terhadap kalimat itu. Mari kita bahas.
Untuk memahaminya mari kita simak beberapa ayat Al Qur’an dan juga hadist.
”Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu keletihan dan penyakit (yang terus menimpa), kehawatiran dan kesedihan, dan tidak juga gangguan dan kesusahan bahkan duri yang melukainya melainkan Allah akan menghapus kesalahan-kesalahannya. (HR. Bukhari no. 5641)
“Tidaklah seorang Muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari 5660 dan Muslim: 2571).
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya.” (HR Muslim: 2573).
”Sesungguhnya Allah benar-benar akan menguji hamba-Nya dengan penyakit, sehingga dia menghapuskan setiap dosa darinya”. (HR al-Hakim I/348).
“Tidaklah seorang Muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, melainkan ditetapkan baginya dengan sebab itu satu derajat dan dihapuskan pula satu kesalahan darinya.”
(HR Muslim: 2572)
“Mintalah pertolongan Allah dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya,”
(QS. Al-Baqarah: 45-46).
Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(QS. An Nasyr: 5)
Ayat ini pun diulang setelah itu,
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”_
(QS. An Nasyr: 6)
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3)
“Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan.” (QS. Ath Tholaq: 7)
Jadi luka fisik seperti tertusuk duri, atau sakit ada hikmahnya. Demikian juga kesulitan, kesempitan, ada hikmahnya. Maka manusia harus sabar dan rido dengan semua keputusan Allah. Manusia harus mampu menata hati agar lapang dada. Hanya dengan sabar, ikhlas dan rido kita bisa memahami keputusan Allah dan mencari hikmah dari segala kejadian. Sabar, ikhlas dan rido ini adalah kunci.
Itulah sebabnya Rumi mengatakan dengan metafora yang indah bahwa apa yang melukaimu memberkatimu. Dan juga ‘kegelapan’ adalah lilin. Ini adalah metafora. ‘Kegelapan’ yang dia maksud bukan kegelapan hati dan pikir tapi masa sulit. Lilin adalah metafora dari pencerahan. Jadi ketika sedang dalam ‘kegelapan’ carilah hikmahnya. Maka kita akan mendapatkan ‘lilin’ alias pencerahan. Setelah sabar dan rido itu manusia akan mendapatkan ampunan dosanya. Selain itu akan ada kelapangan. Jadi mari kita menata hati agar sabar dan rido.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.