Oleh: Bambang Udoyono, penulis buku
Tambang emas ada di dalam dirimu. Tentu saja kalimat ini adalah metafora. Ini adalah sebuah quote dari Maulana Jalaludin Rumi, seorang sufi dari Konya, Turki. Seperti biasanya, quote Rumi selalu indah dan penuh makna. Inilah quotenya.
Why are you so enchanted by this world when a mine of gold lies within you? (Rumi) “Mengapa kamu terpesona sekali dengan dunia ini ketika sebuah tambang emas ada di dalam dirimu?” Demikianlah kira kira terjemahan kalimat mutiara dari Jalaludin Rumi. Mari kita otak atik maksud Rumi dalam kalimat mutiaranya tersebut.
Saya yakin sekali kalau Rumi memakai matafora dalam kalimat itu. “Tambang emas” adalah kiasan dari sesuatu yang sangat berharga. Jauh lebih berharga daripada dunia ini. Saking berharganya sampai Rumi mempertanyakan kenapa orang lebih terpesona dengan dunia ini. Apakah kunci sorga ada di dalam diri kita? Saya kira iya. Kuncinya saja, bukan sorganya. Kunci utamanya adalah hati yang bersih dan sehat. Itulah kunci utama untuk memahami wahyu Allah dalam Al Qur’an yang akan memandu kita meniti jalan menuju sorga. Memang nalar juga diperlukan tapi kalau hanya memakai nalar saja, tanpa hati yang sehat dan bersih maka orang hanya akan memahami sebagian saja dan tidak akan tercerahkan hatinya.
Hanya orang yang bersih dan sehat hatinya dan tajam nalarnya yang mampu memahami wahyu Allah dengan baik lalu mempraktekkannya dengan baik pula.
Bagaimana cara menyehatkan hati? Paparannya panjang. Tapi paling tidak kalau memakai nasehat Rumi di atas adalah dengan menjaga jarak dengan dunia ini. Dalam bahasa Jawa ada sebuah frasa yang pas sekali menggambarkan pokok pikiran ini yaitu mungkur kadonyan. Arti harafiahnya memunggungi dunia. Bukan berarti lantas pergi ke hutan sepi, meninggalkan dunia secara total, tidak memiliki apapun. Bukan begitu. Wayne Dyer, seorang motivator Barat memakai istilah detachment yang artinya juga mengambil jarak.
Dalam pandangan saya memunggungi dunia maksudnya menomorduakan dunia. Seorang hamba Allah yang baik akan menomorsatukan Allah. Maka hal terpenting dalam hidupnya adalah mengabdikan diri kepada Allah swt saja. Namun bukan berarti dia meninggalkan kehidupan duniawi dengan total.
Dia tetap bekerja dalam bidang apa saja yang memberi manfaat untuk dia, keluarganya dan masyarakat. Karyanya bemanfaat untuk dia sendiri, keluarganya dan liyan. Penghasilannya dia nafkahkan untuk keluarganya. Kalau masih ada kelebihan meskipun sedikit dia bayarkan untuk sedekah, zakat dan infak.
Dengan menomorsatukan Allah itu maka dia ketika bekerja akan mematuhi perintah Allah. Dia tidak akan bekerja di bidang yang dilarang Allah swt. Maka karyanya itu adalah persembahannya kepada Allah swt.
Dengan menomorsatukan Allah dan menomorduakan dunia maka dia akan menemukan ‘tambang emas’ di dalam dirinya. Itulah keindahan tiada tara yang susah dilukiskan dengan kata kata.
Sila cari ‘tambang emas’ di dalam diri Anda. Caranya dengan mungkur kadonyan. Menomorsatukan Allah dan menomorduakan dunia. Semoga kita bisa menemukan ‘tambang emas’ yang dimaksud oleh Rumi.
Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.