x

Ilustrasi Pigura. Pixabayy

Iklan

Taufan S. Chandranegara

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 23 Juni 2022

Senin, 4 Juli 2022 16:49 WIB

Niskala Urban Insomania

Catatan kunjungan senirupa beberapa waktu lalu, di komunitas galeri Rolling Door, di ujung Jakarta Selatan, saat menghadiri pameran tunggal senirupa, Mayek Prayitno, perupa muda, kini.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Ngobrol, karya senirupa, kini, tak lagi perlu seabrek referensi simpang siur silang sengkarut mengernyitkan dahi, sekadar memburu penggayaan.

Akting sejarah lampau-senirupa, nun jauh di sana. Kalau-lah hal macam itu, hanya untuk mencapai bibir senyum, seolah-olah keluasan hasil pemikiran pakar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Berbeda, jika untuk keperluan riset, studi kasus-menuju sidang akademi. Silakan, monggo, belajar, maksimal-mencapai nilai tertinggi, berdasarkan pengajaran acuan-acuan, sip banget deh.

Sejarah seni kini mudah dicari, lintasan teknologi komunikasi, ada, di langit data dunia maya, banyak-banget, di web. Segala ada di ke.maya.an itu, laiknya toko informasi.

Tak perlu bersusah payah, meradang keringat, di arena urban kota, naik kendaraan umum, muacet. Ibarat hamba, dulu banget, pontang-panting menjaring data, situasi kantong bolong, kini, masih bolong juga sih. 

Beda, zaman tekno kini. Tekan satu tombol telepon seluler. Sriing! Layar toko modern web. Tralaa! Baca sana-sini, irit ongkos, tenaga, enggak kepanasan. Tapi, kalau malas olahraga, duduk berjam-jam, konon, penumpukan lemak perut, hiks. 

***

Demikian catatan awal, artikel pendek untuk perupa mandiri, monolog catatan sosok, Mayek Prayitno.

Berbincang singkat setelah menikmati karya-perupa, Mayek Prayitno, beberapa waktu lalu, saat menggelar pameran tunggal, di komunitas galeri 'Rolling Door', wadah, komunikasi perupa bebas dogma, di bilangan ujung Jakarta Selatan.

Berdecak hati hamba, melihat karya Mayek, tengah dipamerkan di komunitas galeri itu, beberapa waktu lalu. Bukan pula menyoal representasi impresi, ekspresi tanwujud, atraksi kemodernan, bisa pula kontemporer, atau pula, gardadepan. 

Daya gebrak, sublimasi substansial, imaji, kolaborasi estetika plus intelegensi, seorang Mayek, ditopik pamerannya kali ini 'Urban Insomania', dahsyat, tak sekadar "Boleh-lah. Lumayan-lah. Apik-lah." Karya Mayek, jempolan. Wow banget!

***

Mayek Prayitno, mampu membuat lubang jarum menembus belantara seni rupa negerinya, berbekal sikap kesederhanaan konseptual, visual-konteks dari karyanya, plus, segudang jam terbang, jujur, lurus saja, bernurani bening. 

Dia, total memilih jalan suci pendekar silat, tak perlu berkelit menghindari musuh arogan preman kapitalisme, dia berani berhadap-hadapan, total mumpuni, dengan kesederhanaan karya-karyanya. Mayek Prayitno, karya seninya, telah menjadi dirinya.

Karya perupa, Mayek Prayitno, totalitas berakal budi-seni rupa murni, tak sekadar alegori 'gerakan bla-bla-hura', berslogan besar 'manifesto hua-hi-hu', namun kempes, setelah kata, 'hua-hi-hu', bisu membatu.

Sembunyi di dalam perut zaman. Tak mampu menembus kebaruan sejarah berkembang. Secepat Gatotkaca terbang. Salam Indonesia selalu indah.

***

Jabodetabek Indonesia, JuLI 4, 2022.

 

Ikuti tulisan menarik Taufan S. Chandranegara lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler