x

Akhmad Sekhu

Iklan

atmojo

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 26 April 2019

Kamis, 1 September 2022 07:53 WIB

Roman Akhmad Sekhu: Chemistry Pasangan Muda

Sebuah roman yang menghibur. Berkisah tentang percintaan sepasang kekasih dari desa hingga ke kota besar dengan segala problemanya..

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Kali ini mari kita tengok karya Akhmad Sekhu, seorang novelis muda yang juga berprofesi sebagai wartawan. Judul novelnya Chemistry, diterbitkan oleh Bubble Books, pada 2018. Pada mulanya novel ini adalah cerita bersambung (Cerbung) yang pernah dimuat di Harian Sinar Harapan pada 2005 dengan judul Dibuai Dimanjakan Kenangan. Kemudian dilakukan pengembangan dan revisi berulang-ulang hingga menjadi novel ini. Isinya adalah roman percintaan muda-mudi dari desa hingga ke Jakarta.

Begini ringkasan ceritanya: Pada usia 14 tahun, Aura mengalami menstruasi dan mulai tertarik pada lawan jenis. Lelaki pertama yang membuatnya jatuh cinta adalah Baskara. Suatu hari, Aura dan Baskara berjanji bertemu di ladang tebu. Sebuah tempat pertemuan yang sangat indah bagi anak kampung,

Ketika Baskara hendak memberi tebu, Baskara terpeleset jatuh dan menindih tubuh Aura. Hal itu dipergoki oleh Hendra dan teman-temannya, dan mereka memfitnah bahwa kedua remaja itu telah berbuat zina. Sesuai hukun adat desa setempat, Aura dan Baskara mendapat hukuman cambuk dan pengasingan di  gudang belakang rumah. Sebenarnya ini akal-akalan Hendra yang sakit hati karena menyintai Aura, tapi ditolak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Karena hukuman cambuk dan pengasingan, Aura terkena gangguan jiwa berat skizofrenia dan mengalami halusinasi gubuk ladang tebu hingga remaja. Tapi justru karena itulah, Aura punya ide-ide cemerlang hingga bekerja di biro periklanan di Jakarta. Karienya cepat melesat.

Sekian lama berpisah dengan Baskara, Aura yang suka bermain internet tak sengaja menemukan puisi berjudul “Pulang” karya Baskara, yang membuat Aura kemudian bertekad pulang ke kampung halaman. Aura ingin bertemu dengan Baskara, kekasih masa kecilnya, tapi malah bertemu dengan Hendra yang berniat jahat akan menculik dan nyaris memerkosanya.

Kembali ke Jakarta, Aura yang sudah dewasa tak sengaja bertemu Baskara di pengajian. Baskara tetap menyintai Aura, bahkan berniat ingin melamar Aura. Sayang sekali, Baskara terlambat menyatakan keinginanya untuk menikahi Aura. Karena sudah keduluan oleh Hardi, yang ternyata sejak kecil begitu cinta pada Aura dan sesudah dewasa ingin menikahinya. Aura tak bisa menolak Hardi yang ingin menikahinya, karena Emak Siti, ibunya, lebih menyetujui Aura menikah dengan Hardi, yang sudah jelas bobot, bibit, dan bebetnya.

Pernikahan dengan Hardi yang penuh keterpaksaan itu membuat Aura menderita lahir-batin. Puncak penderitaannya, ketika Hardi meninggal dunia yang membuat Aura harus sendirian mengasuh Laras, buah hatinya dengan Hardi.

                                                                             ***

Dibagi menjadi 12 Bab, Akhmad Sekhu memulai kisahnya seperti ini:

Pagi tampak indah berseri-seri. Curahan cahaya matahari berlimpah-limpah. Gugusan mega tampak kemerahan di ufuk barat seperti tirai malam yang tersingkap. Siluet bayang ilalang mendongak ke langit seperti puisi menyiratkan arti kehidupan. Kumandang azan subuh terdengar sayup-sayup mengagungkan kemahabesaran Tuhan. Kokok ayam jantan menegaskan bahwa pagi yang indah telah datang.

Seusai salat subuh, Aura ingin lari pagi, tapi tiba-tiba organ intimnya terasa dingin oleh tetesan air, seperti embun pagi yang tertampung di sehelai daun. Ia tertegun dan mengurungkan niatnya lari pagi. Segera dia memeriksa, ternyata ada bercak cokelat kemerah-merahan di celana dalamnya. Ia terkejut, sungguh benar-benar dia tak tahu apa yang menimpa dirinya sehingga kini mengalami pendarahan.

           “Aku takut darah,” gumam gadis manis yang masih lugu itu dalam hatinya.

Sontak  dia menggigil ketakutan membayangkan penyakit yang entah apa namanya menjangkiti dirinya. Wajahnya mendadak pucat. Dalam kebingungan dia begitu gelisah. Tiada henti dia bolak-balik ke kamar mandi. Emak Siti, emaknya, yang sedari tadi memperhatikannya jadi khawatir anaknya mengalami sesuatu yang tidak diinginkan.

             “Ada apa, Nduk?” tanya sang emak menunjukkan ekspresi khawatir.

Aura menggeleng, tapi Emak Siti tampaknya tak mempercayainya begitu saja kalau anaknya itu tidak apa-apa.  “Pasti ada sesuatu yang terjadi,” gumam wanita paruh baya itu menyimpulkan.

                                                                        ***

Itulah pengalaman pertama Aura mengalami menstruasi. Sejak itu pula dia mulai menjadi gadis remaja yang tertarik pada lelaki. Kisah selanjutnya adalah aneka peristiwa yang dialami Aura. Misalnya, lika-liku percintaannya dengan Baskara. Lalu peristiwa-peristiwa tidak menyengkan yang terjadi selama di desa. Juga kehidupan Aura di Jakarta. Banyak suka-duka dialaminya.

Dalam bercerita, Sekhus memilih sudut pandang (point of view)  “ikut bermain”. Artinya, kisah dan tokohnya memang orang lain, tapi pengarang ikut terlibat di dalamnya. Bahkan Sekhu sesekali juga terkesan “serba hadir”. Di sini pengarang memang tetap tidak berperan, tapi pengarang serbatahu apa yang akan dilakukan bahkan apa yang dipikirkan tokohnya. Sekhu juga menggunakan teknik flasback di beberapa bagian.

Membaca novel ini, buat saya cukup terhibur. Tetapi, yang lebih penting, saya melihat potensi Sekhu yang sangat besar untuk melahirkan karya-karya yang lebih serius di kemudian hari. Keterampilannya menulis tidak diragukan lagi. Sekhu sudah malang-melintang bekerja sebagai wartawan. Selain itu, Sekhu juga sudah menulis banyak cerpen, puisi, esai, dan juga novel. Beberapa cerita pendek Sekhu yang saya baca – mungkin tak lama lagi bisa dinikmati pembaca umum--  menunjukkan kemampuan Sekhu yang terus berkembang.

                                                                      ***

Di bagian akhir (Bab 12), setelah kematian Hardi, suaminya, Baskara muncul lagi dalam kehidupan Aura. Bahkan pada suatu hari Baskara datang bersama kedua orangtuanya. Berikut penggalan ceritanya:

          “Sebenarnya aku tidak setuju....” ucapan Bu Baskara mengagetkan semuanya.

Melihat keadaan demikian, Bu Baskara buru-buru langsung meneruskan ucapannya, khawatir semua jadi salah mengerti ucapannya, “Tapi mendengar ucapan anakku Baskara yang begitu sangat cinta sekali, aku jadi luluh. Sungguh aku sangat terharu dengan kesungguhan anakku itu yang sampai-sampai mengatakan tidak akan menikah seumur hidupnya kalau aku sebagai ibu yang mengandung tidak menyetujuinya jadi akhirnya aku setuju.”

Mendengar ucapan begitu mengharukan itu, Baskara tampak serta-merta langsung memeluk Bu Baskara erat-erat. Bu Baskara pun demikian menyambut pelukan anaknya itu dengan dekapan lebih erat lagi, bahkan kemudian melambai-lambaikan tangannya pada Aura untuk turut serta saling berpelukan bersamanya.

Aura tentu senang dan kemudian langsung nurut untuk turut berpelukan dengan ibu dan anaknya itu.

        “Aku lihat ada chemistry. Chemistry antara Baskara dan Aura sebagai suami-istri, jadi dengan tulus ikhlas aku setuju dan berdoa semoga hubungan Baskara dan Aura diridoi dan dilanggengkan oleh Tuhan untuk selama-lamanya,” Bu Baskara terdengar memanjatkan doanya penuh keharuan karena bersatunya Baskara dan Aura. Bahwasanya pasangan sejati yang penuh chemistry itu memang sudah semestinya direstui bersatu dan disatukan.

Tiba-tiba terdengar suara si kecil Laras memecah suasana keharuan. Aura tentu segera menghampirinya, langkahnya bergegas masuk ke kamar, di mana anaknya tampak tergolek sendiri. Begitu juga Baskara yang langsung tanpa ragu-ragu melangkahkan kaki mendampingi ibu muda cantik beranak satu itu. Bahkan Baskara tak sungkan-sungkan menunjukkan perhatian dengan mengajak bicara dengan Laras penuh rasa kasih sayang. Adapun Laras tampak menanggapinya dengan reaksi positif seperti mau diajak bicara dengan tawa khas keceriaan seorang bayi.

Melihat Baskara tampak begitu perhatian dan penuh kasih sayang pada Laras, Aura lega dan sungguh amat sangat berbahagia.  Selamat membaca.

  • Atmojo adalah penulis yang meminati bidang filsafat, hukum, dan seni.

                        

###

Ikuti tulisan menarik atmojo lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler