x

Ilustrasi Perempuan Afghanistas. Wikipedia

Iklan

Jihan Mayola

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 24 Oktober 2022

Selasa, 25 Oktober 2022 09:01 WIB

UN Women: Pemberdayaan dan Perjuangan Hak-hak Perempuan di Afghanistan

Ketidaksetaraan Gender telah menjadi masalah yang cukup serius namun ditanggapi kurang serius di dunia, UN Women hadir untuk menyetarakan kembali gender.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Human Security atau keamanan manusia telah menjadi tantangan yang dihadapi dunia sejak tahun 1994, penekanannya ada pada hak-hak fundamental yang seharusnya dinikmati setiap umat manusia untuk menjalani kehidupannya bebas dari rasa takut dan terancam serta memiliki hidup yang sejahtera. Human Security tak hanya tentang kehidupan yang bebas dari rasa takut, namun hal ini juga meliputi kebebasan seseorang sebagai manusia bahkan juga kesetaraan gender.

Dalam menghadapi masalah-masalah yang terjadi di lingkup dunia internasional, PBB pun hadir sebagai solusi dan penyelesaiannya. PBB pun membentu beberapa sub kelompok khusus untuk menyelesaikan suatu masalah yang cukup spesifik. Dunia global sangat paham betul bagaimana gender inequality telah menjadi masalah yang tak kunjung dapat dipecahkan. Maka dari itu, United Nations pun membentuk sebuah entitas untuk mewadahinya yang diberi nama United Nations Women atau UN Women. Adanya UN Women bertujuan untuk memberdayakan perempuan dan anak-anak perempuan.

Afghanistan pun saat ini menjadi penyumbang besar terhadap diskriminasi dan kemiskinan pada perempuan. Diskriminasi yang diterima oleh perempuan-perempuan di Afghanistan berupa terbatasnya hak mereka dalam memperoleh akses kesehatan, pendidikan, hingga hak bersuara dalam politik. Hal ini terjadi karena saat ini Taliban lah yang menguasai Afghanistan. Sudah sejak lama, konflik perang sipil yang terjadi di Afghanistan ini belum menemui titik terangnya. Alasan mengapa perang sipil ini terjadi adalah karena Afghanistan sendiri berada di titik geografis yang menguntungkan karena berada di jalur transportasi perdagangan negara-negara maju di Timur Tengah. Taliban sepenuhnya mengekang perempuan Afghanistan bahkan memberlakukan mereka seperti budak.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Taliban berpendapat bahwa perempuan harusnya hanya berada di rumah untuk mengurus suami dan anak mereka, mereka juga beranggapan bahwa perempuan tidak dapat menghasilkan uang seperti laki-laki. Tidak hanya tentang kebebasan perempuan yang dibatasi, namun keamanan mereka sendiri juga terancam. Banyak pembunuhan, pemerkosaan, dan penyiksaan yang dilakukan Taliban kepada perempuan di Afghanistan. Banyaknya pelanggaran Hak Asasi Manusia yang dilakukan oleh Taliban kepada perempuan-perempuan di Afghanistan ini namun mereka melindunginya dengan landasan hukum syari'at Islam yang padahal hukum tersebut ada untuk melindungi perempuan tetapi realitanya Taliban mengaplikasikannya untuk menyakiti perempuan bahkan mereka mulai menormalisasi hal ini.

Dari sekian banyaknya kekerasan baik yang verbal maupun non-verbal yang dialami oleh para perempuan di Afghanistan pun menarik perhatian dunia. Kaum feminis terutama sangat mengecam kejadian ini karena dianggap melanggar Hak Asasi Manusia dan ketidaksetaraan gender. Ada aturan yang menetapkan bagaimana perempuan seharusnya berpakaian di Afghanistan dan peraturan ini dirasa tidak masuk akal karena entah papaun gendernya seharusnya seseorang dapat bebas mengekspresikan dirinya dengan pakaian yang ia miliki.

Akhirnya organisasi internasional seperti UN Women pun ikut andil dalam menyelesaikannya. Hadirnya UN Women di Afghanistan sangat berpengaruh dalam pengembalian hak-hak yang seharusnya didapat oleh perempuan Afghanistan dengan program-program tertentu. Namun, tentu tidak semudah itu bagi UN Women dalam menyelesaikan suatu masalah rumit yang diselenggarakan oleh pemimpin dari negara itu sendiri. Dalam prosesnya memperjuangkan kembali hak-hak wanita di Afghanistan, UN Women masih dihadapkan oleh beberapa tantangan.

Tetapi para perempuan di Afghanistan bersama dengan UN Women pantang menyerah dan tetap memberdayakan perempuan dan anak-anak perempuan disana. Naheed Farid, salah satu perempuan di Afghanistan yang memberikan kesaksiannya di sidang PBB “If Women are not part of decision-making processes… all the achievements we made would vanish”. Hal ini mengacu pada fakta bahwa tidak ada anggota pemerintahan perempuan di Afghanistan karena Taliban merasa tidak perlu adanya kontribusi perempuan di pemerintahan Afghanistan bahkan hanya dengan pemungutan suara. Selanjutnya UN Women membuat perjanjian internasional yaitu Convention on the eliminiation of All Forms of Discrimination against Women yang dibuat tahun 1993 yang bertujuan untuk menangani kekerasan pada perempuan.

Kemudian pada sepanjang tahun 2014 hingga 2016 UN Women telah melaksanakan banyak program guna memberdayakan perempuan Afghanistan. Hasilnya adalah perempuan mulai bisa mendapat akses berpolitiknya seperti ikut andil dalam pemungutan suara saat Pemilu, ikut andil dalam mengembangkan perekonomian negara, bahkan bergabung ke pemerintahan. MoWA atau Ministry of Women Affairs pun mulai berjalan kembali bersama dengan UN Women dalam memberdayakan perempuan.

Selanjutnya, UN Women juga memberikan edukasi agar perempuan Afghanistan sadar tentang urgensi kesetaraan gender lewat beberapa seminar dan juga konferensi pers. UN Women juga sudah berkomitmen untuk tetap bersama perempuan Afghanistan mereka juga memastikan hak-hak perempuan tetap terlindungi di Afghanistan. Mereka juga memastikan bahwa perempuan di Afghanistan dapat memperoleh layanan fasilitas kesehatan dan pendidikan yang cukup. UN Women juga tetap memperbaharui berita tentang bagaimana keadaan perempuan di Afghanistan lewat website resminya. Dalam sebuah artikel yang diberi judul “In focus : Women in Afghanistan one year after the Taliban takeover” pun memuat tulisan tentang bagaimana keadaan perempuan Afghanistan setelah setahun lebih disupport oleh UN Women. Beberapa dari mereka akhirnya menyadari tentang kesetaraan gender dan mengatakan bahwa perempuan di Afghanistan akan terus berjuang demi mencapai kesetaraan gender tersebut.

Ikuti tulisan menarik Jihan Mayola lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler