1. Dengan atau tanpamu, kopi tetaplah kopi yang tiap cecapnya penuh cinta. Entah tentang cinta yang suka atau cinta yang luka.
2. Berbatang-batang sepi menyala sepanjang hari. Dan puisi ini adalah muram cuaca, rumah bagi luka dari kisah lama.
3. Tahukah kau kekasihku, api itu begitu hidup di tubuhku, meski musim penuh hujan dan cuaca lain. Andai engkau tiada di sisi, pasti aku terbakar sepi.
4. Akulah puisi yang terbenam di kepalamu, mengakar di dadamu dan berbunga di bibirmu. Padanya cinta tak usai bercerita.
5. Pada bidang dadamu, rasaku jatuh, kasihku luruh. Aduh.
6. Mungkin cinta semacam pagi yang sibuk menyiapkan secangkir kopi, yang diaduk dengan lengan-lengan kesepian.
7. Kau tak perlu tahu, Ing. Tak perlu. Cukup aku dan daun-daun itu yang merasakan betapa gigil malam tanpa pelukan.
8. Malam adalah taman, tempat puisi tumbuh dari ranting-ranting waktu. Dan kau cinta, bunga yang kubiarkan jatuh di mataku.
9. Bersiaplah, Ing, aku akan menemuimu dengan membawa musim yang lebih dingin dari masa lalu.
10. Mungkin rindu semacam percakapan sepi dan secangkir kopi pada hari yang hujan, di sepasang bibir yang menunggu kecupan.
Ikuti tulisan menarik Dien Matina lainnya di sini.