x

Spot foto

Iklan

Bambang Udoyono

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 3 Maret 2022

Kamis, 17 November 2022 06:08 WIB

Kita Tidak Pernah Kehilangan Teman Sejati

Banyak sekali teman yang datang dan pergi dalam kehidupan kita. Ada yang tak sengaja, ada juga yang sengaja mendekati. Motivasinya beragam. Sebagian mungkin memiliki agenda tersembunyi, sebagian terang terangan. Betapa pun, sebenarnya kita tidaka pernah kehilangan teman sejati. Mereka tetap ada dan mendukung meskipun dari jauh. Siapakah dia?

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

Oleh: Bambang Udoyono

Banyak orang akan datang dan pergi sepanjang kehidupan kita.  Ada teman sekolah sejak SD yang mungkin berlanjut sampai kuliah.  Tapi setelah lulus kuliah berpisah karena mendapat pekerjaan di tempat lain, di lingkungan lain.  Ada tetangga yang berteman lama tapi kemudian  kita atau mereka yang pindah karena pekerjaan atau  yang lain.  Sebagian (besar) teman akan berganti.  Namun ada juga yang berlanjut sampai akhir hayat, meskipun biasanya hanya sedikit saja yang bertahan selama hidup ini. 

Orang yang datang dan pergi itu sebagian besar tidak mereka sengaja, namun sejatinya tidak ada  kebetulan. Allahlah yang mengatur pertemuan itu.  Teman sekolah atau teman kerja misalnya.  Namun ada juga yang datangnya memang disengaja.  Mereka memang berniat mendekati.  Motivasinya juga beragam.  Sebagian memiliki agenda tersembunyi, sebagian terang terangan.  Mereka yang datang untuk berguru, menimba ilmu misalnya biasanya akan terang terangan menyampaikan maksudnya.  Tapi mereka yang ingin mengambil manfaat dari kita bisa saja menyembunyikan maksudnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meskipun orang dengan berbagai latar belakang dan motivasi itu datang dan pergi di sepanjang hidup kita, sejatinya kita tidak pernah kehilangan teman satupun.  Bagaimana bisa?  Bagaimana keterangannya?  Begitu mungkin pertanyaan Anda.

Baiklah, begini penjelasan saya.  Apa yang saya maksud dengan teman adalah teman sejati.  Teman yang tidak memiliki pamrih.  Teman yang tidak memiliki keinginan memanfaatkan kita.  Mereka hanya ingn memberikan apa saja yang bisa mereka beri.  Tidak selalu harta.  Mereka memberikan perhatian, dukungan, saran, nasehat, pandangan, informasi dsb. Mereka bahkan memberikan doa.  Inilah pemberian terindah menurut saya.  Mereka ini tidak akan pernah pergi dari kehidupan kita. Meskipun jauh, bahkan jika kita tinggal di negara bahkan benua yang berbeda, mereka akan selalu ada. sahabat sejati tidak pernah pergi. Perbedaaan harta dan jabatan tidak akan memisahkan meskipun tentu saja kesibukan tidak mengijinkan untuk kumpul kumpul terlalu sering.

Sedangkan mereka yang pergi itu adalah orang yang hanya memikirkan kebutuhan, keinginan pribadinya sendiri.  Ada teman yang ingin mendapatkan keuntungan finansial.  Ada orang yang mendekat karena ingin menjual sesuatu.  Setelah dagangannya laku lalu pergi lagi.  Sedangkan salesman sejati sebenarnya tidak hanya inginkan uang kita tapi ingin memberi solusi kepada suatu masalah spesifik.  Karena itu dia masih secara berkala menanyakan kabar kita.

Orang yang sengaja mendekati untuk mencari keuntungan dari kita, setelah mendapatkan apa yang dicarinya akan pergi. Orang yang pergi karena tidak terkabul keinginannya yaitu mengambil manfaat dari kita sejatinya bukan teman.  Jadi kalau dia pergi kita sebenarnya tidak kehilangan teman.  Kita tidak butuh teman yang hanya mau memanfaatkan.  Kita tidak rugi dengan kepergiannya.  Ini karena perhatiannya sebenarnya hanya pada kepentingannya sendiri bukan kepada kita.  Apalagi jika dia gagal, sudah pasti dia akan menjauh sembari ngedumel.

Tidak hanya dalam ekonomi, dalam politik pun kejadian ini tidak jarang terjadi.  Nah  orang  orang semacam ini sejatinya bukan teman.  Meskipun mereka teman sekolah atau tetangga tapi yang jenis seperti ini banyak. Jadi pertemanannya hanya secara semu  saja, bukan pertemanan sejati.

Oleh karena itulah saya berani mengatakan bahwa kita sebenarnya tidak pernah kehilangan teman.  Percayalah masih banyak orang yang sepi ing pamrih dalam bahasa Jawa.  Maksudnya bersih dari pamrih.  Teman yang tulus, yang hanya ingin memberi apapun yang bisa dia beri.  Orang seperti ini masih banyak.  Hanya tentu saja kita juga harus sefrekwensi dengan dia.  Orang yang berfrekwensi tinggi seperti ini akan cocok dengan yang sama frekwensinya.  Meskipun dia pintar berbasa basi dengan semua orang, kesamaan frekwensi sangat menentukan kecocokannya.

Pertanyaan berikutnya, bagaimana caranya menyamakan frekwensi agar nyambung dengan orang seperti itu?  Tentu saja kita sendiri juga harus membersihkan diri dari pamrih.  Niatkan saja berbagi, bersedekah dengan tulus, tanpa mengharapkan keuntungan.  Nanti justru akan datang banyak keuntungan.  Tidak usah dihitung berapa banyak keuntungan itu tapi pastinya berlipat ganda.   Sedekah itu tidak hanya dengan harta tapi bisa dengan banyak hal - ilmu, informasi, bantuan, bahkan senyumpun sedekah.  Kebaikan yang disebarkan akan kembali berlipat dalam berbagai bentuk. 

Ada sebuah quote menarik dari seorang penulis berkebangsaan Jepang, Harumi murakami – “Sometimes it is not the people who change, but it is the mask that fall off.”    Kadang bukan orangnya yang berubah tapi topengnya yang jatuh.  Maka tampaklah wajah aslinya.  Ketika sedang mendekati kita dia berbaik baik, berbasa basi. Diibaratkan dia memakai topeng.  Namun ketika penyamarannya terkuak, diibaratkan topengnya jatuh, nampak wajah aslinya yang berbeda dengan topengnya.  Biasanya sih lebih buruk.  Bahkan kadang mengerikan.

 

Dalam budaya Jawa ada cerita wayang yang sudah menjadi khas Jawa meskipun ceritanya impor dari India.  Ada dua hal yang ingin saya sampaikan soal pertemanan dengan inspirasi cerita wayang.  Pertama pertemanan antara Kumboyono alias Durno dengan Sucitro.  Kedua sikap Bimoseno alias Werkudoro. Tapi ceritanya agak panjang jadi saya tulis dalam artikel berikut.

Ikuti tulisan menarik Bambang Udoyono lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Terpopuler