x

Kesetaraan Gender untuk berkolaborasi dalam pembangunan bisnis, ekonomi, teknologi, serta hubungan politik secara masif. Sehingga tidak sekedar teori feminisme, akan tetapi layaknya untuk penerapannya.

Iklan

Yafet Ronaldies

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 9 Agustus 2022

Sabtu, 10 September 2022 17:24 WIB

Keperempuanan dan Kesetaraan Gender

Pemaknaan kata wanita dan perempuan sangat jauh berbeda. Dalam isu kesetaraan gender jangan sampai hanya menjadi teori-teori klasik yang begitu indah, tetapi dalam penerapan kesetaraan gender masih anggan-anggan atau hanya mimpi dibalut halusinasi. Perlu penerapan serta pembuktian yang signifikan.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Sebelum lebih jauh mengetahui tentang kesetaraan gender, alangkah lebih baiknya jika kita mengetahui perbedaan kata antara wanita dan perempuan. Kerap kali kedua kata ini masih banyak salah pemaknaan secara histori pun filosofinya. Oleh sebab itu, terlebih dahulu akan membahas perbedaan kata antara ‘wanita’ dan ‘perempuan’. Dalam bahasa Jawa ‘wanita’ diartikan sebagai istilah wani ditata, yang berarti bisa diatur-atur. Secara konteks lebih luas istilah wanita Jawa, kata ‘wanita’ konon juga berasal dari kata wani (berani) dan tapa (menderita). Makna kata ini mengartikan wanita itu adalah sosok yang berani menderita, bahkan untuk orang lain. Sementara itu secara implisit membahasakan kata wanita dengan istilah kaum bervagina dan harus diatur oleh kaum berpenis (karena hanya terdapat dikotomi jenis kelamin). Istilah lain menjabarkan bahwa diksi kata wanita berasal dari bahasa sansekerta: wan yang berarti nafsu, sehingga kata wanita mempunyai arti yang dinafsui atau hanya sekedar objek seks. Sementara itu, kata wanita menunjukkan makna pada pemelihara yang sabar, pasif, diam, menjadi pesakitan, kurang standar, tidak diharap untuk menonjolkan diri, boleh berprofesi tetapi kurang atau bahkan tidak diakui peranannya.

Sedangkan makna dan arti dari kata perempuan, berasal dari kata “empu” yang berarti tuan, orang yang mahir atau berkuasa, kepala hulu, yang paling besar, adapula yang mengartikan sebagai yang dihargai. Kata perempuan berhubungan dengan kata empu yang artinya sokong, memerintah, penyangga, penjaga keselamatan, bahkan wali. Karena makna definistik kata perempuan yang penuh dengan pemberdayaan serta perlawanan, maka perempuan dijadikan sebagai simbol gerakan. Kongres Perempuan Pertama, 22 Desember 1928 misalnya, tidak menamai kongres tersebut dengan wanita melainkan perempuan untuk menunjukkan sikap perlawanan atas penindasan yang dirasakan oleh kaum perempuan. Akan tetapi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata perempuan masih sangat sempit. Arti perempuan dalam KBBI adalah orang (manusia) yang mempunyai vagina, biasanya dapat menstruasi, hamil, melahirkan anak, atau menyusui. Hanya sebatas itu saja pengertian perempuan dari KBBI.

Dari penjelasan dan perbedaan makna kata perempuan dan makna wanita, penulis lebih memilih kata perempuan. Ada beberapa alasan, diantaranya: pertama, kata perempuan mengarah pada makna yang luas dan mendalam. Perempuan bukan lagi sebagai objek seks (the second sex). Kedua, kata perempuan menunjuk makna kemandirian. Ini artinya, perempuan bukan makhluk yang selalu tergantung pada laki-laki. Perempuan merupakan sosok yang berdiri sendiri, meski di sisi lain tidak bias dipungkiri bahwa laki-laki dan perempuan adalah suatu kesatuan yang tidak dapat di pisahkan. Mereka bersifat saling melengkapi (komplemen).

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Secara pemaknaan perempuan dapat diartikan sebagai seseorang yang memiliki sepenuhnya tubuhnya dan dia menjadi tuan atau pemilik sepenuhnya atas dirinya sendiri. Kata perempuan juga memiliki pengertian secara eksplisit sebagai kemederkaan dalam memperjuangan hak-hak perempuan. Oleh sebab itu, lembaga atau institusi menamai dengan kata perempuan seperti, Komnas Perempuan dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan. Secara keseluruhan makna kata perempuan memiliki pengertian yang lebih mandiri, merdeka dalam bertindak dan bertanggung jawab atas apa yang telah dikerjakan. Kemudian, jika Indonesia ingin menjadi bangsa yang terhormat, maka pemaknaan arti perempuan haruslah dijunjung tinggi untuk dihargai dan hormati.

Memang secara sebutan, kata wanita lebih elegan dibanding kata perempuan. Contohnya seperti wanita karir. Kan masih agak asing ketika dikatakan perempuan karir. Tidak dipungkiri penggunaan kata menjadi pesona utama dibanding semua makna. Perlu ditekankan sekali lagi, apalah arti sebuah kata yang indah dan elegan akan tetapi maknanya tidak elegan dan secara terminologi cacat pengartian.

Kemudian bicara soal kesetaraan gender, disini penulis mendeskripsikan secara gambaran umum terlebih dahulu. Apa tujuan serta pemaknaan kesetaraan gender. Lebih lanjut, gender itu hanya ada dua; laki-laki dan perempuan. Titik cukup sampai disitu, tidak lebih dan tidak kurang. Bahkan semua agama atau kepercayaan sepakat cuman ada dua gender itu. Nah, persoalannya jika ada orang yang secara tiba-tiba mengakui secara gender dia netral atau katanya setengah-setengah (bencong). Ini tidak masuk dalam kategori gender. Karena kembali di awal. Tuhan yang Maha Esa, hanya menciptakan dua gender, laki-laki dan perempuan, gak lebih.

Sesungguhnya bukan hanya agama langit (revealed religion), agama-agama bumi (philosophical religion) juga membicarakan permasalahan gender yang menyangkut hubungan antara laki-laki dan perempuan dan hal tersebut sangat mempengaruhi sudut pandang penganutnya. Kedatangan era baru ini membuat terjadi perubahan yang sangat mendasar terhadap posisi perempuan yang selama ini hanya bergelut dalam dunia domestiknya.

Mary Wollstonecraft (penulis, filsuf dan feminis dari Spitalfields, London Britania Raya yang hidup pada dekade abad ke-18) yang dengan lantang menyerukan persamaan hak di antara lelaki dan perempuan serta menolak semua bentuk perbudakan. Dia juga sangat tajam mengkritik kebiasaan lelaki pada masa itu yang menjadi tirani terhadap keluarga. Pada sisi lain dia meminta perempuan untuk lebih bersikap jantan dan lebih maskulin. Inti dari perjuangannya adalah persamaan hak di antara lelaki dan perempuan seperti diungkapkannya: “Untuk membuat umat manusia lebih berbudi luhur, dan tentu saja lebih bahagia, kedua jenis kelamin harus bertindak dari prinsip yang sama: tetapi bagaimana hal itu bisa diharapkan ketika hanya satu yang diizinkan untuk melihat kewajarannya?(yaitu laki-laki). Untuk membuat kesepakatan sosial benar-benar adil, dan untuk menyebarkan prinsip-prinsip yang mencerahkan itu, yang hanya dapat memperbaiki nasib laki-laki. Karena mereka (perempuan) sekarang dibuat begitu rendah oleh ketidaktahuan dan keinginan yang rendah, sehingga tidak layak untuk disamakan dengan mereka(laki-laki): atau, oleh kelicikan yang menggeliat, mereka (laki-laki) menaiki pohon pengetahuan, dan hanya memperoleh cukup untuk menyesatkan manusia.”

Semenjak itu diskusi dan perdebatan mengenai posisi perempuan yang selama ini dianggap sebagai makhluk cerewet, pelacur dan tidak berguna mulai diarahkan kepada aspek-aspek ilmiah baik itu perbedaan sosial, kultural, fisik, kehidupan seks dan peran perempuan sebagai ibu.

Selanjutnya apabila abad ke 17 dan 18 merupakan era kebangkitan perempuan, maka abad ke 19 dan 20 dianggap sebagai zaman puncak kebangkitan tersebut, dimana perempuan mulai aktif diberbagai bidang yang selama ini dinominasi oleh lelaki. Selogan persamaan hak di antara lelaki dan perempuan semakin nyaring terdengar. Perbedaan kelamin bukan penghalang dalam persamaan hak pada aspek-aspek kehidupan yang lain.

Implementasi tujuan kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan di Indonesia adalah tugas yang sangat berat. Bagaimanapun juga akan bergantung atau didasarkan pada sejumlah kondisi, yang tidak dapat dihindari. Kebenaran dari pernyataan di atas juga terbukti dalam kenyataan bahwa kondisi tidak hanya realistis untuk pencapaian tujuan kesetaraan gender. Perjuangan mencapai kesetaraan gender, sebenarnya hampir final, akan tetapi penerapannya masih jauh dari harapannya. Saat ini, penting untuk dicatat bahwa karena realisasi kesenjangan yang diciptakan oleh marjinalisasi dan ketidakadilan sosial terhadap perempuan dan hilangnya mata rantai dalam agenda pembangunan oleh terbatasnya akses ke peluang yang ada di hampir semua sektor sosial-politik, ekonomi, bisnis dan lainnya.

Penjelasan serta penguraian pembahasan tentang kesetaraan gender ini adalah pemikiran bahwa salah satu indikator kemajuan dan perkembangan suatu bangsa adalah posisi-posisi strategis untuk para perempuan. Oleh sebab itu, perempuan dipandang sebagai alat untuk perubahan positif serta tujuan yang bergantung pada tingkat akses ke peluang untuk mengaktualisasikan potensi dan bakat mereka. Selain itu, mempromosikan kesetaraan gender untuk implementasi dalam perlindungan hak asasi manusia sangat penting bagi seluruh kepedulian terhadap pembangunan manusia. Berpusat pada memungkinkan orang untuk menjalani kehidupan yang mereka hargai dan memungkinkan mereka untuk mewujudkannya. Potensi sebagai manusia. Menyadari meningkatnya kebutuhan akan kesetaraan gender juga terkait dengan kelangsungan hidup dan perkembangan anak-anak dan pembangunan komunitas, masyarakat dan bangsa yang sehat. Kesenjangan dari kesetaraan gender, masih sangat rumit dalam era milenial pun Generasi Z saat ini. Bagaimanapun, adalah dilema tindakan oleh pemerintah Indonesia yang dicirikan oleh salah pemerintahan, kurangnya kemauan politik, serta maraknya budaya patriarki yang masih berlaku, investasi publik yang salah dan ketiadaan kapasitas produktif yang memadai akan menciptakan peluang bagi pemberdayaan dan pembangunan perempuan.

Para perempuan di Indonesia dapat dilibatkan dalam berbagai peran, seperti dalam kancah politik, bisnis, teknologi, hukum keagamaan dan sebagainya. Misalkan dalam peran politik kaum ini memiliki kemungkinan dapat menyukseskan kepentingan suatu partai. Dalam bisnis selain kaum perempuan dapat berperan sebagai pencipta komoditas sekaligus konsumen. Dalam aspek teknologi selain sebagian besar pengguna dalam bidang sosial, hingga saat kini masih dalam proses pencapaian mitra sejajar baik dalam bidang pendidikan maupun bidang usaha.  Perempuan Indonesia kini berada dalam suatu era transisi kebudayaan, ia memiliki peran ganda yang tidak ringan. Perempuan harus dapat berhati-hati menentukan posisi dan perannya, hingga dalam melakukan kegiatannya hendaknya tidak menjadi korban berbagai kepentingan individu maupun kelompok, swasta maupun birokrat. Harus selalu berada dalam koridor etis dan moralitas, berikanlah perlindungan hukum yang layak padanya. Karena perempuan Indonesia akan memberi kontribusi yang penting terhadap kesejahteraan keluarga, bangsa, negara dan agamanya.

Sesungguhnya mendudukkan hubungan di antara lelaki dan perempuan pada posisi yang saling melengkapi dan membedakan di antara equality, uniformity and identicalness.

Terakhir, ngomongin soal kesetaraan gender yang telah dibahas dari atas. Inti keseluruhannya adalah bagaimana laki-laki dan perempuan dapat menjadi patner dalam berkolaborasi untuk memajukan suatu bangsa, dari berbagai sector. Entah itu sektor bisnis, ekonomi, sosial, politik, hukum, agama pun lainnya. Sehingga kedua gender ini tidak ada yang terlalu berlebihan untuk mendominasi. Setara artinya sama tidak ada membedakan secara masif. Perbedaan itu hanya pada pertumbuhan fisik dan cara kerja organ tubuh (yang telah diciptakan begitu indah oleh Tuhan Yang Maha Esa).

Ikuti tulisan menarik Yafet Ronaldies lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB

Terkini

Terpopuler

Puisi Kematian

Oleh: sucahyo adi swasono

Sabtu, 13 April 2024 06:31 WIB