x

Ilustrasi.

Iklan

Sutri Sania

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 20 Januari 2021

Kamis, 25 Agustus 2022 07:12 WIB

Regulator ‘Main’ Monopoli di Dunia Bisnis

Ingat, berbisnis bukanlah seperti bermain monopoli yang jika kamu bosan, papan monopoli tersebut dapat kamu lipat dan akhiri seketika. Bisnis tidak seperti itu. 

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Siapa tak suka bermain monopoli? Tentu hampir semua usia mengetahui board game ini, dong! Dalam gim ini, kamu diajarkan untuk mengambil langkah tepat sekaligus strategis. Selain itu, pemain nantinya juga belajar perihal mengambil risiko di kehidupan nyata. Pertimbangan yang matang dan manajemen risiko yang baik akan membuatmu memiliki keuangan stabil dan sukses. Dari permainan monopoli, kamu bisa merasakan menjadi orang kaya!

Tapi, pernahkah kamu membayangkan jika dalam permainan monopoli terdapat oknum yang sengaja ‘memonopoli’ gim tersebut? Bukannya get rich, seorang pemain malah terperosok bangkrut, sebaik apapun usaha yang mereka lakukan dalam gim tersebut.

Mungkin itulah gambaran yang terjadi pada kondisi pebisnis dan regulator. Rwlasi keduanya sebenarnya diharapkan harmonis, selayaknya ketika bermain monopoli; meraup stabilitas keuangan dan kesuksesan. Namun, permainan menjadi membosankan dan ‘mandek’ ketika regulator melakukan ‘monopoli’ alias curang! 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Menukil dari Mohamad Khusaini dalam buku Ekonomi Publik (2019:17), bahwa dalam dunia bisnis ada tiga peran regulator di perekonomian suatu negara, salah satunya adalah peran stabilisasi. 

Nah, peran stabilisasi ini berfungsi untuk menciptakan stabilitas di bidang ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan, dan keamanan. Sebagai regulator, ‘mereka’ memiliki peran penting dalam mengatur kegiatan ekonomi yang berujung pada kebijakan ekonomi.

Serangkaian hal tersebut akan memunculkan sinergisme yang bermuara pada kesuksesan bersama. Dari kacamata pebisnis, keberlangsungan usaha adalah prioritas. Sedangkan regulator berpacu pada pendapatan untuk memajukan negara. Apalagi jika regulator mendapatkan investasi dari pebisnis dalam bentuk penanaman modal asing. 

Dilansir laman The Balance, terdapat tiga manfaat dari investasi asing, (1) pertumbuhan ekonomi, negara yang mendapatkan investasi asing akan mengalami pertumbuhan ekonomi dengan terbukanya pasar global, hal ini banyak terjadi di negara berkembang, (2) terbukanya lapangan kerja, sebagian besar investasi asing dirancang untuk menciptakan perusahaan baru di sebuah negara yang otomatis menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan upah tinggi, dan (3) transfer teknologi, investasi asing sering kali membawa teknologi dan keahlian mutakhir di negara-negara berkembang tempat investasi asing ditanamkan. 

Sayangnya, keuntungan tersebut hanyalah mimpi kalau ada ‘monopoli’ di dalam perjalanan perbisnisan. Kelabilan regulator salah satunya. Padahal kita semua sadar bahwa berbisnis di dunia nyata bukanlah berbisnis di dunia monopoli, lho!

Sikap labil tersebut nantinya akan membagongkan pebisnis yang sudah mati-matian mengucurkan dananya ke negara milik regulator. Jangan sampai kelabilan ini menimbulkan tanda tanya besar dan kebingungan bagi pebisnis. Jangan sampai pebisnis mendadak stroke dan panick attack karena regulasi dan berbagai tetek bengek perbisnisan yang mereka jalani labil. 

Saya  khawatir, jika nantinya pebisnis terkena stroke atau panick attack, mereka tidak dapat menjalankan bisnisnya. Jika hal ini terjadi, tentu ini menjadi momen buruk bagi suatu negara karena ‘sukses’ mengusir investor atau pebisnis, saat negara lain sedang berbondong-bondong ‘berikhtiar’ agar investor bercokol di negaranya.

Ingat, berbisnis bukanlah seperti bermain monopoli yang jika kamu bosan, papan monopoli tersebut dapat kamu lipat dan akhiri seketika. Bisnis tidak seperti itu. Ada risiko dan berbagai tetek bengeknya. Serta, berbagai lapisan memiliki tujuan dan kepentingan bersama, mulai dari regulator, pebisnis hingga pekerja yang bekerja di perusahaan tersebut. Semua sama-sama setuju; menuju sukses. 

Namun, menuju sukses tentu butuh persilatan yang ciamik. Dibutuhkan implementasi berbisnis yang adil bagi semua pihak, kan? Bukannya ‘memonopoli’ pusaran bisnis yang menguntungkan satu belah pihak saja. Nggak adil kalau hal ini terjadi. Kalau masih bingung, latihan berbisnis lewat board game saja dulu, deh. Kamu tertarik nggak, nih?

Ikuti tulisan menarik Sutri Sania lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler