x

Paul Klee-Angelus Novus (1920)

Iklan

Dimas Tri Pamungkas Indonesia.

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 11 September 2022

Sabtu, 22 Oktober 2022 10:36 WIB

Malaikat yang Terputus-Putus, Penebus Masa Lalu yang Bungkuk

Dan pada akhirnya, mesianis saat ini tidak lain adalah upaya untuk pelepasan–semacam melepaskan tinta yang diisi untuk dapat berkonsentrasi pada kertas kosong. Keluarnya tinta, bagaimanapun meninggalkan jejak yang menyimpang–yaitu mesianis tanpa mesianisme. Meskipun jika nanti teksnya hampir tidak terlihat atau bahkan akan terbalik, pastinya kita hari ini mungkin akan menguraikan yang tidak terbaca dan mencairkan yang terbaca.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

“Sebuah lukisan Klee bernama 'Angelus Novus' menunjukkan seorang malaikat yang tampak seolah-olah dia akan menjauh dari sesuatu yang sedang dia renungkan. Matanya menatap, mulutnya terbuka, sayapnya terbentang. Beginilah cara seseorang menggambarkan malaikat sejarah. Wajahnya menghadap ke masa lalu. Di mana kita melihat rantai peristiwa, dia melihat satu bencana tunggal yang terus menumpuk puing-puing di atas puing-puing dan melemparkannya ke depan kakinya. Malaikat ingin tinggal, membangunkan orang mati, dan membuat utuh apa yang telah dihancurkan. Tapi badai bertiup dari Firdaus; sayapnya tersangkut dengan kekerasan sedemikian rupa, sehingga malaikat tidak bisa lagi menutupnya. Badai yang tak tertahankan ini mendorongnya ke masa depan di mana punggungnya berbalik, sementara tumpukan puing di depannya tumbuh ke angkasa. Badai ini adalah apa yang kita sebut kemajuan.” Ucapan Walter Benjamin pada Theses on the Philosophy of History (1940).

Mengingat kembali ucapan Walter Benjamin di atas, dalam tesisnya yang begitu rumit tentang filsafat sejarah, menghantarkan kita untuk kembali memahami kehidupan kita hari ini, hidup dalam waktu yang tidak berjalan dalam siklus alamianya–yang membuat kita kerap kehilangan setiap momen penting dalam kehidupan kita, setiap momen yang memberikan kita makna, yang hari ini telah tergantikan dengan isi yang tidak pasti.

Kehilangan momen adalah kekosongan waktu, dari waktu yang selalu diukur dengan angka–waktu yang secara kusus terikat dengan kapitalisme, yang muncul dari keterkejutan oleh pembaharuan benda-benda yang berubah-ubah begitu cepat. Pada dasarnya, mengalami waktu semacam ini adalah efek mendasar dari adanya teknologi dan sosial, dalam cara hidup kapitalis yang kita gunakan sebagai tempat pelarian untuk menghilangkan penderitaan, keputusasaan dalam kesepian. Artinya, hari ini, masa kini tak bisa lagi tertahankan untuk mengubah hubungan kita dengan citra dan sejarah, serta dengan pengalaman akan keterkejutan itu sendiri.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

***

Waktu yang terikat dengan kapitalisme seperti yang kita alami saat ini-pada waktu kerja dalam produksi komoditas, hanya dapat dipertukarkan. Karena mereka hanya diperlakukan sebagai yang setara, dan unit waktu telah diperlakukan sebagai yang identik. Namun jenis waktu ini memberikan harapan, bahwa kelompok-kelompok yang dikecualikan seperti kaum revolusioner dapat mengakses cara lain untuk mengalami waktu, bahkan dalam konteks kapitalis. Akses inilah yang didengungkan oleh Walter Benjamin dalam ingatan kita melalui Theses on the Philosophy of History sebagai momen ‘mesianik’, yang hadir sebagai bentuk waktu lain.

Adanya bentuk waktu 'mesianik' menurut Benjamin terkait dengan pengalaman kedekatan, dan penciptaan hubungan non-linier dengan titik-titik tertentu pada masa lalu ataupun masa depan. Perlawanan atau pemberontakan dari mereka yang dikecualikan saat ini, sebenarnya mereka sedang terhubung melalui semangat dari perlawanan masa lalu.

Generasi revolusioner masa kini selalu berpotensi menjadi mesias yang ditunggu-tunggu oleh gerakan revolusioner masa lalu. Jika perlawanan kita sendiri 'gagal' di masa sekarang, ia mungkin akan ditebus oleh beberapa gerakan di masa depan, dan tidak ada kesia-siaan, kecuali sistem kapitalis menang secara mutlak sehingga masa lalu juga akan lenyap.  Maka, hanya demi mereka yang dikecualikan dan putus asa kita diberi harapan.

Hari ini, harapan adalah sikap awal yang diarahkan ke masa depan dari sesuatu yang telah diberikan kepada kita oleh mereka yang hidup di masa lalu.  Harapan ini adalah harapan dari orang-orang yang dipindahkan secara terputus-putus dari masa lalu. Dan hanya dari melihat pada masa lalu inilah yang sebenarnya dapat memunculkan masa depan, yang bukan lagi sebagai tantangan dari masa lalu.

***

Secara teoritik, bagi Walter  Benjamin konsep sejarah yang benar-benar historis tidak dapat didasarkan pada waktu yang linier, secara berurutan, dan mekanis, tetapi hanya pada yang tidak linier, disingkat, dan dipadatkan. Dan mesianis secara spesifik menurut Benjamin adalah teologis dari waktu yang penuh dan terpenuhi, serta sejarah adalah subjek yang situsnya tidak homogen, bukan waktu kosong tetapi waktu yang terisi penuh oleh waktu sekarang dalam konsep bidang profan sejarah; revolusioneritas kehidupan mesianis ke kaum revolusioner tanpa identifikasinya dengan yang terakhir.

Kesadaran akan meledakkan rangkaian sejarah adalah ciri khas dari kaum revolusioner. Karena hanya dari inilah korespondensi struktural dengan jeda waktu yang umumnya mengganggu lintas apokaliptik pemikiran mesianis dapat dipertahankan. Pemikiran dialektis yang terkait dengan transformasi mitos, dengan sedikit penyesuaian keduniawian. Dengan kata lain, untuk memenangkan yang memiliki orientasi masa depan, baik secara teologis–sebagai penunda kedatangan mesias, artinya tidak ada masa depan yang datang dengan tepat. Sebab waktu historis tidak selalu memiliki orientasi eskaton akhir sebagai telosnya.

Dengan demikian, sekularisasi waktu mesianis Benjamin tidak sepenuhnya selesai. Sebaliknya, ia mempertahankan hubungan yang kontradiktif dengan mesianis. Hubungan ini tidak diarahkan pada teologis, karena hubungan ini menjelaskan konstelasi temporal tertentu, hubungan arus pendek masa lalu dan masa kini sebagai sekarang, dan dengan demikian menahan aliran linier, ireversibel dari waktu kosong.

Dan sejarah dengan demikian tetap tidak lengkap. Ketegangan mesianis dalam sejarah–keterkaitan yang terakhir dengan penebusan, adalah situs yang tidak stabil di mana ketidaklengkapan ini dapat diubah menjadi lengkap. Pada akhirnya, restitusi mesianis sejarah akan menjadi aktualisasi penuh dari potensi masa lalu yang hilang dan dikecualikan. Akan tetapi dalam kehidupan sehari-hari, restitusi profan bukanlah pintu masuk ke Kerajaan mesianis aktualitas murni, melainkan upaya untuk menginterupsi, menggagalkan jalannya bencana sejarah yang aktual. 

Kekuatan mesianis adalah gerakan berputar, ritme kebahagiaan yang terputus-putus, yang menebus potensi masa lalu kita yang bungkuk, yang secara historis hampir tidak pernah kita sadari hari ini. Dan pada akhirnya, mesianis saat ini tidak lain adalah upaya untuk pelepasan–semacam melepaskan tinta yang diisi untuk dapat berkonsentrasi pada kertas kosong. Keluarnya tinta, bagaimanapun meninggalkan jejak yang menyimpang–yaitu mesianis tanpa mesianisme. Meskipun nanti teksnya hampir tidak terlihat atau bahkan akan terbalik, pastinya kita hari ini mungkin akan menguraikan yang tidak terbaca dan mencairkan yang terbaca.

Ikuti tulisan menarik Dimas Tri Pamungkas Indonesia. lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terkini

Terpopuler