Pensiunan PT Chevron Pacific Indonesia. Menjadi Pemerhati aspal Buton sejak 2005.

Hilirisasi Aspal Buton Seharusnya Sudah Dilaksanakan Sejak Tahun 2015

Senin, 5 September 2022 22:53 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Seandainya saja mesin waktu itu benar-benar ada, maka marilah kita, rakyat Indonesia bersama-sama kembali ke masa lalu, di tahun 2015. Dimana pada tahun itu untuk pertama kalinya Pak Jokowi menginstruksikan kepada semua jajaran Kementerian-kementerian terkait untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Dan marilah kita, rakyat Indonesia bersama-sama berbisik pelan-pelan di telinga Pak Jokowi: “Pak Jokowi, mohon hendaknya hilirisasi aspal Buton dimulai sekarang, di tahun 2015”.

Pada awal tahun 2015, Bapak Presiden Joko Widodo telah menginstruksikan kepada semua jajaran Kementerian-kementerian terkait untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Ini merupakan upaya Pak Jokowi yang sangat jenius dan perlu dipuji. Karena Pak Jokowi sejatinya telah mau mendengarkan suara hati nurani rakyat Indonesia. Tetapi seharusnya instruksi Pak Jokowi pada saat itu dijadikan momentum bersejarah sebagai tahun dimulainya hilirisasi aspal Buton.

Baru-baru ini diberitakan bahwa Bangka Belitung merupakan penghasil bijih timah nomor dua terbesar dunia. Dan pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Bangka Belitung sekarang ini sedang memfokuskan diri untuk mengembangkan hilirisasi timah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dari timah, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat setempat secara signifikan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Kelihatannya sekarang ini pemerintah Indonesia sudah mulai paham bahwa kebijakan mengekspor bahan-bahan mentah mineral selama ini merupakan sebuah kesalahan besar yang sangat fatal. Sehingga telah merugikan rakyat Indonesia. Oleh karena itu hilirisasi bahan-bahan mineral sekarang ini wajib sudah menjadi perhatian dan prioritas utama pemerintah. Dan sudah tidak boleh ditunda-tunda lagi. Hilirisasi bahan-bahan mineral yang sekarang ini sedang dalam proses pembangunan “Smelter” nya adalah untuk bahan-bahan mineral tembaga, emas, dan nikel. Tetapi mengapa pembangunan dan pengembangan hilirisasi bahan-bahan mineral lainnya proses perkembangannya terkesan sangat lambat, kurang bergairah, dan tanpa arah?.

Perhatian pemerintah untuk membangun dan mengembangkan “smelter-smelter” untuk bahan-bahan mineral emas, tembaga, dan nikel sangat luar biasa besarnya. Tetapi untuk membangun dan mengembangkan “smelter” untuk aspal Buton hampir tidak terdengar sedikitpun gaungnya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa hilirisasi aspal Buton selama ini selalu diabaikan, dan tidak menjadi program strategis dan prioritas nasional? Apakah masih ada kegamangan dari visi, persepsi, dan motivasi dalam mengimplementasikan hilirisasi aspal Buton ini?.

Indonesia mengimpor aspal sejumlah 1,2 juta ton per tahun, atau senilai US$ 600-900 juta per tahun. Seandainya saja sejak tahun 2015 yang lalu pemerintah Indonesia telah mulai membangun dan mengembangkan hilirisasi aspal Buton dengan mendirikan Pabrik Ekstraksi Aspal Buton (“smelter”), maka sekarang sudah tentu banyak devisa negara yang telah dapat diselamatkan dan dihemat tiap tahunnya. Disamping itu yang paling penting adalah dengan adanya hilirisasi aspal Buton, maka sejatinya akan meningkatnya pertumbuhan ekonomi rakyat. Dan dengan adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi rakyat, maka antara lain, akan menciptakan banyak lapangan kerja baru. Dan dengan terciptanya banyak lapangan kerja baru, maka akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat. Dan demikian seterusnya. Jadi siklus ini merupakan dampak langsung “Muliplier Effect” dari hilirisasi aspal Buton.

Mari kita tengok sejenak ke belakang. Seandainya saja hilirisasi aspal Buton sudah dilaksanakan sejak tahun 2015 yang lalu, maka sebagian besar infrastruktur jalan-jalan yang telah dibangun oleh Pak Jokowi sudah menggunakan aspal Buton. Alangkah bangga dan bahagianya seluruh rakyat Indonesia. Tetapi apa fakta yang terjadi sekarang? Semua infrastruktur jalan-jalan telah menggunakan aspal impor. Dan tentu saja yang pasti merasa bangga dan bahagianya adalah para importir aspal. Rakyat Indonesia hanya bisa “mengigit jari”. Lalu, apa makna dari instruksi Pak Jokowi untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton yang sudah pernah diucapkannya pada tahun 2015? Apakah itu hanya merupakan pencitraan semata?

Semua kejadian di masa lalu itu pasti ada hikmahnya. Sekarang kita harus berpikir jauh ke depan. Mari kita himbau agar pemerintah Indonesia sekarang harus mau segera melaksanakan hilirisasi aspal Buton sebagai prioritas utama. Lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali. Karena selama ini sudah banyak sekali waktu yang terbuang sia-sia. Sekarang masih ada sedikit kesempatan. Mumpung pemerintahan Pak Jokowi masih tersisa 2 tahun lagi.

Pada saat ini sedang ada upaya-upaya untuk membangun dan mengembangkan hilirisasi timah dan juga aspal Buton. Kedua bahan-bahan mineral ini sebenarnya sudah sangat-sangat terlambat untuk dibangun “Smelter” nya. Dan kalau misalnya saja pemerintah hanya memiliki dana investasi yang sangat terbatas, hilirisasi mineral apa yang harus didahulukan? Hilirisasi mineral apa yang dampaknya paling cepat dan langsung akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi rakyat secara signifikan? Apa faktor utama yang harus menjadi kunci keberhasilan dari sebuah hilirisasi bahan-bahan mineral yang dapat diukur ?

Faktor utama yang paling penting, dan harus menjadi tolok ukur utama sebagai sebuah keberhasilan suatu hilirisasi bahan-bahan mineral adalah harus memiliki “Multiplier Effect” yang banyak. Produk jadi siap pakai harus dapat dimanfaat oleh seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali. Mulai dari orang-orang kaya, hingga orang-orang miskin. Mulai dari generasi sekarang, hingga generasi berikutnya. Mulai dari hari ini, hingga sampai ratusan tahun lagi ke depan. Jadi kalau kita akan membandingkan antara produk jadi hasil dari hilirisasi timah dan hasil dari hilirisasi aspal Buton, maka hilirisasi bahan mineral apa yang akan memiliki “Multiplier Effect” paling banyak untuk rakyat Indonesia? Sudah pernahkah pemerintah  melakukan studi, pengkajian, dan penelitian mengenai hal ini secara lebih mendalam? Rasanya tidak pernah sama sekali.

Kalau kita kaji dan analisa sebagai orang awam, kelihatannya hilirisasi aspal Buton yang akan memiliki “Multiplier Effect” paling banyak untuk rakyat. Mengapa? Karena aspal Buton akan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan dan pemeliharaan jalan-jalan di seluruh wilayah Indonesia. Aspal Buton dapat digunakan untuk pembuatan dan pemeliharaan jalan-jalan Tol, jalan-jalan Provinsi, jalan-jalan Kabupaten, maupun jalan-jalan Desa. Dan juga termasuk untuk jalan-jalan di daerah terpinggir, terpencil, dan tertinggal. Dengan adanya semua jalan-jalan yang terbuat dari aspal Buton ini, maka transportasi orang-orang, dan barang-barang produksi dan komsumsi akan berjalan dengan lancar dan cepat. Dan dengan demikian roda perekonomian akan berputar dengan sangat cepatnya. Sehingga akan berdampak langsung kepada terciptanya banyak sekali lapangan kerja baru di seluruh wilayah Indonesia. Mulai dari Sabang, hingga Merauke. Bukankah ini merupakan cita-cita Pak Jokowi sendiri dengan kebijakan pembangunan infrastruktur jalan-jalan di seluruh wilayah Indonesia? Lho, kok sekarang hilirisasi aspal Buton malah “ketinggalan kereta”?

Sebagai tambahan, produk samping dari proses ekstraksi aspal Buton yang berupa batu gamping atau CaCO3 masih memiliki nilai tambah ekonomis yang sangat menguntungkan. Produk-produk industri dari turunan-turunan bahan baku aspal Buton ekstraksi dan CaCO3 banyak sekali. Kesimpulannya “Multiplier Effect” dari hilirisasi aspal Buton akan sangat luar biasa banyaknya, khususnya untuk menciptakan lapangan kerja baru untuk generasi mendatang.

Mungkin perbandingan yang sama dapat kita lakukan juga diantara hilirisasi emas, tembaga, dan nikel, dengan hilirisasi aspal Buton. Bahan mineral apa yang memiliki “Multiplier Effect” yang paling banyak?. Sudah pasti jawabannya adalah hilirisasi aspal Buton. Kemungkinan besar mengapa hilirisasi aspal Buton sampai sekarang ini masih belum dapat diwujudkan adalah karena pemerintah tidak pernah melakukan studi, pengkajian, dan penelitian yang lebih mendalam mengenai dampak langsung “Multiplier Effect” dari hilirisasi bahan-bahan mineral tersebut terhadap kemakmuran dan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Atau mungkin memang ada skenario lain yang tersembunyi dari kebijakan hilirisasi bahan-bahan mineral yang kita, sebagai rakyat tidak tahu.

Seandainya saja mesin waktu itu benar-benar ada, maka marilah kita. rakyat Indonesia bersama-sama kembali ke masa lalu, di tahun 2015. Dimana pada tahun itu untuk pertama kalinya Pak Jokowi menginstruksikan kepada semua jajaran Kementerian-kementerian terkait untuk menggantikan aspal impor dengan aspal Buton. Dan marilah kita. rakyat Indonesia bersama-sama berbisik pelan-pelan di telinga Pak Jokowi: “Pak Jokowi, mohon hendaknya hilirisasi aspal Buton dimulai sekarang, di tahun 2015.”.

 

Bagikan Artikel Ini

Baca Juga











Artikel Terpopuler