FSBJ IV 2022: Menghargai Seni dan Memaknai Pekik Sunyi Tarian Bumi
Sabtu, 15 Oktober 2022 08:31 WIBPada tahun 2022 ini, Bali menggelar Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV yang mengusung tema “Jaladhara Sasmitha Danu Kerthi” (Air sebagai Sumber Peradaban). Secara historis, festival ini sebetulnya digagas oleh seniman multitalenta Ny. Putri Suastini Koster. Pertama kali digelar oleh Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2019, dengan tujuan memberi ruang seluas-luasnya kepada para seniman modern untuk menunjukkan kreativitasnya.
Pada tahun 2022 ini, Bali menggelar Festival Seni Bali Jani (FSBJ) IV yang mengusung tema “Jaladhara Sasmitha Danu Kerthi” (Air sebagai Sumber Peradaban). Secara historis, festival ini sebetulnya digagas oleh seniman multitalenta Ny. Putri Suastini Koster. Pertama kali digelar oleh Pemerintah Provinsi Bali pada tahun 2019, dengan tujuan memberi ruang seluas-luasnya kepada para seniman modern untuk menunjukkan kreativitasnya.
Adanya event yang digelar tahunan ini, tentu saja membuat iklim dan geliat seni budaya di Bali semakin beragam dan berkembang. Khazanah seni budaya Bali ibarat lumbung tambang yang tak habisnya melahirkan talenta-talenta dan karya luar biasa dalam lintasan abad berlari. Hal ini bahkan dikomentari Hilmar Farid selaku Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek dalam sarasehan FSBJ 2019. Bahwa Bali punya kekuatan pusat seni kontemporer dunia. Tumbuh dari bawah, bukan hasil cangkokan dari atas.
Sejatinya, Festival Seni Bali Jani (FSBJ) adalah langkah mutakhir Pemerintah Provinsi Bali yang mendukung penuh dan memapah perkembangan seni dan budaya. Jauh sebelum FSBJ digelar, sebetulnya Bali telah memberikan ruang terhadap tarian napas seni tradisi melalui 44 tahun Pesta Kesenian Bali (PKB) yang pertama kali digelar pada tahun 1979. PKB digagas oleh Ida Bagus Mantra (gubenur periode 1978-1988) dengan tujuan menggali, melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai seni budaya Bali yang adhiluhung.
Karpet Merah untuk Seni Budaya
FSBJ IV tahun ini digelar dari tanggal 9 hingga 23 Oktober 2022. Festival ini adalah satu di antara sekian banyak ‘berlian-berlian’ wadah kesenian yang mendarah daging dalam labirin jiwa masyarakat Bali. Dalam masa yang panjang, nilai seni dan budaya begitu dihargai di tempat tertinggi, dan telah mencapai pada titik yang sublim serta begitu berjalin kelindan dalam keseharian. Masyarakat Bali memiliki karakter kuat dalam mencandikan jiwa, spirit, taksu, dan ide-ide cemerlang yang tentu saja merupakan bagian dari ruh dan saripati festival ini.
Selain memiliki ritual keagamaan dengan nilai-nilai luhur yang tinggi, Bali juga memiliki masyarakat kolaborasi dan sinergi terkait nilai-nilai seni. Melalui FSBJ, Bali punya formulasi yang khas dalam membentuk medan magnet yang kuat, untuk menjadi pusat seni kontemporer dunia. Dalam FSBJ, berbagai karya seni tradisi dieksplorasi hingga bertransformasi menjadi bentuk karya baru seperti teater modern, tari kontemporer, gamelan kontemporer, wayang golek modern, dan lain sebagainya.
Pada tahun ini, konsep FSBJ IV 2022 tidaklah jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya untuk memadahi kreatifitas seni masa kini. Selain melibatkan ribuan seniman, FSBJ IV mempersembahkan karpet merah untuk seni dan budaya melalui gelaran: aguron-guron (worsksop), adilango (pagelaran), pawimba (lomba), beranda pustaka (bursa bulu), timbang rasa (sarasehan), megarupa (pameran), utsawa (parade), dan Bali Jani Nugraha (penghargaan) terhadap insan-insan seni budaya Bali yang berkontribusi dan punya dedikasi tinggi dalam kancah seni budaya Bali. Terkait ini, maka pada event sebelumnya FSBJ telah memberikan penghargaan untuk insan seni budaya Bali antara lain: Dewa Gede Kumarsana (bidang sastra), Warih Wisatsana ( bidang sastra dan kurator seni), I Nyoman Wirata (bidang sastra dan seni rupa), Umbu Landu Paranggi (bidang sastra), I Wayan Sunarta (bidang sastra dan kritik seni), dan Putu Satria Koesuma (bidang teater).
Dengan diadakannya FSBJ IV 2022 ini, maka tertunai sudah amanat Perda Bali Nomor 4 Tahun 2020 tentang Penguatan dan Pemajuan Kebudayaan Bali berdasarkan asas yang dijiwai oleh filosofi Tri Hita Karana yang bersumber dari kearifan lokal Sad Kerthi meliputi: spiritualitas, kearifan lokal, kemanusiaan, gotong royong, dan kesejahteraan. Jantra Seni Bali yang pertama digelar tahun 2020, atau setahun setelah gelaran pertama FSBJ, turut mewarnai apresiasi budaya tradisi untuk penguatan dan pemajuan kearifan lokal, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, pengobatan tradisional, permainan rakyat dan olah raga tradisional.
Air sebagai Isu yang Krusial
FSBJ 1V 2022 tidak saja mengakomodir berbagai pergelaran seni kontemporer, tapi lebih dari itu adalah menyatukan sinergi dalam menjaga keseimbangan alam. Melalui tema “Jaladhara Sasmitha Danu Kerthi” (Air sebagai Sumber Peradaban), FSBJ IV ingin menyatukan kristalisasi nilai-nilai seni dalam diri setiap insan, dengan nilai-nilai harmoni bumi yang semenjak dulu menjadi bagian tak terpisahkan dalam sendi dan napas kehidupan masyarakat Bali. Bahkan tema-tema yang diangkat pada tahun sebelumnya begitu jelas menggambarkan, betapa FSBJ berkontribusi besar dalam membangun karakter dan semangat baru peradaban Bali yang kini di bawah tampuk kepemimpinan Gubernur Wayan Koster.
Terkait tema “Jaladhara Sasmitha Danu Kerthi” (Air sebagai Sumber Peradaban), maka barangkali inilah isu krusial yang berjalin kelindan di Bali saat ini. Secara umum, air memiliki makna yang begitu sublim dalam sendi kehidupan masyarakat Bali. Dalam agama Hindu, air merupakan elemen penting dalam berbagai praktek ritual keagamaan. Air adalah sarana Yadnya (upacara) yang merupakan bagian dari kerangka dalam agama Hindu selain Tattwa (filsafat), dan Susila (etika) untuk mencapai Jagadhita dan Moksa. Air suci yang disebut Tirtha digunakan dalam pelaksanaan berbagai kegiatan dan upacara oleh masyarakat Hindu Bali. Dalam tradisi Veda bahkan disebutkan, bahwa air dipuja dan diberikan penghormatan yang tinggi karena dalam air sangat disucikan sebagai pemberi kehidupan, dan juga berguna untuk pengobatan.
Adapun isu krusial lain dari saripati FSBJ IV 2022 adalah bahwa Bali tak lepas dari isu-isu krisis air bersih dan pencemaran di berbagai sumber air tawar. Pertumbuhan penduduk dan bertambahnya pemukiman, membuat defisit air bersih di Bali tak terelakkan. Eksplorasi dan eksploitasi air tanah yang dilakukan bertahun-tahun, serta merta membuat muka air tanah di beberapa wilayah Bali mengalami penurunan, hingga berimbas pada kualitas air tanah yang tercemar karena adanya intrusi air laut. Terkait krisis air bersih, banyak pihak yang bersuara melalui berbagai penelitian, seminar dan musyawarah. Bahkan Cok Sawitri, seorang aktivis perempuan, seniman, dan juga sastrawan, begitu kritis dan turut serta bersuara melalui sebuah monolog "Perempuan dan Air" yang diselenggarakan di Bentara Budaya, Ketewel, Gianyar pada tahun 2017 silam.
Barangkali inilah yang makna yang hendak disampaikan FSBJ IV tahun ini. Selain sebagai tonggak kebangkitan kesenian modern, kontemporer, dan inovatif, FSBJ IV juga ingin menciptakan harmoni melalui memaknai air sebagai pekik sunyi tarian bumi. Berbagai pihak mesti membuka mata dan wawasan, kritis, dan saling sinergi serta berkolaborasi terkait Danu Kerthi, yaitu upaya untuk menjaga dan menyucikan sumber-sumber air tawar, seperti danau, sungai, dan sumber-sumber mata air lainnya. Adanya Pergub Nomor 24 Tahun 2020 terkait perlindungan sumber-sumber air, adalah angin segar untuk peradaban Bali di masa mendatang. Terlebih dengan dibangunnya Bendungan Tamblang, Titab dan Sidan dinilai sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan dan mengatasi krisis air di Bali. Oktober, 2022
Penulis Indonesiana
0 Pengikut
FSBJ IV 2022: Menghargai Seni dan Memaknai Pekik Sunyi Tarian Bumi
Sabtu, 15 Oktober 2022 08:31 WIBMenumbangkan Pohon Hoaks di Era Digital
Senin, 29 Agustus 2022 19:02 WIBBaca Juga
Artikel Terpopuler