x

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 13 Oktober 2022 06:33 WIB

Dinamika Cara Melukiskan Karakter

Sebagian orang terjebak dalam satu cara simplistik ketika melukiskan karakter jahat. Sedangkan ada cara lain melukiskan karakter. Bagaimana caranya? Sila baca tuntas.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Saya sering nonton film Indonesia yang menggambarkan tokoh jahat dengan aneh.  Si tokoh jahat ditampilkan suka tertawa ngakak keras sekali dengan tanpa sebab.  Kadang didahului percakapan lalu mendadak dia tertawa keras.  Atau ketika muncul si tokoh jahat tertawa ngakak.  Selain itu penampilan mereka hampir selalu digambarkan sangar dan semrawut. Cara bicaranya kasar.  Pertanyaannya, apakah semua orang jahat suka tertawa keras?  Apakah mereka semua pasti berpenampilan sangar? Apakah mereka selalu omong kasar?
  
Dalam pandangan saya gambaran seperti itu adalah sangat simplistik.  Tidak semua orang jahat suka tertawa ngakak, omong kasar dan berpenampilan sangar.   Silahkan lihat sendiri para penjahat itu.  Banyak yang bahasanya halus, tidak kasar dan wajahnya juga tidak sangar.  

Kebanyakan wajah mereka justru tidak sangar tapi memang ada sebuah ciri yang memberi petunjuk ke arah itu. Ada seorang pakar Barat yang mengkaji foto para penjahat.  Dia lalu menemukan sebuah pola yang sama pada semuanya.  Almarhum ayah saya juga pernah memberitahu bahwa ada sebuah ilmu (ketrampilan) untuk mengenali watak seseorang dari ekspresinya.


Apa yang ingin saya katakan adalah, penulis atau sutradara ketika melukiskan tokoh jahat sebaiknya bervariasi.  Gambaran tokoh jahat yang mampu berbicara dengan sopan dan halus belum banyak muncul dalam sastra dan film Indonesia.   Jika kita mampu menggambarkan tokoh jahat yang sopan ini justru mempermudah kita memberi kejutan.  Karena orang yang halus pasti dikira orang baik.  Maka pembaca akan terkecoh di awalnya.  

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Ada istilah white collar crime atau kejahatan kerah putih. Maksudnya kejahatan yang dilakukan dengan canggih. Tindakan jahatnya tanpa kekerasan. Senjatanya bukan senjata tajam atau senjata api tapi ilmu atau ketrampilan otak.  Penjahatnya tidak berpenampilan sangar dan semrawut. Mereka berpakaian rapi. Tidak jarang berpendidikan tinggi. Cara omongnya halus dan sopan.  Hasilnya bukan sekedar motor atau hand phone tapi nilainya jauh lebih tinggi, bisa milyaran rupiah.

Penjahat berkerah putih belum tentu laki laki.  Ada juga perempuan. Lazimnya perempuan suka dandan sehingga penampilannya rapi dan cantik. Suaranya lembut.  Ada yang arogan dan ada juga yang ramah. Mereka yang ramah ini selalu menyapa duluan ketika bertemu.  Mereka bisa memiliki emosi yang labil. Maka omongannya kadang ketus kadang hangat.

Dalam dunia nyata memang banyak orang yang sangat pintar memakai topeng. Cara berpakaian, penampilan, cara bicara mereka menimbulkan kesan positif. Tidak jarang mereka juga suka menyumbang uang kepada masyarakat. Mungkin dengan perhitungan untuk menimbulkan rasa simpati di kalangan masyarakat. 

Hasilnya memang bagus. Masyarakat memiliki kesan positif. Popularitas mereka tinggi. Meskipun elektabilitasnya belum tentu tinggi. Karena popularitas dan elektabilias tidak identik.

Gambaran simplistik penjahat biasa tidak mampu memberi kejutan kepada pembaca. Sedangkan gambaran penjahat kerah putih malah bisa lebih mengejutkan buat pembaca.  Tidak menutup peluang penjahat biasapun bisa digambarkan seperti penjahat kerah putih.

 

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler