x

Raja Jawa dan 7 bawahannya seperti yang dibayangkan dalam manuskrip Inggris abad ke-15 yang dimuat dalam catatan Friar Odoric. Wikipedia

Iklan

Bayu W |kuatbaca

Penulis Manis Indonesiana
Bergabung Sejak: 25 Maret 2022

Kamis, 7 Juli 2022 12:38 WIB

Majapahit Dalam Kenangan Eropa Abad 14 Hingga 16

Gambaran Majapahit menurut Odorico Mattiussi, pendeta yang namanya lebih dikenal dengan Odorico da Pordenone, menyebutkan Raja (Jawa) memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. Pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada. Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Catatan yang berasal dari sumber Italia mengenai Jawa pada era Majapahit didapatkan dari catatan perjalanan Mattiussi, seorang pendeta Ordo Fransiskan dalam bukunya Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese, "Perjalanan Pendeta Odorico da Pordenone". Ia mengunjungi beberapa tempat di Nusantara: Sumatra, Jawa, dan Banjarmasin di Kalimantan.

Ia dikirim Paus untuk menjalankan misi Katolik di Asia Tengah. Pada tahun 1318 ia berangkat dari Padua, menyeberangi Laut Hitam dan menembus Persia, terus hingga mencapai Kolkata, Madras, dan Srilanka. Lalu menuju kepulauan Nikobar hingga mencapai Sumatra, lalu mengunjungi Jawa dan Banjarmasin.

Ia kembali ke Italia melalui jalan darat lewat Vietnam, China, terus mengikuti Jalur Sutra menuju Eropa pada 1330. Gambaran Majapahit menurut Odorico Mattiussi, pendeta yang namanya lebih dikenal dengan Odorico da Pordenone, menyebutkan: "Raja (Jawa) memiliki bawahan tujuh raja bermahkota. [Dan] pulaunya berpenduduk banyak, merupakan pulau terbaik kedua yang pernah ada.... Raja pulau ini memiliki istana yang luar biasa mengagumkan. Karena sangat besar, tangga dan bagian dalam ruangannya berlapis emas dan perak, bahkan atapnya pun bersepuh emas. Kini Khan Agung dari China beberapa kali berperang melawan raja ini; akan tetapi selalu gagal dan raja ini selalu berhasil mengalahkannya." Odorico menyebut bahwa Raja Jawa memerintah atas "tujuh raja yang bermahkota".

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Mungkin yang dimaksudnya merujuk pada Bhattara Saptaprabhu atau tujuh Bhattara atau Bhre (Adipati/Adipati Wanita), yang merupakan tujuh penatua berpengaruh dan juga memerintah tujuh nagara atau kerajaan daerah, sesuai dengan provinsi Majapahit di timur dan tengah Jawa; yaitu Kahuripan, Daha, Tumapel, Wengker, Lasem, Pajang, dan Mataram. Daerah-daerah tersebut merupakan kawasan inti dari negara Majapahit.

Di buku itu Odorico hanya menyebut kunjungannya di Jawa, tanpa menjelaskan lebih rinci nama tempat yang ia kunjungi. Selain raja Jawa yang menguasai tujuh raja bawahan, diisebutkan juga di pulau ini terdapat banyak cengkih, kemukus, pala, dan berbagai rempah-rempah lainnya.

Ia pun menyebutkan istana raja Jawa yang sangat mewah dan mengagumkan, penuh bersepuh emas dan perak. Ia menyebut pula bahwasannya raja Mongol beberapa kali berusaha menyerang Jawa, tetapi selalu gagal dan berhasil diusir kembali. Kurun waktu yang dilalui Odorico selama perjalannya di Nusantara antara tahun 1318-1330, bersamaan dengan era Majapahit di bawah kekuasaan Raja Jayanegara atau Tribhuana Tunggadewi. Di masa ini Majapahit masih belum menapaki klimaks kejayaannya.

Sesudah Odorico, seorang Portugal bernama Tome Pires, yang menjadi pembantu dari Afonso de Albuquerque menuliskan tentang Jawa yang berada di era senja Majapahit. Tome Pires tiba di Nusantara pada 1512. Sebagai pembantu dari gubernur Portugis di Malaka, ia mencatat tentang Jawa pada akhir zaman Majapahit setelah kunjungannya pada medio antara Maret–Juni 1513.

Tome Pires menceritakan tentang para tuan dan bangsawan di Jawa. Olehnya mereka digambarkan sebagai: "... tinggi dan tampan, dengan dekorasi mewah, dan mereka memiliki banyak kuda yang sangat dihiasi. Mereka menggunakan keris, pedang, dan tombak dari berbagai jenis, semuanya bertatahkan emas. Mereka adalah pemburu dan penunggang kuda yang hebat - kuda itu memiliki sanggurdi semua bertatahkan emas dan pelana yang juga bertatahkan, yang tidak dapat ditemukan di tempat lain di dunia. Penguasa Jawa begitu mulia dan agung sehingga tidak ada bangsa yang bisa dibandingkan dengan mereka di wilayah yang luas di bagian ini. Kepala mereka dicukur - setengah dicukur - sebagai tanda keindahan, dan mereka selalu mengusap rambut mereka dari dahi ke atas tidak seperti yang dilakukan orang Eropa. Penguasa Jawa dipuja seperti dewa, dengan rasa hormat yang tinggi dan penghormatan yang dalam. Para bangsawan pergi berburu atau mencari kesenangan dengan gaya yang agung. Mereka menghabiskan seluruh waktu mereka dalam kesenangan, pengiring memiliki begitu banyak tombak dengan gagang emas dan perak, begitu kaya tatahannya, dengan begitu banyak anjing jenis harrier, greyhound dan anjing lainnya; dan mereka memiliki begitu banyak gambar yang dilukis dengan pemandangan dan pemandangan berburu. Pakaian mereka dihiasi dengan emas, keris, pedang, pisau, kelewang mereka semua bertatahkan emas; mereka memiliki sejumlah selir, kuda jennet, gajah, lembu untuk menarik kereta dari kayu yang dicat dan bersepuh emas. Para bangsawan pergi dengan kereta kemenangan, dan jika mereka pergi melalui laut mereka pergi dengan kelulus yang dicat dan dihiasi; ada apartemen indah untuk wanita mereka, tempat lain untuk para bangsawan yang menemaninya."

Selama di era Majapahit peradaban Jawa berhasil mencapai kegemilangan terbesarnya. Ludovico di Varthema (1470–1517), dalam bukunya Itinerario de Ludouico de Varthema Bolognese menyatakan bahwasannya orang Jawa berlayar sampai ke "negeri jauh di selatan" hingga mereka tiba di sebuah pulau di mana satu hari hanya berlangsung selama empat jam dan "lebih dingin daripada di bagian dunia mana pun". Oleh penelitian modern ditentukan bahwa tempat tersebut nampaknya berada setidaknya 900 mil laut (1666 km) di selatan dari titik paling selatan Tasmania.

Catatan tentang perjalanan ke selatan itu tentu bukanlah tentang Jawa Majapahit, melainkan sudah pada masa Kesultanan Demak. Namun demikian, jiwa bahari yang terekam di situ jelas merupakan warisan dari era yang eksis sebelumnya.

Selain tentang ekspedisi ke selatan, di saat Afonso de Albuquerque berhasil menaklukkan Malaka (1511), Portugis berhasil merampas sebuah peta dari seorang mualim Jawa. Dan, Afonso mengatakan bahwa ini adalah peta terbaik.

Di dalam peta itu sudah terdapat bagian dari benua Amerika. Mengenai peta milik Jawa itu Afonso menulis untuk raja Manuel I dari Portugal, 1 April 1512. "... peta besar seorang mualim Jawa, yang berisi Tanjung Harapan, Portugal dan tanah Brazil, Laut Merah dan Laut Persia, Kepulauan Cengkih, navigasi orang Cina dan Gom, dengan garis rhumb dan rute langsung yang bisa ditempuh oleh kapal, dan dataran gigir (hinterland), dan bagaimana kerajaan berbatasan satu sama lain. Bagiku, Tuan, ini adalah hal terbaik yang pernah saya lihat, dan Yang Mulia akan sangat senang melihatnya memiliki nama-nama dalam tulisan Jawa, tetapi saya punya saya orang Jawa yang bisa membaca dan menulis, saya mengirimkan karya ini kepada Yang Mulia, yang ditelusuri Francisco Rodrigues dari yang lain, di mana Yang Mulia dapat benar-benar melihat di mana orang Cina dan Gore (Jepang) datang, dan tentu saja kapal Anda harus pergi ke Kepulauan Cengkih, dan di mana tambang emas ada, dan pulau Jawa dan Banda."

Tentang militer yang dimiliki Jawa, catatan Tome Pires tahun 1513 juga memberikan keterangannya. Ia menyebutkan bahwa pasukan tentara Gusti Pati, wakil raja Batara Brawijaya, berjumlah 200.000 orang, 2.000 diantaranya adalah prajurit berkuda dan 4.000 adalah musketir. Menurut Duarte Barbosa di sekitar tahun 1514, bahwa penduduk Jawa sangat ahli dalam membuat artileri dan merupakan penembak artileri yang baik. Mereka membuat banyak meriam 1 pon (cetbang atau rentaka), senapan lontak panjang, spingarde (arquebus), schioppi (meriam tangan), api Yunani, gun (bedil besar atau meriam), dan senjata api atau racikan mesiu yang lainnya. Setiap tempat disana dianggap sangat baik dalam mencetak/mengecor artileri, dan juga dalam ilmu penggunaanya.

Di tahun 1513, Portugis juga mencatat perihal armada Jawa dibawah pimpinan Pati Unus. Armada ini berlayar untuk menyerang Malaka Portugis yang dikatakan datang "dengan banyak artileri yang dibuat di Jawa, karena orang Jawa ahli dalam membangun dan pengecorannya, dan dalam semua pekerjaan pandai besi, melebihi apa yang mereka miliki di India". Armada yang dimaksud ini berbeda dengan Jawa di bawah pemerintahan Gusti Pate.

Apa yang ditulis oleh orang-orang Eropa itu tentang Jawa, kemudian menarik perhatian banyak orientalis untuk melakukan penelitian yang sedikit banyak harus mengesampingkan sumber-sumber Belanda, terutama untuk Majapahit. Sebab, sumber-sumber dari Belanda sama sekali tidak menyentuh perihal Jawa yang bersifat mondial.

Ikuti tulisan menarik Bayu W |kuatbaca lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler