x

Iklan

Wahyu Umattulloh AL

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 5 Maret 2022

Selasa, 1 November 2022 19:10 WIB

Rawan Penyakit Demam di Musim Penghujan

Tulisan ini dibuat melalui pengalaman penulis selama terkena sakit demam kurang lebih satu minggu lamanya

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

 

Tulisan ini dibuat melalui pengalaman penulis
selama terkena sakit demam kurang lebih satu minggu lamanya
”.

    Penyakit demam hampir menjadi langganan bagi semua manusia, namun penyakit tersebut seakan menjadi pertanda sosial secara dinamik akibat perubahan cuaca dari musim panas menuju musim penghujan. Cuaca Penghujan saat ini sudah mulai terlihat dengan entitas hujan yang sering menghujani di beberapa wilayah Indonesia. Musim penghujan memang tidak bisa dielakan lagi karena di Indonesia hanya terdapat dua musim yakni musim panas dan musim penghujan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

    Musim Penghujan memberikan sudut pandang bagi manusia. Ada sebagian sudut pandang manusia yang menerima musim penghujan sebagai limpahan rezeki, atau bahkan ada sebagian sudut pandang manusia yang menyalahkan musim penghujan sebagai salah satu penyebab dasar fundamental munculnya penyakit. Kemunculan penyakit di saat musim penghujan, seharusnya menjadi rasa refleksivitas kita untuk mengetahui seberapa kuat dan seberapa siap daya tahan tubuh kita selama berlangsungnya perubahan musim panas ke musim penghujan.

    Refleksivitas ketidak optimalan daya tahan tubuh yang saya miliki ditandai dengan terjadinya Penurunan daya tahan tubuh pada tanggal 8 Oktober 2022. Saat itu badan sudah merasakan kedinginan yang amat sangat, namun hal tersebut hanya saya anggap sebagai efek kedinginan biasa akibat turunnya hujan. Keesokan harinya tepat di pagi hari daya tahan tubuh mulai mengalami penurunan kembali dengan munculnya rasa sakit disetiap persendian tubuh, mulai dari tangan hingga kaki. Efek tersebut hanya saya anggap sebatas lelah biasa, sehingga di tanggal 9 Oktober 2022 menjadi alasan ku untuk ikut dalam kegiatan jelajah alam di Hutan.

    Selama kegiatan berlangsung kesehatan yang saya rasakan mulai menurun secara perlahan dengan keluarnya keringat dingin, wajah pucat kesi, kepala pusing dan tubuh mulai melemah. Efektivitas penurunan kesehatan drastis pasca mengikuti jelajah alam menjadi awal sakit demam yang saya rasakan selama kurang lebih satu minggu lamanya.

Sakit Demam Berdarah.

     Sakit demam berdarah atau biasanya disebut dengan istilah DB, menjadi diagnosa penyakit yang saya rasakan setelah melakukan tes laborat. Demam tinggi yang dirasakan selama tanggal 10 Oktober 2022 mencapai 40°C di sertai dengan telapak kaki yang anyep “dingin” dan sekujur badan mengalami nyeri “cekot-cekot”. Demam tersebut hanya tinggi di jam-jam tertentu, seperti jam 23.00-03.00 WIB. Selepas itu demam mengalami penurunan hanya sekitaran 38°C.

      Demam tinggi yang saya alami sampai pada tanggal 13 Oktober 2022 berdampak terhadap trombosit yang mulai menurun yakni sampai menyentuh angka 135.000 dari angka normal 150-350 rb/mm3. Demam tersebut memberikan efek menurunnya nilai hematokrit 39 % dengan nilai normal 40-48 %.  Penurunan akibat demam yang tinggi secara tidak menentu memaksa untuk di rujuk ke Rumah Sakit agar mendapatkan penanganan yang  lebih optimal.

      Tepat di tanggal 13 Oktober 2022 pukul 16.00 WIB saya di berikan penanganan cepat di salah satu Rumah Sakit ternama di Jombang. Penanganan tersebut dengan memberikan obat cairan antibiotik melalui selang infus yang sudah disuntikan di punggung tangan. Dini hari panas tinggi kembali dialami dengan mencapai 40°C disertai dingin di sekujur badan, hal tersebut memaksa perawat rumah sakit untuk memasukkan kembali obat cairan antibiotik yang seharusnya dilakukan di pagi hari.

     Awal-awal di Rumah Sakit demam yang saya alami masih berfluktuasi tidak menentu terkadang demam hanya menyentuh di angka 38°C bahkan terkadang menyetuh di angka 39°C. Upaya dokter dan perawat RS terus dilakukan tanpa henti untuk meredakan panas tinggi dan memulihkan kembali trombosit di angka normal. Beruntungnya selama demam dirumah hingga menerima perawatan di RS, saya tidak merasakan mual apalagi sampai muntah-muntah, meskipun diagnosa hasil lab menunjukkan Faal Hati  (SGOT) (SGPT) atau liver cukup tinggi yang mengakibatkan perut menjadi kembung, alhasil dokter menyarankan untuk perbanyak makan minum dan istirahat agar trombosit kembali pulih seperti semula.

     Keinginan sembuh dengan usaha dan do’a kepada Alloh memberikan keberkahan dengan mulai menurunnya demam secara perlahan di tanggal 15 Oktober 2022. Selaras dengan ucapan-Nya,“ Sesungguhnya semua perintah apabila Alloh menghendaki segala sesuatu, Alloh hanya berucap jadilah!”.  Rasa rida di dalam diri ini untuk menerima penyakit yang saya alami dibalas dengan Alloh melalui rezeki kesembuhan dengan meningkatnya trombosit 186.000/mm3

    Peningkatan Trombosit dan hematokrit 41,7 % menjadi pertanda berhasilnya melewati masa kritis yang biasanya terjadi selama 7 hari untuk penderita demam berdarah. Tepat saat itu juga saya diperbolehkan pulang untuk melakukan masa penyembuhan secara mandiri di rumah dengan tetap menjaga pola makan teratur, serta tidak banyak melakukan aktivitas yang menguras energi selama masa pemulihan berlangsung.

Pencegahan Demam Berdarah.

     Penyakit demam berdarah saat ini memang menjadi perhatian khusus di tengah perubahan musim panas menuju musim penghujan sebagai tanda bagi kita untuk benar-benar menjaga kesehatan. Musim penghujan seharusnya tidak selalu disalahkan sebagai fasilitator penyumbang munculnya demam, melainkan yang seharusnya kita salahkan adalah diri kita dalam mengenali daya tahan tubuh dan tingkat kebersihan di lingkungan sekitar kita.

     Tingkat kebersihan diperlukan sebagai pencegahan penyakit demam yang sedang melanda di awal-awal musim penghujan saat ini. Dilansir melalui web sinkarkes kemenkes kebersihan menjadi cara utama kita dalam menanggulanginya, seperti tidak menumpuk sampah di dalam rumah yang menjadi sarang nyamuk dan berbagai macam bakteri, membuang dan menutup tempat sampah basah bekas makanan yang berpotensi munculnya jentik-jentik nyamuk, serta menjaga kebersihan bak mandi dengan rajin menguras atau mengganti air.

    Selain tingkat kebersihan daya tahan tubuh juga perlu kita perhatikan agar tidak selalu menyalahkan musim penghujan sebagai biang kerok atas munculnya penyakit. Daya tahan tubuh dapat kita jaga dengan rajin meminum vitamin C, makan-makanan bergizi sesuai dengan standar angka AKG, kurangi makanan yang berminyak, perbanyak minum air putih, istirahat yang cukup, mengkonsumsi jus jambu sebagai penambah trombosit, dan olahraga secara teratur.

    Perubahan perilaku sosial dalam menjaga stabilisasi daya tahan tubuh di tengah musim penghujan memerlukan kesadaran dan kemauan yang tinggi untuk merubah pola perilaku. Pola perilaku terhadap kepedulian kebersihan lingkungan sekitar, dan pola perilaku untuk hidup sehat agar tetap terjaga daya tahan tubuhnya di tengah wabah penyakit demam berdarah.

*Penulis: Wahyu Umattulloh AL.*   

 


 

 

 

 

Ikuti tulisan menarik Wahyu Umattulloh AL lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler