x

Natal

Iklan

Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau)

Penulis Indonesiana
Bergabung Sejak: 30 Agustus 2020

Senin, 26 Desember 2022 16:46 WIB

Makna Natal yang Tak Sama

Natal memang tentang sukacita, damai, dan kasih, namun itu hanya akan tercapai jika ketangguhan dilakukan. Sebelum kata natal, sesungguhnya ada kata ketangguhan. Ora et Labora.

Dukung penulis Indonesiana untuk terus berkarya

*Makna Natal yang Tak Sama*

 

Perayaan natal setiap tahunnya sama saja dengan tahun-tahun yang sudah lewat. Meriah dengan segala pernak-pernik acara di gereja. Jemaat-pelayan antusias melakoni peran yang dipercayakan padanya; pendeta, penatua, pemusik, song leader, tim paduan suara, dan lainnya. 

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

     Sejak jauh-jauh hari dipersiapkan demi menampilkan yang terbaik. Sedapat mungkin tidak ada kekurangan saat hari natal tiba. Benar saja, natal berlangsung megah dan menghibur. Terlebih pascapandemi Covid-19 meredup, jiwa merdeka kembali menggelora pada momentum natal kali ini (2022). Kendati suasana natal nyaris sama setiap tahun, tetapi ada satu hal yang selalu bertambah; Makna natal. 

    Natal bukan hanya soal perayaan sebagaimana acap terlihat dari luar; acara meriah, hiasan natal di mana-mana. Lebih dari itu semua, penekanan natal adalah pada maknannya. Pemaknaan ihwal apa arti natal dan bagaimana natal lahir di hati jemaat. Menyoal itulah natal akan selalu berbeda setiap tahunnya, walaupun intinya sama, namun cara memaknai dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari akan berbeda soal.

     Biasanya jemaat memperoleh makna itu dari refleksi pribadi (hubungan dengan Tuhan; berdoa dan seterusnya) yang tidak terbatas ruang dan waktu. Artinya kapan aja dan di mana saja bisa dilakukan tanpa harus menunggu momen natal yang hanya sekali setahun. 

     Meski refleksi bisa dilakukan kapan saja, namun puncaknya ada di saat natal (25 Desember), tepatnya kala mendengar khotbah dari pendeta.

      Bisa dibilang, khotbah (penyampaian firman) adalah inti dari ibadah natal. Sebenarnya khotbah juga sering dianggap mainstream atau biasa seperti khotbah-khotbah pada umumnya. Lagi-lagi memang ini soal refleksi pribadi. Jadi pengalaman masing-masing orang. Bagi saya pribadi itu wajar sekali terjadi. Hanya saja yang saya rasakan, momen natal bisa menjadi pemantik atas refleksi diri (dia) kita.

     Hal itu saya ilhami kala mengikuti ibadah di salah satu gereja di Kota Malang. Saya lupa persisnya tema khotbah yang disampaikan saat itu, seingat saya tentang "Tangguh dalam Hidup". Mendengar judul itu sekilas tentu jauh dari kesan natal. Biasanya seputar Sukacita, Damai, Kasih, dan sebagainya. Ini kok tentang ketangguhan dan perjuangan? Pikirku. Selang beberapa menit setelah ibadah dimulai, pendeta memulai aksinya. Gaya nyentriknya menarik perhatian. Jubah. Kalung salib. Wajah berseri-seri. Layaknya seorang pendeta lah. 

     Belum apa apa, beliau sudah mengeluarkan alat peraga berupa wig (rambut palsu) lalu memakainya. Jemaat sontak tertawa melihat penampilan pendeta yang mirip Arman Maulana. Tawa jemaat tak lama karena disertai rasa penasaran. 

     Kata pendeta, "Tahu saudara apa hubungannya rambut palsu ini dengan natal?" Pertanyaan itu hanya disambut gelak tawa yang tak seberapa. "Rambut mengajarkan kita ketangguhan," tukas pak Pendeta menjawab pertanyaannya sendiri. Berulang kali kita potong pun dia tak pernah mengeluh dan tetap tumbuh. Bayangkan kalau rambut ini gampang merajuk dan mentalnya "lembek". Bisa jadi kalau pangkas dia bersungut-sungut, "uUah capek-capek numbuhin berbulan-bulan bahkan hitungan tahun malah dipotong sekejap saja," kata si rambut. Untung saja tidak.

     Fakta lainnya, rambut adalah satu dari dua bagian tubuh yang tidak membusuk setelah manusia meninggal dunia. Awetnya Istiqomah.

     Pun natal esensinya adalah ketangguhan. Dibalik kata natal ada perjuangan. Maria harus menerima bahwa dia hamil tanpa melakukan hubungan suami-istri. Yusuf bersedia menikahi Maria tunangannya agar Maria tidak menanggung malu (budaya timur tengah sangat mengucilkan orang yang mengandung di luar nikah). Mereka juga harus melakukan perjalanan dari Nazaret (kampung Yusuf dan Maria) ke Betlehem (kurang lebih 300 km) menaiki Unta dengan kondisi Maria yang sedang mengandung (Yesus; juru selamat yang diimani dalam Kekristenan). 

     Tak sedikit rintangan yang harus dilalui karena penguasa Yudea yaitu Raja Herodes memerintahkan untuk membunuh bayi Yesus yang akan lahir. Karena itu, penjagaan (razia) sepanjang perjalanan Maria dan Yusuf sangat ketat. Belum lagi banyak penolakan saat Maria akan melahirkan. Akhirnya karena keteguhan dan ketangguhan Maria dan Yusuf berhasil melalui semuabya. Yesus lahir di palungan sebuah kandang domba. Tempat yang teramat sederhana.

     Natal memang tentang sukacita, damai, dan kasih, namun itu hanya akan tercapai jika ketangguhan dilakukan. Sebelum kata natal, sesungguhnya ada kata ketangguhan. Dalam hidup jemaat, kita pasti mengharapkan sukacita dan damai, untuk itu harga yang harus dibayar adalah menjalani hidup dengan tangguh. Ora et Labora.

Ikuti tulisan menarik Janwan S R Tarigan (Penggembala Kerbau) lainnya di sini.


Suka dengan apa yang Anda baca?

Berikan komentar, serta bagikan artikel ini ke social media.












Iklan

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu

Terkini

Terpopuler

Ekamatra

Oleh: Taufan S. Chandranegara

1 hari lalu