x

Iklan

Slamet Samsoerizal

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Maret 2022

Jumat, 15 Juli 2022 10:13 WIB

Guru Perlu Melaksanakan Asesmen Diagnostik

Asesmen (penilaian) Diagnostik penting dan  perlu dilakukan Guru. Salah tujuannya adalah agar kemampua dan kesiapan peserta didik terpetakan, sebelum pembelajaran dimulai.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Aktivitas awal memasuki tahun ajaran baru, semua sekolah melaksanakan dua agenda penting. Pertama, pelaksanaan MPLS  (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) bagi peserta didik baru. Kedua, mengadakan asesmen diagnostik.

 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

(Artikel terkait: https://www.indonesiana.id/read/156271/masa-pengenalan-lingkungan-sekolah-bukan-ajang-perpeloncoan )

 

Pelaksanaan asesmen diagnostik ini bagi peserta didik kelas II – VI (SD), VIII dan (IX), dan XI (SMA dan SMK) dapat dilaksanakan pada awal masuk tahun ajaran baru, bersamaan dengan MPLS. Mengapa harus dilakukan asesmen diagnostik?

 

Tujuan Asesmen Diagnostik

Tujuan dilakukan asesmen diagnostik adalah untuk memetakan kemampuan semua peserta didik di kelas secara cepat, mengetahui peserta didik dengan kategori: sudah paham, agak paham, dan yang belum paham. Dengan demikian guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa. Disamping itu, asesmen diagnostik bertujuan untuk mendiagnosis kemampuan dasar dan mengetahui kondisi awal peserta didik atau siswa.

 

Asesmen diagnostik terbagi menjadi dua bagian, yaitu: asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnosis kognitif.

 

Asesmen non-kognitif, bertujuan untuk mengetahui kesejahteraan psikologi dan sosial emosi siswa, aktivitas siswa selama belajar dirumah, dan kondisi keluarga siswa. Sedangkan asesmen kognitif, bertujuan untuk mengidentifikasi capaian kompetensi peserta didik, menyesuaikan pembelajaran di kelas dengan kompetensi rerata siswa, memberikan kelas remedial atau pelajaran tambahan pada siswa yang nilainya di bawah rerata.

 

Baca juga: https://kurikulummerdeka.com/asesmen-diagnostik-kurikulum-merdeka-bagaimana-cara-menyusunnya/

 

 

Asesmen Diagnostik Penting dan Perlu

Asesmen diagnostik non-kognitif di awal pembelajaran dilakukan untuk menggali kesejahteraan psikologis dan sosial emosi sisiwa, aktivitas siswa selama belajar di rumah, kondisi keluarga dan pergaulan siswa, dan gaya belajar, karakter, serta minat siswa. Tahapan yang dilakukan pada asesmen diagnostik non-kognitif meliputi: persiapan, pelaksanaan, dan tindak lanjut.

Hal-hal yang dapat dilakukan pada tahap persiapan adalah menyiapkan alat bantu berupa gambar-gambar yang mewakili ikon emosi (senang, suka, dsb). Selain itu menyiapkan sejumlah daftar pertanyaan kunci mengenai aktivitas siswa.

 

Selanjutnya pada tahap persiapan, meminta peserta didik mengekspresikan perasaannya selama belajar di rumah serta menjelaskan aktivitasnya. Jawaban dari siswa peserta didik dapat berupa meceritakan, menggambar, dan menulis.

 

Pada tahap tindak lanjut, identifikasi peserta didik dengan ekspresi emosi negatif dan ajak berdiskusi, menentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan peserta didik dan orang tua bila diperlukan.

 

Asesmen diagnostik kognitif dapat dilaksanakan secara rutin yang disebut asesmen diagnostik kognitif berkala, pada awal pembelajaran, akhir setelah guru selesai menjelaskan dan membahas topik, dan waktu lain. Asesmen Diagnostik bisa berupa Asesmen Formatif maupun Asesmen Sumatif.

Tahapan pelaksanaan asesmen diagnostik kognitif meliputi: persiapan, pelaksanaan, diagnosis dan tindak lanjut.

 

Seperti biasa, pada tahap persiapan guru dapat menyiapkan jadwal pelaksanaan asesmen diagnostik. Selain itu, mengidentifikasi materi asesmen berdasarkan Kurikulum (misalnya, Kurikulum Merdeka).

 

Tidak kalah penting adalah menyusun10  pertanyaan sederhana yang mencakup:

  • 2 pertanyaan sesuai kelasnya, dengan topik capaian pembelajaran baru
  • 6 pertanyaan dengan topik satu kelas di bawah
  • 2 pertanyaan dengan topik dua kelas di bawah

 

Bagaimana tindak lanjut bagi asesmen kognitif?  Berikut diberikan panduan yang dapat dilakukan guru, usai  melaksanakan asesmen diagnostik kognitif.

(1) Lakukan pengolahan hasil asesmen sebagai berikut.

  1. Buat penilaian dengan kategori “paham utuh”, “paham sebagian”, dan “tidak paham”
  2. Hitung rata-rata kelas

(2). Pembagian kelompok peserta didik

  1. Peserta didik dengan nilai rata-rata kelas akan mengikuti pembelajaran dengan Alur Tujuan Pembelajaran sesuai fasenya, sebagaimana diatur dalam Kurikulum Merdeka.
  2. Peserta didik dengan nilai di bawah rata-rata mengikuti pembelajaran dengan diberikan pendampingan pada kompetensi yang belum terpenuhi
  3. Peserta didik dengan nilai di atas rata-rata mengikuti pembelajaran dengan pengayaan

(3). Lakukan penilaian pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru, untuk menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan rata-rata kemampuan peserta didik.

(4) Ulangi proses diagnosis ini dengan melakukan asesmen formatif (dengan bentuk dan strategi yang variatif), sampai siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan

 

Asesmen diagnostik, selain penting dilakukan pada awal tahun ajaran baru,  perlu pula dilakukan secara berkala setiap bulan. Mengapa? Sebab, hasil asesmen berguna untuk melakukan adaptasi materi pembelajaran sesuai tingkat kemampuan siswa kelas yang diajarnya. Asesmen diagnosis berkala ini harus dilakukan di setiap kelas untuk semua jenjang pendidikan.

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Slamet Samsoerizal lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler