Sambil Menyingkir Abu

Rabu, 9 November 2022 06:14 WIB
Bagikan Artikel Ini
img-content0
img-content
Iklan
Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Di perbatasan, Dita kembali bertemu dengan Doma, yang selama ini telah membantunya mengurus seluruh berkas pemindahan kerja serta kepulangannya. Tumpukan data yang masih kasar dan belum tersusun tersimpan rapi di dalam tas yang hendak diberangkatkan lebih dulu lewat cargo. Dita dan Doma, berlayar menuju kenangan kanak-kanak kembali membingkai awan di luas samudra. --Seekor domba menatap kedua orang asing di tanah getirnya, sambil menyandar pada lumpur kering yang berdebu, dengan tali tambang terpaku di pohon kelapa sawit; bergilir menunggu mati.

Ketegangan kembali meningkat, dan beberapa warga telah ditarik untuk berlindung di rumah-rumah di kampung Ombang di mana ketika permusuhan terbuka tersandung ke dalam perang emosi. Dunia mungkin berjalan dalam kondisi tertidur, seperti yang sedang diperingatkan sebagai rentetan narasi. Sayangnya, ini jauh lebih buruk daripada berbaris dengan keadaan terjaga penuh.

Anda tidak akan mampu melihat keputusan dari balik bayang-bayang, yang bahkan terlalu samar bagi bola mata manusia

Meskipun hati seringkali memilih mengabaikan harapan, janji seakan mengurai bagaikan guguran putik yang tersapu deras hujan sebelum rembang. Hanya beberapa tahun terkahir ini, Dita merasa bahwa catatan yang telah dikumpulkannya memasuki tahap pengeditan.

Bakteri vibrio cholerae, atau kolera, yang tidak juga kunjung menemukan penawarnya, dan telah demikian menguras peluh dari setiap tahun yang dilewati di hamparan gurun, yang jauh dari warna-warna pohon dan derasnya air dari pegungunan di mana Dita dibesarkan dengan menghabiskan masa bermainnya di sebuah mata air yang kini kering.

Seringkali mayat ditemukan tanpa pakaian ketika perbukitan menawarkan badai pasir.

Dalam studinya, tamparan terbesar berupa datangnya pandemi menguras jam kerja dan pembagian waktu kerja, sungguh kisah yang tidak benar tetapi banyak orang mendengar dari mulut ke mulut bagai gelombang frekuensi radio yang tidak membutuhkan antena. Mitos-mitos kembali melayang menjadi kepanikan seluruh wilayah. Perang takkan selesai, tempat itu tengah mengupas sumpahnya.

Hari-hari semakin terpangkas mundur dan singkat. Pertempuran drone diperingati, sebagai perayaan roket-roket tercanggih dari seluruh negeri. Mungkin, inilah bagian terkecil dari bijaknya kesedihan, keputusasaan, dan kejatuhan. Nyanyian buah-buah baru dari perebutan yang tidak masuk akal akan rasional, irasional, serta legenda tentang beragam makhluk pembawa penawar berupa pengorbanan kepada orang asing yang ingin mencuri untuk mencegah siapa pun mencuri kitab Agronouts.

Pulanglah.....

Tiga buah kapal besar telah tenggelam di laut hitam.

Di perbatasan, Dita kembali bertemu dengan Doma, yang selama ini telah membantunya mengurus seluruh berkas pemindahan kerja serta kepulangannya. Tumpukan data yang masih kasar dan belum tersusun tersimpan rapi di dalam tas yang hendak diberangkatkan lebih dulu lewat cargo. Dita dan Doma, berlayar menuju kenangan kanak-kanak kembali membingkai awan di luas samudra.

Seekor domba menatap kedua orang asing di tanah getirnya, sambil menyandar pada lumpur kering yang berdebu, dengan tali tambang terpaku di pohon kelapa sawit; bergilir menunggu mati.

Bagikan Artikel Ini
img-content
Okty Budiati

Penulis Indonesiana

0 Pengikut

img-content

Gremet-gremet Waton Slamet

Kamis, 23 Maret 2023 06:15 WIB
img-content

Musim Masa

Kamis, 5 Januari 2023 19:28 WIB

Baca Juga











Artikel Terpopuler