x

Iklan

Rifki Yoga Novansyah

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 17 Juni 2022

Jumat, 17 Juni 2022 19:44 WIB

Dasaran Kesusasteraan Indonesia

Apa yang dapat kita pahami mengenai sastra? Masih banyak yang menyebutkan bahwa sastra hanyalah sebuah karya tulis yang diindahkan. Namun, sastra tidak sesimpel hal tersebut. karya sastra merupakan sebuah karya tulisan yang halus (Belle Letters) yang mencatatkan bentuk harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjang tipiskan, diter-balikkan, dan dijadikan ganjil.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

06/17/2022

Apa yang dapat kita pahami mengenai sastra? Masih banyak yang menyebutkan bahwa sastra hanyalah sebuah karya tulis yang diindahkan. Namun, sastra tidak sesimpel hal tersebut.

Untuk itu, alangkah baiknya kita paham betul mengenai hakikat sastra.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Hakikat Sastra dan Kesusastraan

Panuti Sudjiman menerangkan karya sastra merupakan karya lisan atau tulisan yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinalan, keartistikan, keindahan dalam isi, dan ungkapannya. Sedangkan, Terry Eagleton menjelaskan bahwa karya sastra merupakan sebuah karya tulisan yang halus (Belle Letters) yang mencatatkan bentuk harian dalam berbagai cara dengan bahasa yang dipadatkan, didalamkan, dibelitkan, dipanjang tipiskan, diter-balikkan, dan dijadikan ganjil.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hakikat sastra merupakan sebuah karya lisan maupun tulisan yang menitikberatkan terhadap komponen penunjang lain seperti keorisinalan, keindahan, dan keartistikan yang di dalamnya terjadi proses-proses peleburan, pemadatan, dan pengindahan.

Nah, karena kita sudah mengetahui tentang hakikat dari sebuah karya sastra. Maka, sekarang kita akan mengenal tentang arti atau definisi dari kata “kesusastraan”.

Dalam bahasa Indonesia dikenal istilah “kesusastraan”. Kata tersebut merupakan hasil penggabungan morfem terikat berupa konfiks /ke-/ dan /-an/ dan satu morfem bebas berupa “susastra”.  kata sastra diturunkan dari bahasa Sansekerta. Kata sastra berasal dari akar kata sas yang dalam kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk, atau instruksi”, sedangkan akhiran tra menunjukkan “alat atau sarana” (Teeuw, 1988:23). Dengan demikian, Susastra dapat diartikan sebagai alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran yang baik dan indah.

Konfiks /ke-/ /-an/ dalam bahasa Indonesia ditujukan pada "suatu kumpulan" atau "hal yang berhubungan dengan”. Secara etimologi istilah kesusastraan dapat diartikan sebagai kumpulan atau hal yang berhubungan dengan alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi atau pengajaran, yang baik dan indah Bagian "baik dan indah" dalam pengertian kesusastraan menunjuk pada isi yang disampaikan (hal-hal yang baik, menyarankan pada hal yang baik) maupun menunjuk pada alat untuk menyampaikan, yaitu bahasa (sesuatu disampaikan dengan bahasa yang indah).

Hal tersebut dapat mempermudah kita dalam melakukan pendefinisian terhadap arti dari Kesusastraan Indonesia. Kesusastraan Indonesia adalah sekumpulan alat untuk mengajar, buku petunjuk, buku instruksi, atau pengajaran yang baik dan indah yang beredar di Indonesia. Kesusastraan ini sendiri berkembang mengikuti perkembangan zaman, dari mulai masuk ke Indonesia hingga berkembang luas menjadi Sastra Indonesia itu sendiri

Banyak batasan mengenai definisi sastra, antara lain:

  1. Sastra adalah seni;
  2. Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam,
  3. Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud dengan pikiran adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia,
  4. Sastra adalah inspirasi kehidupan yang dimaterikan (diwujudkan) dalam sebuah bentuk keindahan,
  5. Sastra adalah semua buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam. dan kekuatan moral dengan sentuhan kesucian kebebasan pandangan dan bentuk yang memesona

Banyak sekali pendapat para ahli mengenai arti dari sebuah sastra dan kesusastraan. Namun, intinya adalah sama saja antara pendapat yang satu dengan yang lain. Karena hal tersebut Kesusastraan atau sastra memerlukan suatu studi. Studi ini mempelajari berbagai macam pertanyaan-pertanyaan yang mungkin diajukan oleh orang awam

Studi Sastra/Studi Kesusastraan

Studi sastra meliputi tiga hal, yaitu teori sastra, sejarah sastra, dan kritik sastra (Wellek & Warren, 1963:38). Teori sastra bekerja dalam bidang teori yang mengakumulasi konvensi karya-karya sastra, misalnya penyelidikan hal yang berhubungan dengan apakah sastra itu, apakah hakikat sastra, dasar-dasar sastra, membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan teori-teori dalam bidang sastra, bermacam-macam gaya, teori komposisi sastra, jenis-jenis sastra (genre), teori penilaian, dan sebagainya. Kritik sastra adalah ilmu sastra yang berusaha menyelidiki karya sastra dengan langsung menganalisis, memberi pertimbangan baik-buruknya karya sastra, bernilai seni atau tidaknya. Sejarah sastra bertugas menyusun perkembangan sastra dari mulai timbulnya hingga perkembangannya yang terakhir, misalnya sejarah timbulnya suatu kesusastraan, sejarah jenis sastra, sejarah perkembangan gaya-gaya sastra, sejarah perkembangan pikiran-pikiran manusia yang dikemukakan dalam karya-karya sastra, dan sebagainya (Pradopo, 1995: 9).

Ketiga studi sastra tersebut memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. Misalnya, Teori sastra memerlukan sejarah sastra karena sebuah teori terus berkembang. Perkembangan ini dihadirkan oleh sejarah sastra yang secara diakronis membandingkan periode-periode dalam kesusastraan sebuah bangsa. Perkembangan tersebut kemudian diformulasikan dalam sebuah teori yang membedakan dengan konvensi sastra sebelumnya. Sejarah sastra sangat penting untuk kritik sastra, kalau Kritik hendak bergerak lebih jauh dari sekadar pernyataan suka dan tidak suka, maka ia perlu mengetahui tentang sejarah dari karya sastra tersebut.

Selain studi sastra, sastra juga memiliki beberapa pendekatan. Pendekatan tersebut bertujuan untuk menambah pembinaan serta mengembangkan sastra tersebut.

Pendekatan Sastra/Kesusastraan

Pendekatan sastra memiliki peranan penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Di samping itu, turut berpengaruh positif terhadap pembinaan dan pengembangan sastra itu sendiri. Peranan semacam ini akan tercapai bila pendekatan sastra dilakukan dengan sungguh. Pradopo (dalam Djojosuroto dan Trijanto, 2010: 398-400) menyatakan bahwa tujuan pendekatan sastra adalah untuk memahami makna karya sastra sedalam-dalamnya. Selain itu karya sastra dapat berfungsi untuk kepentingan di luar sastra, seperti pendekatan aspek-aspek di bidang agama, filsafat, gender, moral, dan sebagainya. Jika pendekatan seperti ini terus dilakukan, hal ini akan meningkatkan kualitas cipta sastra.

  1. Pendekatan Mimesis (Semesta)

Dasar pertimbangan pendekatan mimesis adalah dunia pengalaman, yaitu karya sastra itu sendiri yang tidak bisa mewakili kenyataan yang sesungguhnya melainkan hanya sebagai peniruan kenyataan (Abrams, 1971:8). Kenyataan di sini dipakai dalam arti yang seluas-luasnya, yaitu segala sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra, seperti misalnya benda-benda yang dapat dilihat dan diraba, bentuk bentuk kemasyarakatan, perasaan, pikiran, dan sebagainya (Luxemberg. 1992:15).

Pendekatan mimesis menempatkan karya sastra sebagai: (1) produk peniruan kenyataan yang diwujudkan secara dinamis, (2) representasi kenyataan semesta secara fiksi, (3) produk dinamis yang kenyataan di dalamnya tidak dapat dihadirkan dalam cakupan yang ideal, dan (4) produk imajinasi yang utama dengan kesadaran tertinggi atas kenyataan.

  1. Pendekatan Ekspresif (Pengarang)

Pendekatan ekspresif ini tidak semata-mata memberikan perhatian terhadap bagaimana karya itu diciptakan tetapi bentuk-bentuk apa yang terjadi dalam karya sastra yang dihasilkan Wilayah studi pendekatan ini adalah diri pengarang, pikiran dan perasaan, dan hasil-hasil karyanya. Pendekatan ini dapat dimanfaatkan untuk menggali ciri-ciri individualisme, nasionalisme, komunisme, feminisme, dan sebagainya dalam karya baik karya sastra individual maupun karya sastra dalam kerangka periodisasi

Pendekatan ekspresif ini menempatkan karya sastra sebagai curahan, ucapan, dan proyeksi pikiran dan perasaan pengarang (Abrams, 1971:22) Pengarang sendiri menjadi pokok yang melahirkan produksi persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaan-perasaan yang dikombinasikan. Pendekatan ekspresif menempatkan karya sastra sebagai (1) wujud ekspresi pengarang. (2) produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran dan perasaan-perasaannya, (3) produk pandangan dunia pengarang

  1. Pendekatan Pragmatis (Pembaca)

Pendekatan pragmatis memberikan perhatian utama terhadap peranan pembaca (Abrams, 1971:14-21). Pendekatan ini memberikan perhatian pada pergeseran dan fungsi-fungsi baru pembaca. Pendekatan pragmatis mempertimbangkan implikasi pembaca melalui berbagai kompetensinya. Dengan mempertimbangkan indikator karya sastra dan pembaca, maka masalah-masalah yang dapat dipecahkan melalui pendekatan pragmatis di antaranya berbagai tanggapan masyarakat atau penerimaan pembaca tertentu terhadap sebuah karya sastra.

  1. Pendekatan Objektif (Karya)

Pendekatan objektif (Abrams, 1971:26-29) memusatkan perhatian semata mata pada unsur-unsur, antar hubungan, dan totalitas Pendekatan ini mengarah pada analisis intrinsik Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak segala unsur ekstrinsik, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya, termasuk biografi. Oleh karena itu, pendekatan objektif juga disebut analisis otonomi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-unsur dengan mempertimbangkan keterjalinan antar unsur di satu pihak dan unsur-unsur dengan totalitas di pihak lain.

Konsep dasar pendekatan ini (Hawkes melalui Pradopo, 2002:21) adalah karya sastra merupakan sebuah struktur yang terdiri dari bermacam macam unsur pembentuk struktur. Antara unsur-unsur pembentuknya ada jalinan erat (koherensi). Tiap unsur tidak mempunyai makna dengan sendirinya melainkan maknanya ditentukan oleh hubungan dengan unsur unsur lain yang terlibat dalam sebuah situasi Makna unsur-unsur karya sastra itu hanya dapat dipahami sepenuhnya atas dasar tempat dan fungsi unsur itu dalam keseluruhan karya sastra.

Daftar Pustaka

Rokhmansyah, A. (2014). Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal Terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu

Emzir, dkk. Tentang Sastra: Orkestrasi Teori dan Pembelajarannya. Garudhawaca

Muhri. (2014). Sejarah Ringkas Kesusastraan Indonesia. Bangkalan: Yayasan Arraudlah Bangkalan

Suarta dan Adhi Dwipayana. (2014). Teori Sastra. Jakarta: Rajawali Pers

Ikuti tulisan menarik Rifki Yoga Novansyah lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler